Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angkutan jalan sebagai sub dari transportasi darat mempunyai peranan penting dalam
memberi pelayanan jasa angkutan penumpang dan barang. Peningkatan kebutuhan akan
angkutan terjadi karena adanya pergerakan / mobilitas manusia dan barang sehari – hari.
Pergerakan yang terjadi sesuai dengan pola distribusi penumpang dan barang yang
menimbulkan arus lalu lintas dari satu tempat ke tempat lainnya (dari tempat asal ke
tempat tujuan). Demi kelancaran arus distribusi barang dan orang tersebut diperlukan
keterhubungan semua wilayah daratan.

Dalam rangka mengakomodasi kebutuhan pelayanan angkutan perlu adanya


pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk konektivitas semua moda
transportasi dimana pengembangan itu sendiri memerlukan acuan agar terdapat
ketersinambungan perencanaan untuk memberikan gambaran mengenai rencana
pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan termasuk didalamnya perencanaan
lokasi dan kebutuhan simpul, perkiraan perpindahan orang dan barang serta arah dan
kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam keseluruhan moda transportasi.

Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia memiliki lebih dari 17.000
(tujuh belas ribu) pulau yang membentang dari 6 derajat LU sampai 11 derajat LS dan 95
derajat BT sampai 141 derajat BT dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 95 ribu km.
Dilihat dari keberadaannya di atas bumi, Indonesia terletak di antara benua Asia dan
Australia dengan demikian memiliki posisi silang yang sangat strategis dan memiliki
kekayaan alam yang melimpah yang meliputi sumber daya alam, serta jumlah penduduk
yang cukup besar.

Oleh karena itu kegiatan transportasi laut, sungai, danau, dan penyeberangan yang
menghubungkan daerah pedalaman dan pulau-pulau di Indonesia serta menghubungkan
Indonesia dengan luar negeri terutama dalam angkutan barang ekspor/impor, mempunytai
peran yang sangat strategis dan penting sebagai pendukung kegiatan perekonomian,

I-1
industri, pembangunan dan perdagangan. Saat ini transportasi laut, sungai, danau dan
penyeberangan digunakan oleh sekitar 90% perdagangan domestik dan internasional.

Namun peran dimaksud tentunya tidak akan terwujud tanpa kehadiran pelabuhan yang
berfungsi sebagai titik simpul antara moda air dengan moda darat. Pelabuhan dapat
dikatakan pula sebagai salah satu mata rantai dalam rangka penyelenggaraan total
transport (berpindahnya barang/penumpang dari tempat asalnya ke tujuan akhir dari
barang/penumpang dimaksud yang memerlukan paling tidak 2 (dua) jenis moda transport
yang berbeda. Bahkan dalam perkembangannya sekarang, pelabuhan dapat dipandang pula
sebagai bagian dari kegiatan logistik. Selain itu keberadaan pelabuhan di sesuatu daerah
akan menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi perdagangan di daerah yang bersangkutan.

Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan suatu Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas
Angkutan dan Jalan Nasional (LLAJ); Lalu Lintas dan Angkutan Sungai Danau
Penyeberangan (ASDP) yang akan menjadi tolak ukur dalam rencana pengembangan
terkait dengan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan Lalu Lintas dan Angkutan Sungai
Danau Penyeberangan serta dapat dijadikan landasan dalam perencanaan sistem
transportasi lainnya sehingga keterhubungan seluruh wilayah, ketersediaan transportasi dan
pemerataan pertumbuhan ekonomi sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang –
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 901 Tahun 2016 tentang Rencana Induk
Pelabuhan Nasional, dapat terlaksana dengan baik.

1.2 Dasar Hukum


Dasar/acuan peraturan perundang - undangan dalam penyusunan dan pelaksanaan
penyusunan Rencana Induk Transportasi Darat mengacu pada:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan;

I-2
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Angkutan di Perairan;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa,
Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kecelakaan;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2013 tentang Investigasi Kecelakaan
Transportasi;
k. Perarutan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
l. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal
Transportasi Jalan;
m. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 901 Tahun 2016 tentang Rencana Induk
Pelabuhan Nasional;
n. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 96 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas;
o. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 132 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan;
p. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 133 Tahun 2015 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor;
q. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun 2017 tentang Angkutan Orang
dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak dalam Trayek;
r. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan.

1.3 Maksud dan Tujuan


Penetapan Rencana Induk Transportasi Darat dimaksudkan untuk memberikan arahan
tentang rencana pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Nasional
serta rencana pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Sungai Danau
Penyeberangan (LLASDP) Nasional sampai Tahun 2034. Sedangkan tujuan dari Rencana
Induk Transportasi Darat adalah sebagai landasan hukum atau dasar dalam pelaksanaan
kebijakan, strategi dan program pembangunan jaringan LLAJ Nasional, pembangunan
LLASDP Nasional, dan fasilitas Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) Nasional
serta menjadi rujukan dalam pengembangan jaringan LLAJ Provinsi dan Kabupaten/Kota,
Pembangunan LLASDP Provinsi dan Kabupaten/Kota pada saat ini dan masa depan.

I-3
Rencana Induk Transportasi Darat merupakan turunan dari Undang – Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2013 Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KP 901 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelauhan Nasional. Oleh sebab itu
Rencana Induk Transportasi Darat merupakan dasar atau pedoman untuk pengembangan
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional, integrasi antar dan intra moda
transportasi nasional, penyusunan rencana umum lalu lintas dan angkutan jalan nasional,
penyusunan rencana umum jaringan jalan nasional, penyusunan rencana umum jaringan
trayek anngkutan antarkota, perkotaan, dan perdesaan antarprovinsi serta angkutan lintas
batas negara, penyusunan rencana umum jaringan lintas angkutan barang nasional,
pembangunan simpul nasional dan pengembangan teknologi dan industri lalu lintas dan
angkutan jalan tingkat nasional, pembangunan angkutan sungai danau dan penyeberangan.

1.4 Ruang Lingkup


Rencana Induk Transportasi Darat merupakan perwujudan dari pengembangan jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pengembangan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Sungai
Danau Penyeberangan termasuk didalamnya perencanaan lokasi dan kebutuhan simpul,
perkiraan perpindahan orang dan barang serta arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dalam keseluruhan moda transportasi sampai dengan tahun 2035 yang
akan datang.

Rencana Induk Transportasi Darat disusun dengan memperhatikan :


a. rencana pembangunan jangka panjang nasional;
b. rencana tata ruang wilayah nasional;
c. rencana induk perkeretaapian nasional;
d. rencana induk pelabuhan nasional; dan
e. rencana induk nasional bandar udara.

Memperhatikan hal – hal tersebut diatas disusunlah Rencana Induk Transportasi Darat
yang memuat hal – hal sebagai berikut :
a. prakiraan perpindahan orang dan/ atau barang menurut asal tujuan perjalanan lingkup
nasional;

I-4
b. arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nasional dalam
keseluruhan moda transportasi nasional;
c. rencana lokasi dan kebutuhan Simpul nasional; dan
d. rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas Nasional.

1.5 Definisi/Pengertian Umum


a. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah serangkaian Simpul dan/ atau Ruang
Kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
b. Ruang Kegiatan adalah berupa kawasan permukiman, industri, pertambangan,
pertanian, kehutanan, perkantoran, perdagangan, pariwisata, dan tempat lain yang
berfungsi sebagai kawasan tertentu;
c. Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi pergantian antarmoda dan intermoda
yang berupa Terminal, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan
danau, dan/atau bandar udara;
d. Ruang Lalu Lintas adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah
kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung;
e. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel;
f. Jalan Nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalar strategis nasional, serta
jalan tol.
g. Jalan Strategis Nasional adalah jalan yang melayani kepentingan nasional atas dasar
kriteria strategis yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan
nasional, melayani daerah-daerah rawan, bagian dari jalan lintas regional atau lintas
internasional, melayani kepentingan perbatasan antarnegara, serta dalam rangka
pertahanan dan keamanan.
h. Alur-Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan
pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari;
i. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain
degan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas;
j. Kendaraan adalah suatau sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor;

I-5
k. Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf,
angka, kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan,
perintah, atau petunjuk bagi Pengguna Jalan;
l. Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas
permukaan Jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas;
m. Terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan;
n. Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani
angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau;
o. Penyelenggara Terminal adalah unit pelaksana teknis dari Pemerintah Daerah;
p. Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) adalah unit kerja di
bawah Kementerian Perhubungan yang melaksanakan tugas pengawasan muatan
barang dengan mengggunakan alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada
setiap lokasi tertentu;
q. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; dan
r. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

I-6

Anda mungkin juga menyukai