Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN


Satuan Kerja Pengembangan Lalu Lintas dan Peningkatan Angkutan Kereta Api
Graha Jatibaru Blok C-7, Jl. Jatibaru Timur No. 56A Cideng, Jakarta 10110

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

SURVEI INVESTIGASI DAN RANCANGAN DASAR JALUR KA MENUJU KSPN DANAU


TOBA (PEMATANG SIANTAR – SIMALUNGUN/PARAPAT)

TAHUN ANGGARAN 2018


KERANGKA ACUAN KEGIATAN
KEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA : KEMENTERIAN PERHUBUNGAN UNIT
ORGANISASI : Direktorat Jenderal Perkeretaapian PROGRAM
: Program Pembangunan dan Pengelolaan
Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api
HASIL (OUT COME) : Trase Jaringan Kereta Api (Base Line)
KEGIATAN : Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Kereta Api
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN : Jumlah Paket Kegiatan Pengelolaan Lalu
Lintas dan Angkutan Kereta Api
JENIS KELUARAN : Penyusunan Studi
VOLUME KELUARAN (OUTPUT) : 1 (satu) Paket
SATUAN UKUR KEGIATAN (OUTPUT) : Laporan
DETIL KEGIATAN : Survei Investigasi dan Rancangan Dasar
Akses Jalur KA Menuju Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba
(Pematang Siantar – Simalungun/Parapat).

1. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
Pasal 3
Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan
orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan
lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan,
pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.

Pasal 6
Ayat (1) Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf a meliputi:
a. perkeretaapian nasional;
b. perkeretaapian provinsi; dan
c. perkeretaapian kabupaten/kota.
Ayat (2) Rencana induk perkeretaapian nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan angkutan
perkeretaapian pada tataran transportasi nasional.

2
Ayat (3) Rencana induk perkeretaapian nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sekurang-kurangnya memuat :
a. arah kebijakan dan peranan perkeretaapian nasional dalam
keseluruhan moda transportasi;
b. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan
perjalanan; c. rencana kebutuhan prasarana perkeretaapian nasional;
c. rencana kebutuhan sarana perkeretaapian nasional; dan e. rencana
kebutuhan sumber daya manusia.

Pasal 13
Ayat (3) Arah pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan
selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, dan teratur, serta efisien.
Ayat (4) Sasaran pembinaan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertujuan untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas,
pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.

Pasal 18
Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan :
a. pembangunan prasarana;
b. pengoperasian prasarana;
c. perawatan prasarana; dan
d. pengusahaan prasarana.

Pasal 19
Pembangunan prasarana perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a wajib:
a. berpedoman pada ketentuan rencana induk perkeretaapian; dan
b. memenuhi persyaratan teknis prasarana perkeretaapian.

Pasal 84
Ayat (1) Pengadaan tanah untuk pembangunan prasarana perkeretaapian umum
dilaksanakan berdasarkan rencana induk perkeretaapian.
Ayat (2) Pembangunan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disosialisasikan kepada masyarakat, baik pada tahap
perencanaan maupun pelaksanaannya, terutama yang tanahnya
diperlukan untuk pembangunan prasarana perkeretaapian.

Pasal 91
Ayat (1) Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang.

3
Ayat (2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan
kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan.

Pasal 92
Ayat (1) Pembangunan jalan, jalur kereta api khusus, terusan, saluran air
dan/atau prasarana lain yang memerlukan persambungan, dan
perpotongan dan/atau persinggungan dengan jalur kereta api umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (2) harus dilaksanakan
dengan ketentuan untuk kepentingan umum dan tidak membahayakan
keselamatan perjalanan kereta api.

2. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah


Nasional (RTRWN);

Pasal 3
RTRWN menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
d. pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar
wilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
f. penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
g. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Pasal 5

Ayat (1) Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 meliputi:
a. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki; dan
b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah nasional.

3. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;


Pasal 3
Undang-Undang ini bertujuan untuk:

4
a. Menjamin ketersediaan dan akses terhadap IG yang dapat
dipertanggungjawabkan;
b. mewujudkan penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan berhasil guna
melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi; dan
c. mendorong penggunaan IG dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Pasal 5
IGD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:
a. jaring kontrol geodesi; dan
b. peta dasar.

Pasal 18
Ayat (1) Peta Rupabumi Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a
diselenggarakan pada skala 1:1.000.000, 1:500.000, 1:250.000,
1:100.000, 1:50.000, 1:25.000, 1:10.000, 1:5.000, 1:2.500, dan 1:1.000.

Pasal 22
Ayat (2) Penyelenggaraan IGD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Badan yang disebut Badan Informasi Geospasial sebagai pengganti
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional sesuai dengan amanat
Undang-Undang ini.

Pasal 23
Ayat (2) Instansi Pemerintah atau Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
IGT berdasarkan tugas, fungsi, dan kewenangannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (3) Instansi Pemerintah atau Pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dalam menyelenggarakan IGT dapat
bekerja sama dengan Badan.

Pasal 27
Ayat (1) Pengumpulan DG dilakukan dengan:
a. survei dengan menggunakan instrumentasi ukur dan/atau rekam, yang
dilakukan di darat, pada wahana air, pada wahana udara, dan/atau pada
wahana angkasa;
b. pencacahan; dan/atau
c. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ayat (2) Pengumpulan DG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
sesuai dengan standar yang meliputi:
a. sistem referensi geospasial; dan

5
b. jenis, definisi, kriteria, dan format data.

Pasal 51
Instansi Pemerintah dan Pemerintah daerah harus menggunakan IG yang akurat
dalam pengambilan keputusan dan/atau penentuan kebijakan yang berhubungan
dengan ruang kebumian.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan


Perkeretaapian;
Pasal 4
Ayat (2) Tatanan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan satu kesatuan sistem perkeretaapian nasional.
Ayat (3) Sistem perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.

Pasal 8
Kebutuhan angkutan perkeretaapian pada tataran transportasi nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c meliputi:
a. prakiraan jumlah perpindahan penumpang dan barang:
1) antarpusat kegiatan nasional;
2) antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan luar negeri; dan
3) antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan provinsi.
b. prakiraan jumlah perpindahan orang dan/atau barang dari dan ke simpul
moda transportasi lain yang harus dilayani oleh perkeretaapian nasional; dan
c. prakiraan jumlah penumpang dalam kawasan perkotaan yang cakupannya
melebihi wilayah provinsi.

Pasal 35
Ayat (1) Untuk mewujudkan rencana induk perkeretaapian nasional, rencana
induk perkeretaapian provinsi, atau rencana induk perkeretaapian
kabupaten/kota disusun rencana pembangunan perkeretaapian.
Ayat (2) Rencana pembangunan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun dengan mengacu pada rencana induk perkeretaapian.
Ayat (3) Rencana pembangunan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) disusun dan ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya.
Ayat (4) Rencana pembangunan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

6
Ayat (5) Rencana pembangunan perkeretaapian dapat dievaluasi setiap 2 (dua)
tahun atau sebelum 2 (dua) tahun dalam hal terjadi perubahan
lingkungan strategis.
Ayat (6) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan perubahan rencana pembangunan
perkeretaapian.
Ayat (7) Rencana pembangunan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) paling sedikit memuat:
a. lokasi jaringan jalur dan stasiun;
b. pembangunan prasarana perkeretaapian nasional;
c. jenis dan jumlah sarana perkeretaapian nasional;
d. kebutuhan sumber daya manusia; dan
e. pengoperasian perkeretaapian nasional.

Pasal 311
Ayat (1) Dalam hal jangka waktu hak penyelenggaraan telah selesai, prasarana
perkeretaapian diserahkan kepada:
a. Menteri, untuk perkeretaapian nasional;
b. gubernur, untuk perkeretaapian provinsi; atau
c. bupati/walikota, untuk perkeretaapian kabupaten/kota.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api;
Pasal 149
Ayat (1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat menetapkan tarif
angkutan apabila:
a. masyarakat belum mampu membayar tarif yang ditetapkan oleh
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian untuk angkutan pelayanan
kelas ekonomi; atau
b. dalam rangka pertumbuhan daerah baru atau dalam rangka
pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas pembangunan nasional
yang secara ekonomis belum menguntungkan untuk angkutan
perintis.

Pasal 161
Ayat (4) Dalam hal pelayanan angkutan perkeretaapian khusus diintegrasikan
dengan jaringan pelayanan angkutan perkeretaapian umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mendapat persetujuan dari:

7
a. Menteri, pada jaringan jalur perkeretaapian nasional;
b. gubernur, pada jaringan jalur perkeretaapian provinsi; atau
c. bupati/walikota, pada jaringan jalur perkeretaapian kabupaten/kota.

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 43 tahun 2011 tentang Rencana Induk


Perkeretaapian Nasional;
Pasal 4
Ayat (1) Rencana Induk Perkeretaapian Nasional:
a. arah kebijakan dan peranan perkeretaapian nasional dalam keseluruhan moda
transportasi;
b. prakiraan perpindahan orang dan/atau barang menurut asal tujuan perjalanan;
c. rencana kebutuhan prasarana perkeretaapian nasional;
d. rencana kebutuhan sarana perkeretaapian nasional; dan
e. rencana kebutuhan sumber daya manusia.
Rencana Kebutuhan Prasarana Perkeretaapian Nasional, yang
memuat antara lain:
1) Rencana jaringan jalur kereta api di Pulau Sumatera;
2) Rencana jaringan jalur kereta api di Pulau Jawa, Madura, dan Bali;
3) Rencana jaringan jalur kereta api di Pulau Kalimantan;
4) Rencana jaringan jalur kereta api di Pulau Sulawesi;
5) Rencana jaringan jalur kereta api di Pulau Papua;
6) Teknologi dan industri prasarana perkeretaapian;
7) Rencana Investasi prasarana perkeretaapian;
8) Tahapan pelaksanaan pembangunan.
Sasaran dari strategi ini adalah mewujudkan jaringan dan layanan perkeretaapian
yang mampu meningkatkan pangsa pasar angkutan kereta api sesuai dengan
target penyelenggaraan perkeretaapian nasional tahun 2030. Strategi
pengembangan jaringan tersebut harus mampu mengakomodir kebutuhan
layanan kereta api berdasarkan dimensi kewilayahan antara lain : jaringan kereta
api antar kota di Pulau Jawa difokuskan untuk mendukung layanan angkutan
penumpang dan barang, sedangkan jaringan kereta api antar kota di Pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua difokuskan untuk mendukung
layanan angkutan barang. Adapun strategi pengembangan jaringan kereta api
perkotaan sepenuhnya difokuskan untuk layanan angkutan (urban transport).

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM. 11 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Penetapan Jalur Kereta Api;

8
Pasal 2
a. keharmonisan antara jaringan jalur kereta api dan perencanaan tata ruang
wilayah sesuai tatarannya;
b. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang untuk jaringan jalur kereta api
dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pembangunan jalur kereta api;
c. keterpaduan jaringan jalur kereta api sebagai satu kesatuan sistem jaringan
transportasi nasional, sehingga mempermudah dan memperlancar pelayanan
angkutan orang dan/atau barang;
d. efisiensi penyelenggaraan perkeretaapian.

Pasal 3
Penetapan trase jalur kereta api menjadi pedoman untuk melaksanakan
kegiatan perencanaan teknis, analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau
UKL dan UPL, serta pengadaan tanah sebelum melaksanakan pembangunan
jalur kereta api.

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM. 60 Tahun 2012 tentang Persyaratan


Teknis Jalur Kereta Api;
Pasal 2
Ayat (1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman teknis bagi penyelenggara
prasarana perkeretaapian dalam pembangunan jalur kereta api yang
menjamin keselamatan dan keamanan.
Ayat (2) Peraturan ini bertujuan agar jalur kereta api yang dibangun dan
digunakan berfungsi sesuai peruntukannya dan memiliki tingkat
keandalan yang tinggi, mudah dirawat dan dioperasikan.

Pasal 4
Jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan prasarana
kereta api terdiri atas rangkaian petak jalan rei yang meliputi ruang manfaat jalur
kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang pengawasan jalur kereta api,
termasuk bagian atas dan bawahnya yang diperuntukkan bagi lalu Iintas kereta
api.

Pasal 8
Ayat (1) Persyaratan teknis jalur kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 terdiri atas:
a. persyaratan sistem jalur kereta api; dan
b. persyaratan komponen jalur kereta api.

9
9. Peraturan – Peraturan lain yang terkait.

b. Gambaran Umum
Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi
nasional yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain perlu dikembangkan
potensi dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional
maupun internasional untuk mendorong dan menggerakkan pembangunan nasional
guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Perkeretaapian merupakan solusi transportasi publik dan menjadi tulang punggung
dalam upaya mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas dan angkutan jalan
dalam sistem transportasi darat, terutama di perkotaan. Pengembangan
perkeretaapian sudah menjadi kebutuhan seiring pesatnya perkembangan kota.
Selain itu, moda transportasi perkeretaapian sangat ramah lingkungan jika
dibandingkan dengan moda transportasi jalan raya karena perbandingan konsumsi
bahan bakar dan jumlah penumpang per kilometer sangat kecil.

c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan


Merupakan tindak lanjut dari tahapan perencanaan Kajian Kelayakan Pembangunan
Jalur KA antara Siantar – Parapat guna merealisasikan pengembangan jalur kereta
api untuk mendukung Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba
(Pematang Siantar – Simalungun/Parapat), maka Survei Investigasi dan Rancangan
Dasar Akses Jalur KA Menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) ini
sangat diperlukan karena lintas tersebut juga merupakan bagian dari Trans
Sumatera.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Maksud
Maksud kegiatan ini adalah sebagai pedoman dalam perencanaan dan
pembangunan serta dalam rangka persiapan pembangunan jalur kereta api menuju
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

b. Tujuan
Tujuan kegiatan ini melakukan penilaian melalui Survei Investigasi Rancangan Dasar
Jalur Kereta Api dalam rangka pembangunan jalur kereta api menuju Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dari segi aspek teknis, keuangan, ekonomi,
sosial, budaya maupun lingkungan.

10
3. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
a. Ruang Lingkup Kegiatan
Lingkup pekerjaan Survei Investigasi dan Rancangan Dasar Akses Jalur KA Menuju
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba (Pematang Siantar –
Simalungun/Parapat) adalah sebagai berikut :
1) Kajian Awal Regulasi dan Kelembagaan
a. Pengkajian awal “kesediaan dan kemampuan membayar pengguna”
(willingness-to-pay & ability-to-pay), sebagai justifikasi atas asumsi tarif yang
akan digunakan;
b. Melakukan identifikasi awal terhadap dampak sosial, budaya, dan lingkungan
yang mungkin terjadi;
c. Rumusan awal tahapan pembangunan dan skema pembiayaan (Pemerintah/
Swasta/ kerjasama Pemerintah dengan Swasta)
2) Update Perencanaan Transportasi
a. Mengkaji potensi daerah melalui data sekunder, RTRW dan Tatralok Wilayah
studi serta melakukan pemetaan potensi tersebut (plotting);
b. Melakukan survey primer terkait pola pergerakan transportasi serta potensi
angkutan kereta api di wilayah studi;
c. Melakukan analisis serta pemodelan pola pergerakan dan peramalan
permintaan perjalanan sampai tahun rencana minimum 30 tahun dari tahun
dasar dengan skenario pembanding berikut gambar peta desire line;
d. Pemutakhiran (updating) estimasi permintaan perjalanan pada akses jalur
kereta api menuju (KSPN) Danau Toba (Pematang Siantar –
Simalungun/Parapat) dengan memperhatikan potensi perpindahan
penumpang dan barang angkutan laut, angkutan jalan (tol dan non tol) serta
angkutan kereta api terkait lintas ini;
e. Analisis dan simulasi pemanfaatan jaringan jalur kereta api yang optimum
terhadap rencana operasi dan rencana pembangunan proyek lain yang
terkait;
f. Analisis perencanaan operasi kereta api yang sekurang-kurangnya
mencakup:
1) Perencanaan kapasitas angkut dan kapasitas jalur;
2) Analisis waktu tempuh optimum, frekuensi dan penjadwalan kereta api;
3) Analisis axle load, gradien, dan radius minimum lengkung;
4) Kebutuhan armada/sarana perkeretaapian (fleet management), termasuk
penentuan lokasi depo;
5) Perencanaan dan spesifikasi fasilitas operasi kereta api;

11
6) Manajemen lalu lintas kereta api, termasuk perencanaan Operation
Control Center (OCC);
7) Manajemen lalu lintas kereta api dalam keadaan darurat (Emergency
Respon Plan);
8) Kebutuhan personil (awak sarana perkeretaapian, dan lain-lain);
g. Perencanaan geometri jalur kereta api (alignment plan, track layout jalur,
stasiun dan depo).
3) Perancangan Dasar Prasarana Perkeretaapian
a. Mereview geometri jalur kereta api antara Pematang Siantar –
Simalungun/Parapat yang telah dilakukan.
b. Melakukan pengambilan foto udara Pematang Siantar – Simalungun/Parapat
beserta kajiannya (Potongan Melintang, Memanjang, Timbunan Galian, dst);
c. Melakukan survey dan analisa penyelidikan tanah dan hidrologi trase jalur
kereta api;
d. Perencanaan geometri jalur kereta api antara Pematang Siantar –
Simalungun/Parapat (alignment plan, track layout jalur, stasiun dan depo)
e. Rancangan dasar jalur kereta api yang meliputi: track layout, konstruksi
jembatan, terowongan, drainase, dan lain-lain;
f. Rancangan dasar stasiun kereta api yang meliputi: site plan area stasiun,
rencana jalan akses, arsitektur gedung untuk kegiatan pokok, penunjang dan
jasa pelayanan khusus, instalasi pendukung (air, listrik, pemadam
kebakaran), dan lain-lain;
g. Rancangan dasar sistem keselamatan, keamanan dan teknologi informasi
yang meliputi: persinyalan, telekomunikasi, Operation Control Center
(OCC),Ticketing System, Passanger Information System Display (PISD),
Platform Screen Doors (PSD), penanganan kondisi darurat / Emergency
Respon Plan, dan lain-lain;
h. Rancangan dasar elektrifikasi yang meliputi: substation, overhead catenary
system, power distrubution system, dan lain-lain;
i. Rancangan dasar sterilisasi jalur kereta api (frontage-road, flyover dan
underpass);
j. Analisis relokasi utilitas publik yang meliputi: metode proteksi, pemindahan
dan/atau instalasi ulang;
k. Metode pelaksanaan konstruksi dengan meminimalisir gangguan terhadap
operasional kereta api dan lalu lintas jalan, termasuk penyusunan analisis
mengenai dampak lalu lintas (ANDALALIN) pada saat pelaksanaan konstruksi
dan pasca konstruksi (operasional).

12
4) Perancangan Dasar Depo dan Sarana Perkeretaapian
a. Spesifikasi teknis sarana perkeretaapian;
b. Track layout;
c. Kebutuhan fasilitas dan peralatan pemeliharaan.
5) Update Kajian Lingkungan dan Sosial
a. Menganalisis rona awal lingkungan di sekitar wilayah studi;
b. Melakukan konsultasi publik kepada pemangku kepentingan, termasuk
sosialisasi masyarakat (misal: pemasangan BM, dll);
c. Analisis dampak sosial dan karakteristik masyarakat di sekitar wilayah studi;
d. Analisis rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali.
6) Update Analisis Kelayakan Proyek
a. Analisis Perkiraan Biaya dan Manfaat;
b. Analisis Ekonomi;
c. Analisis Keuangan/Finansial;
d. Skema Pendanaan;
e. Analisis Resiko;
f. Analisis Struktur Tarif.
7) Update Rencana Implementasi Proyek
a. Analisis struktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU);
b. Dukungan Pemerintah;
c. Penyiapan dokumen pelelangan badan usaha;
d. Rencana Aksi.
8) Membuat Dokumen kajian teknis rencana trase jalur kereta api sesuai PM
11 Tahun 2012;
9) Penyusunan informasi geografis trase jalur kereta api dalam bentuk
animasi 3D trase terpilih.

b. Uraian Kegiatan
Berdasarkan pokok ruang lingkup diatas, berikut disampaikan uraian yang wajib
dilakukan oleh konsultan sesuai dengan rencana biaya yang telah disediakan :
1) Persiapan Kegiatan
a) Membuat alur dan sistematika pelaksanaan pekerjaan,
b) Rencana kerja dan survey lapangan,
c) Deskripsi lengkap tugas masing masing tenaga ahli dan bagan organisasi
pelaksana pekerjaan.
d) Pertemuan pra pendahuluan dengan pemberi tugas/tim teknis.
e) Kesesuaian dengan kerangka acuan kerja (KAK).

13
2) Survei Pendahuluan
Survai pendahuluan dilakukan sebelum pelaksanaan laporan pendahuluan, yaitu
ke daerah rencana lokasi wilayah studi dengan Surat Pengantar dari
penanggung jawab kegiatan kepada pemerintah daerah, tim tenaga ahli
melakukan survey pendahuluan guna pengenalan lapangan
sepanjang/beberapa titik koridor rencana trase jalur kereta api yang dikaji serta
melakukan pengumpulan data sekunder.
3) Melakukan pengumpulan data sekunder sekurang-kurangnya:
a) Dokumen rencana tata ruang wilayah pulau, provinsi, dan kabupaten/kota pada
koridor trase jalur kereta api yang dikaji;
b) Dokumen perencanaan transportasi wilayah (RIPProv, Tatrawil dan Tatralok).
c) Peta rupabumi dan/ atau peta topografi dengan skala 1: 50.000 atau yang lebih
besar dari Badan Informasi Geospasial (BIG).
d) Data dan Peta Infrastruktur Transportasi di Wilayah Studi (eksisting).
e) Data Potensi Angkutan barang dan Penumpang yang melalui jalan raya,
pelabuhan atau bandar udara.
f) Data dan Peta jaringan jalan serta jembatan di wilayah studi.
g) Peta geologi pada koridor trase jalur kereta api yang dikaji.
h) Peta tata guna lahan pada koridor trase jalur kereta api yang dikaji;
i) Data dan Peta Hidrologi Setempat
j) Data curah hujan stasiun sekitar dan data banjir minimal 10 Tahun terakhir;
k) Data Statistik daerah serta data lainnya yang terkait dan relevan serta
diperlukan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini.
4) Perumusan Metode Survei, Pengolahan dan Analisis Data
Dalam merumuskan metode survei, pengolahan dan analisis data yang efektif
dan efisien, Penerima Tugas harus menentukan secara mandiri dengan
mempertimbangkan kaidah ilmiah. Selain itu program/software/rumus yang
ditentukan harus dapat dipertanggungjawabkan sehingga didapatkan data yang
akurat.
5) Analisis Permintaan dan Perencanaan Lintas Pelayanan
Dalam menganalisis permintaan dan perencanaan lintas pelayanan dilakukan
dengan langkah berikut ini:
a. Perkiraan jumlah pengguna jasa;
b. Perkiraan ketersediaan sumber daya alam yang akan diangkut;
c. Potensi dan analisis pertumbuhan perekonomian;

14
d. Analisis pergerakan asal tujuan orang dan/atau barang pada tahun dasar
(2018) dan 30 (tiga puluh) tahun rencana dengan beberapa skenario
pembanding;
e. Peta desire line dan segmentation trip scheme.
6) Pemilihan Alternatif Trase Jalur Kereta Api (track alignment plan)
Berdasarkan hasil analisis potensi angkutan dan sebaran pergerakan pada tiap-
tiap zona lalu lintas dalam wilayah studi, maka dapat ditetapkan jaringan jalur
kereta api secara hipotetik sebagai alternatif-alternatif rute. Alternatif-alternatif
rute tersebut dituangkan ke dalam gambar teknis berupa sistem informasi
geografis.selanjutnya beberapa alternatif trase tersebut dibuat ke dalam matriks
perbandingan pemilihan trase yang dilakukan dengan metode pengambilan
keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sebagai bahan
penentuan kebijakan bagi pemberi tugas untuk memilih trase jalur kereta api.
7) Rapat Koordinasi Teknis dan Konsultasi Publik ke-1
Rapat Koordinasi Teknis dan Konsultasi Publik diperlukan guna memperoleh
trase terpilih setelah memperoleh masukan dan menjaring aspirasi pemerintah
daerah terkait dengan alternatif trase jalur KA, yang sesuai dan
mempertimbangkan potensi angkutan, bangkitan perjalanan, simpul yang
menghubungkan pusat kegiatan lokal (PKL) menuju pusat kegiatan wilayah
(PKW) dan/atau pusat kegiatan nasional (PKN), Pengembangan wilayah terkait
program pembangunan dan Kawasan Ekonomi Khusus serta aspek lainnya yang
terkait.
8) Pengambilan Data Geospasial dengan Foto Udara
Adapun persyaratan kegiatan Survai Pemetaan Foto Udara:
a) Pengukuran dilaksanakan di laboratorium melalui pengukuran pada citra
dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Diperlukan beberapa titik kontrol pada setiap foto udara
(2) Titik kontrol ini diperoleh dari hasil Triangulasi udara yg bertujuan
memperbanyak titik kontrol foto (disebut titik kontrol minor) berdasarkan
titik kontrol tanah yg ada
(3) Foto udara untuk Pemetaan memiliki karakteristik 60% Overlap dan 15%
Sidelap, dimana diharapkan terjadi pengikatan yg kuat antar dua foto serta
terbentuk bayangan foto 3D.
(4) Bayangan 3D ini menjadi syarat mutlak Pemetaan Fotogrametris.
b) Tahapan Pelaksanaan Pemetaan Foto udara
(1) Sub Tahapan Pekerjaan
a. Mobilasi/Demobilisasi

15
b. Recoinnaisance
c. Pembuatandan Pemasangan Titik Dasar Teknik Perapatan
d. Koleksi Data GPS Titik Dasar Teknik Perapatan
e. Pengolahan Data GPS
f. Pembuatan Dan Pemasangan Premark
g. Pembuatan Lembar Deskripsi Titik Dasar Teknik Perapatan (Buku
Tugu Digital)
(2) Survei Pendahuluan
a. Jalur mobilisasi untuk pengukuran GPS, perlu dilakukan pengecekan
terhadap titik-titik orde1 yaitu kerangka dasar horizontal dan vertikal
milik BIG atau orde 2 milik BPN, apakah masih ada dan dalam kondisi
baik.
b. Mudah dijangkau dan ditemukan.
c. Tidak mengganggu fasilitas umum dan utilitas umum.
d. Mudah diidentifikasi.
e. Aman dari gangguan tanah longsor, banjir dan bahaya sejenis.
f. Ruang pandang untuk satelit/untuk paling sedikit 5 (lima) satelit pada
elevasi di atas 15.
g. Penempatan lokasi base station untuk akusisi data foto udara.
h. Perijinan ke Pemerintah setempat
i. Penentuan Efektivitas lokasi basecamp ke lokasi
(3) Rencana Detail Pekerjaan
Pada tahap ini rencana distribusi titik kontrol horisontal dan vertikal
dilakukan pada peta kerja. Distribusi dan jumlah titik kontrol disesuaikan
dengan kebutuhan teknis untuk keperluan triangulasi udara dengan syarat
geometris, visibilitas dan keamanan. Titik kontrol akan diberi nomor
dengan sistem standar penomoran.
c) GPS Geodetik
Untuk menentukan posisi koordinat Bench Mark (BM) yang akan dijadikan
sebagai titik kontrol pengukuran disepanjang lokasi pekerjaan, dilakukan
dengan metoda GPS
(1) Dalam suatu daerah survey GPS, baselines yang diamati harus terikat
dengan titik-titik kerangka berorde tinggi yang telah ada (dari BIG atau
BPN), hal ini penting untuk mendefinisikan Datum dari kerangka dasar
pengukuran trase yang bersangkutan, serta untuk menjaga konsistensi
dan homogenitas dari ketelitian titik-titik kerangka jalur pengukuran trase
yang bersangkutan terhadap titik-titik lainnya.

16
(2) Dalam pelaksanaan Pengamatan satelit GPS terdapat beberapa hal-hal
yang harus diperhatikan :
Sudut elevasi (sudut terhadap horison) dari satelit yang tertangkap
minimal 15 derajat.
Perekaman data
GPS dilakukan setiap 15 detik
Dalam satu sesi pengamatan minimal mengandung 6 satelit.
Untuk satu basis, lama suatu sesi pengamatan disesuaikan dengan syarat
dan ketentuan yang berlaku
9) Survei Geoteknik dan Hidrologi
a. Survei Geoteknik
Kegiatan penyelidikan tanah di lapangan yang harus dilaksanakan sepanjang
rencana jalur KA adalah :
Sondir;
Bor tangan;
Test Laboratorium.
Kegiatan penyelidikan tanah tersebut dilakukan di titik awal dan titik akhir
rencana koridor jalur jalan KA serta tiap interval 5 Km. Jumlah titik pekerjaan
sondir masing-masing adalah 8 titik. Pemeriksaan di laboratorium terhadap
contoh tanah tak terganggu yang diperoleh dari hasil pekerjaan Sondir dan
Bor tangan.
b. Survei Hidrologi
Menghitung debit maksimum saluran air/sungai di titik perpotongan dengan
jalur jalan rel yang didesain untuk menentukan tinggi dan lebar bangunan
hikmat (bentang 10 m) yang harus dibangun di titik yang bersangkutan.
10) Perancangan Dasar Prasarana dan Sarana Kereta Api
a. Pekerjaan Detail Alignment Plan terdiri dari:
(1) Gradien;
(2) Alinyemen Vertikal ;
(3) Alinyemen Horisontal;
(4) Cut and fill;
(5) Kebutuhan tanah ROW:
b. Pekerjaan Rancangan Dasar Jalur terdiri dari:
(1) Desain Track Layout;
(2) Desain Jembatan, Terowongan, Drainase dan Gorong-gorong.
c. Rancangan Dasar Stasiun terdiri dari

17
(1) Desain Denah Kawasan/site plan;
(2) Rencana akses menuju stasiun;
(3) Layout bangunan stasiun tipikal dengan mengakomodir kearifan lokal;
(4) Desain Peron;
(5) Jenis Peralatan bongkar-muat barang yang digunakan;
(6) Fasilitas pendukung dan penunjang.
d. Rancangan Dasar Fasilitas Operasi terdiri dari:
(1) Desain Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi;
(2) Sistem Pengendali Lalu Lintas misalkan CTC (Centrelized Train Control);
(3) Desain Sistem Kelistrikan.
e. Rancangan Dasar Spesifikasi Teknis Sarana Perkeretaapian.
f. Rancangan Dasar Depo terdiri dari track layout dan kebutuhan fasilitas
perawatan sarana perkeretaapian.
11) Konsultasi Publik ke-2 (Focus Group Discussion)
Konsultasi Publik ke-2 dilaksanakan untuk sosialisasi ke Perangkat Pemerintah
Daerah guna persiapan monumentasi. Konsultasi dilaksanakan di daerah terkait,
kurang lebih satu minggu sebelum monumentasi. Sehingga dalam pekerjaan
monumentasi tidak ada permasalahan dengan lingkungan maupun masyarakat.
12) Monumentasi Trase Jalur Kereta Api
a. Pengukuran situasi dijalur alternative terpilih dengan lebar pengukuran
melintang jalan rel minimum 100 m ke kiri dan 100 m ke kanan.
b. Pengukuran situasi dilokasi rencana emplasement, lebar pengukuran
melintang minimum 100 m ke kiri dan 100 m ke kanan.
c. Pengukuran profil memanjang rencana jalur jalan rel.
d. Pengukuran profil melintang rencana jalur jalan rel setiap interval 500 m
untuk bagian lurus dan 250 m pada bagian lengkung.
e. Pengukuran dimensi saluran dan elevasi dasar saluran untuk rancangan
BH ≤ 1,0 m.
f. Titik BM dan titik control terletak pada as trase jalur KA.
g. Monumentasi
Sebuah permanen Bench Mark (sepasang) yang saling kelihatan (jarak
antara 50 m – 75 m) dipasang pada awal dan akhir lokasi pekerjaan serta
tiap interval 5 km,
Bench Mark (BM) terbuat dari konstruksi beton bertulang ukuran
20x20x140 cm. Pada setiap Bench Mark tertera logo Ditjen
Perkeretaapian / Kementerian Perhubungan dan nomor urut serta
kode/informasi lain bila diperlukan.

18
Gambar 1.Perspektif Bench Mark

150 mm

No.
500 mm
(di atas tanah)

Tanah Tanah

750 mm (ditanam
600 mm
dalam tanah)

150 mm

150 mm 200 mm 150 mm

500 mm
Tampak Samping BM
Gambar 2.Tampak Samping Bench Mark
150 mm

500 mm
200 mm
150 mm

150 mm 200 mm 150 mm

500 mm
Tampak Atas BM
Gambar 3. Tam pak Atas Bench Mark

19
13) Analisis Ekonomi, Keuangan/Finansial dan Skema Pendanaan
a. Memberikan Gambaran yang jelas terkait sumber pendanaan proyek
(analisis keuangan);
b. Menetapkan tugas dan fungsi masing-masing stakeholder di dalam
kegiatan rencana pembangunan jalur KA ini (analisis kelembagaan);
c. Menganalisa biaya Operation and Maintenance (O&M) pada tahap
operasional (analisis keuangan);
d. Mengkaji “kesediaan dan kemampuan membayar pengguna” (willingness-
to-pay & ability-to-pay), sebagai justifikasi atas asumsi tarif yang akan
digunakan (analisa keuangan).
14) Analisis Resiko
Manajemen resiko merupakan proses identifikasi, perencanaan, organisasi,
tindakan, dan kontrol dalam menghadapi resiko pembangunan. Manajemen
resiko dalam pelaksanaan studi ini lebih diutamakan untuk mengenali resiko
yang mungkin akan muncul sepanjang pelaksanaan proyek pembangunan pada
koridor wilayah studi. Resiko yang mungkin muncul dalam proyek dapat dari luar
maupun dari dalam proyek. Resiko yang terdapat dalam proyek atau yang dapat
dikendalikan langsung dalam proyek tidak dapat sama sekali dihilangkan, tetapi
hanya dapat diminimalisir melalui manajemen resiko yang komprehensif dan
efektif. Sementara resiko dari luar proyek berhubungan dengan resiko umum
yang berhubungan dengan kondisi di mana proyek dilaksanakan (seperti resiko
politik, ekonomi, dan keuangan) dan resiko umum seperti bencana alam dan
lain-lain. Beberapa jenis resiko dapat dibebankan/ ditransfer kepada pihak ketiga
(asuransi/pasar uang), namun beberapa resiko akan tetap menjadi beban pihak-
pihak yang langsung terlibat dalam proyek, sehingga perlu analisis mengenai
alokasi dan penanganan resiko. Setelah semua risiko Proyek telah diidentifikasi,
kesesuaian alokasi risiko menjadi substansi analisis risiko dan sangat terkait
dengan skema pendanaan.
15) Analisis Struktur Tarif
a. Melakukan penyusunan biaya operasi kereta api;
b. Melakukan penyusunan biaya pemeliharaan prasarana dan sarana;
c. Mengkaji “kesediaan dan kemampuan membayar pengguna” (willingness-to-
pay & ability-to-pay), sebagai justifikasi atas asumsi tarif yang akan
digunakan (analisa keuangan).

20
16) Dukungan Pemerintah
Diperlukan kajian dukungan pemerintah yang tepat dan sesuai dengan kondisi
studi dimaksud agar studi ini menjadi layak. Penerima tugas harus membuat
kajian tentang jenis dukungan yang diperlukan dari Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah termasuk justifikasi mengapa Pemerintah harus mendukung
studi ini.
17) Penyiapan dokumen pelelangan badan usaha;
18) Rencana aksi implementasi proyek;
19) Membuat dokumen teknis penetapan trase jalur kereta api sesuai PM. 11
Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api yang memuat
sekurang – kurangnya;
a) Gambar rencana trase jalur kereta api
(1) titik-titik koordinat;
(2) lokasi stasiun;
(3) rencana kebutuhan lahan; dan
(4) skala gambar 1:5000 atau lebih besar.
b) potensi angkutan;
(1) perkiraan jumlah pengguna jasa;
(2) perkiraan ketersediaan sumber daya alam yang akan diangkut;
(3) pertumbuhan perekonomian;
(4) pola pergerakan asal tujuan orang dan/atau barang.
c) pola operasi;
(1) perkiraan volume turun/naik penumpang dan/atau bongkar/muatbarang
di setiap stasiun (loading profile);
(2) rencana kebutuhan sarana perkeretaapian yang akandioperasikan;
(3) rencana jumlah dan kelas jalur yang akan dibangun;
(4) rencana lokasi dan jenis stasiun;
(5) tata letak dan kebutuhan jalur di stasiun;
(6) sistem persinyalan dan hubungan blok;
(7) waktu tempuh, frekuensi, dan headwaykereta api; dan
(8) kecepatan maksimum sarana dan prasarana.
a) kebutuhan lahan;
b) keterpaduan inter dan antar moda;
c) dampak sosial dan lingkungan;
d) panjang jalur kereta api;
e) jenis konstruksi jalan rei (at grade, elevated, underground);
f) kondisi geografi dan topografi;

21
g) kondisi geologi;
h) kondisi fisik tanah;
i) kelandaian maksimum;
j) perpotongan.
20) Penyusunan sistem informasi geografis trase jalur kereta api
Sistem informasi geografis trase jalur kereta api disusun berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundangan di bidang informasi
geospasial terutama dalam hal penentuan titik-titik koordinat trase jalur kereta
api dilakukan dengan metode dan instrument pengumpulan data, serta standar
pengolahan data geospasial yang meliputi:
a) Sistem proyeksi dan sistem koordinat dengan jelas dan pasti dapat
ditransformasikan ke dalam sistem koordinat standar nasional, sistem
referensi koordinat nasional, yang pada saat ini dinamakan Datum Geodesi
Nasional 1995 (DGN 95). Sistem DGN 95 ini pada prinsipnya adalah sistem
koordinat WGS (World Geodetic System) 1984;
b) Format, basis data dan metadata yang dapat dengan mudah diintegrasikan
dengan informasi geosapsial lain.

4. INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN


a. Indikator Keluaran (Kualitatif)
Tersedianya Survei Investigasi dan Rancangan Dasar Akses Jalur KA Menuju
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba (Pematang Siantar –
Simalungun/Parapat) yang akurat dan terpadu dengan rencana tata ruang, yang
meliputi alinyemen horizontal dan vertikal, tipikal rancangan terowongan (bila ada)
dan bangunan / fasilitas pendukung seperti sistem drainase, perlintasan dan
sebagainya.

b. Keluaran (Kuantitatif)
Output dari studi ini adalah berupa 1 (satu) buah dokumentasi dari pekerjaan
tersebut dan buku Laporan yang terdiri atas:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan sekurang-kurangnya memuat:
a. Kajian hukum dan kelembagaan;
b. Metode/pendekatan penyelesaian lingkup pekerjaan yang akan digunakan
oleh penyedia jasa;
c. Metode survei permintaan perjalanan, topografi (foto udara), geoteknik, dan
hidrologi, termasuk pengolahan dan analisis data;

22
d. Manajemen proyek, termasuk jadwal pelaksanaan pekerjaan, organisasi dan
rencana penugasan tenaga ahli;
e. Uraian hasil pengumpulan data sekunder dan studi literatur (RTRW dan
Tatralok, studi terdahulu, regulasi, standar teknis, dan lain-lain) serta
melakukan pemetaan potensi tersebut (plotting);
f. Uraian hasil updating analisis perencanaan transportasi;
g. Uraian kondisi karakteristik lingkungan dari lokasi tapak proyek (rona awal
lingkungan);
h. Hasil kajian alternatif-alternatif trase jalur kereta api dan membuat
rekomendasi alternatif trase terpilih berdasarkan kriteria penilaian.
Penyusunan minimal 3 (tiga) trase alternatif;
i. Rencana kerja selanjutnya.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan, sebanyak 10 (sepuluh) buku, dengan rincian: 3 (tiga) eksemplar asli
dan 7 (tujuh) eksemplar copy.
2. Laporan Antara
Laporan antara sekurang-kurangnya memuat:
a. Penyempurnaan/review laporan pendahuluan;
b. Berita acara/risalah rapat koordinasi teknis dan konsultasi publik I dengan
Pemerintah daerah dan instansi/pihak terkait;
c. Uraian hasil survei primer karakteristik dan pola pergerakan;
d. Uraian hasil survai topografi (foto udara), penyelidikan tanah/geoteknik,
hidrologi/hidrolika;
e. Uraian hasil perancangan dasar prasarana perkeretaapian, termasuk biaya
pembangunan prasarana.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 4 (empat) bulan sejak SPMK
diterbitkan,sebanyak 10 (sepuluh) buku, dengan rincian: 3 (tiga) eksemplar asli
dan 7 (tujuh) eksemplar copy.
3. Konsep Laporan Akhir
Konsep Laporan Akhir memuat:
a. Penyempurnaan/review laporan antara;
b. Berita acara/risalah konsultasi publik II dengan Pemerintah daerah dan
instansi/pihak terkait;
c. Uraian hasil perancangan dasar sarana perkeretaapian dan depo, termasuk
biaya pengadaan sarana;
d. Uraian hasil kajian lingkungan dan sosial;
e. Uraian hasil analisis kelayakan proyek;

23
f. Uraian hasil rencana implementasi proyek;
g. Uraian hasil analisis seluruh lingkup pekerjaan;
h. Hasil penyusunan sementara informasi geografis trase jalur kereta api dalam
bentuk animasi 3D trase terpilih.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 6 (enam) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku, dengan rincian: 3 (tiga) eksemplar asli
dan 7 (tujuh) eksemplar copy.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisi perbaikan/koreksi atas konsep laporan akhir sesuai dengan
hasil pembahasan dengan tim pendamping teknis, yang memuat:
a. Buku 1 Perencanaan Transportasi.
b. Buku 2 Rancangan Dasar Prasarana Perkeretaapian.
c. Buku 3 Rancangan Dasar Depo dan Sarana Perkeretaapian.
d. Buku 4 Kajian Lingkungan dan Sosial.
e. Buku 5 Analisis Kelayakan Proyek.
f. Buku 6 Rencana Implementasi Proyek.
g. Buku 7 Dokumen Teknis Penetapan Trase.
h. Buku 8 Laporan Hasil Survei Karakteristik dan Pola Pergerakan.
i. Buku 9 Laporan Hasil Survei Foto Udara.
j. Buku 10 Laporan Hasil Survei Geoteknik.
k. Buku 11 Laporan Hasil Survei Hidrologi.
l. Buku 12 Rancangan Dasar Sterilisasi Perlintasan Sebidang
m. Profil alinyemen horizontal trase jalur kereta api digambar pada peta foto
udara dengan skala 1:2.000 untuk menggambarkan situasi/tutupan lahan
sepanjang koridor;
n. Profil alinyemen horizontal trase jalur kereta api digambar padapeta persil
lahan yang dilengkapi dengan kontur sepanjang koridor dengan skala 1:2.000
untuk menggambarkan elevasi dan kebutuhan lahan;
o. Gambar Profil Alinyemen Vertikal trase jalur kereta api dengan skala
horizontal 1:2.000 dan skala vertikal 1:200;
p. Album gambar potongan melintang tipikal pada jalur lurus dan lengkungan
serta pada kondisi tertentu;
q. Dokumentasi foto dan video.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: 7 (tujuh) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku, dengan rincian: 3 (tiga) eksemplar asli
dan 7 (tujuh) eksemplar copy.

24
5. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Metode Pelaksanaan
Penyusunan Survei Investigasi dan Rancangan Dasar Akses Jalur KA Menuju
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba (Pematang Siantar –
Simalungun/Parapat) dilakukan dengan menggunakan metode jasa konsultansi oleh
penyedia jasa konsultansi berdasarkan perjanjian kerjasama antara Direktorat
Jenderal Perkeretaapian dengan Penyedia Jasa Konsultansi.

b. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


Penyusunan Survei Investigasi dan Rancangan Dasar Akses Jalur KA Menuju
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba (Pematang Siantar –
Simalungun/Parapat) dilakukan melalui tahapan-tahapan pelaksanaan untuk
pencapaian indikator keluaran yaitu :
1. Pengumpulan data sekunder dan studi literatur (studi terdahulu, regulasi, standar
teknis, dan lain-lain);
2. Perumusan Metode Survei, Pengolahan dan Analisis Data.
3. Review Analisis Permintaan dan Perencanaan Lintas Pelayanan (Studi
Kelayakan).
4. Pemilihan Alternatif Trase Jalur Kereta Api (track alignment plan).
5. Rapat Koordinasi Teknis dan Konsultasi Publik ke-1
6. Pengambilan Data Geospasial dengan Foto Udara.
7. Survei Geoteknik dan Hidrologi
8. Kajian Lingkungan dan Sosial
9. Perancangan Dasar Prasarana dan Sarana Kereta Api
10. Konsultasi Publik ke-2 (Focus Group Discussion)
11. Monumentasi Trase Jalur Kereta Api
12. Review Analisis Ekonomi, Keuangan/Finansial dan Skema Pendanaan (Studi
Kelayakan).
13. Review Kajian Regulasi dan Kelembagaan (Studi Kelayakan).
14. Review Analisis Resiko dan Dukungan Pemerintah (Studi Kelayakan).
15. Rencana Pelaksanaan.
16. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Pekerjaan Rancangan Rinci (Detail Engineering Design) Prasarana
Perkeretaapian.

6. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


Lokasi kegiatan ini berada di Provinsi Sumatera Utara.

25
7. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN
a. Pelaksana Kegiatan
Kegiatan Survei Investigasi dan Rancangan Dasar Akses Jalur KA Menuju Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba (Pematang Siantar –
Simalungun/Parapat) dilaksanakan oleh penyedia jasa yang ditunjuk oleh pemberi
tugas.
Jika kerjasama dengan penyedia jasa lain diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan
studi ini, maka persyaratan berikut harus dipatuhi:
1. Melaporkan hasil kerja secara bulanan dengan pemberi tugas;
2. Pada prinsipnya seluruh pekerjaan tidak dapat dikerjasamakan dengan penyedia
jasa lain, kecuali jasa pendukung, seperti: kebutuhan tenaga ahli dengan
kualifikasi internasional (tidak melebihi 30% dari total volume tenaga ahli yang
dibutuhkan), jasa survei, jasa penyedia akomodasi penginapan dan transportasi
tenaga ahli dan personil lainnya serta kegiatan lain yang sejenis sepanjang
dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Penanggungjawab Kegiatan
Pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan ini adalah Direktur Lalu
Lintas dan Angkutan Kereta Api.

c. Penerima Manfaat
Hasil studi inimerupakan bahan kebijakan yang bersifat teknis sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan pimpinan Kementerian Perhubungan terhadap
rencana pembangunan perkeretaapian.Selain Kementerian Perhubungan, penerima
manfaat dari hasil pelaksanaan kegiatan ini adalah badan usaha milik negara dan
badan usaha swasta yang berminat melakukan investasi dalam proyek ini. Secara
tidak langsung, hasil studi ini dapat dijadikan pedoman bagi Pemerintah Daerah
dalam perencanaan transportasi dan tata ruang di wilayahnya.

26
8. PERSONIL
Pengalaman
No. Posisi Pendidikan
(Tahun)
Ketua Tim / Ahli 10 (di bidang perencanaan
1 S2 Teknik Sipil Transportasi
Perencanaan Transportasi transportasi)
Planologi/ Perencanaan 8 (di bidang perencanaan
2 Ahli Tata Ruang S1
Wilayah dan Kota wilayah & kota)
3 Ahli Fotogrametri S1 Geodesi/ Geografi/ Sipil 8 (di bidang Fotogrametri)
4 Ahli Geodesi S1 Teknik Sipil/ Geodesi 6 (di bidang Geodesi)
Ahli Sistem Informasi S1 Geodesi/ Geografi/ Sipil 6 (di bidang SIG)
5
Geografis
6 Ahli Geologi/ Geoteknik S1 Teknik Sipil Geoteknik 6 (di bidang Geologi)
7 Ahli Jalan KA S1 Teknik Sipil 6 (di bidang jalan KA)
8 Ahli Operasi KA S1 Teknik Sipil Transportasi 6 (di bidang operasi KA)
Ahli Sistem Persinyalan dan 4 (di bidang Persinyalan &
9 S1 Teknik Elektro
Telekomunikasi Kereta Api Telekomunikasi KA)
10 Ahli Hidrologi S1 Teknik Sipil Pengairan 4 (di bidang Hidrologi)
11 Ahli Struktur/ Jembatan KA S1 Teknik Sipil 4 (di bidang jembatan KA)
12 Ahli Lingkungan S1 Teknik Lingkungan 4 (di bidang Lingkungan)
13 Ahli Perkiraan Biaya S1 Teknik Sipil/Ekonomi 4 (di bidang Ekonomi Teknik)

Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli:


a. Ketua Tim/Ahli Perencanaan Transportasi
1) Bertanggung jawab untuk melaksanakan koordinasi dengan Penanggung jawab
kegiatan serta pihak pihak lain yang terkait dalam kegiatan penyusunan materi
selama kegiatan berlangsung.
2) Mengkoordinir kegiatan pelaksanaan survey.
3) Bertanggung jawab untuk merencanakan/ mengelola seluruh kegiatan Tim untuk
mencapai tujuan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam KAK baik dari sisi waktu,
kualitas maupun kuantitasnya.
4) Bertanggung jawab atas pengendalian personil Tim yang terlibat dalam kegiatan ini,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan sesuai target yang ditetapkan.
5) Melakukan koordinasi pada kegiatan identifikasi kebutuhan penyusunan studi
kelayakan dan trase jalur KA.
6) Mengkoordinasi kegiatan pembahasan untuk memastikan tercapainya validitas
dokumen yang disusun.
7) Melakukan updating analisa kelayakan jalur KA baik secara ekonomi maupun
finansial dengan menggunakan metode cost/benefit analysis, cash flow analysis, dan
NPV, serta FIRR dan EIRR Calculation pertahun hingga 30 (tiga puluh) tahun
rencana.

27
b. Ahli Planologi (Perencanaan Tata Ruang)
1) Bertanggungjawab terhadap pengumpulan data RTRW di wilayah studi.
2) Melakukan kesesuaian alternative kelengkapan data RTRW di wilayah studi.
3) Analisis kesesuaian rencana tata guna lahan terhadap alternative trase jalur KA.
4) Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah terkait rencana jalur trase di
wilayah studi.

c. Ahli Geodesi
1) Bertanggungjawab atas pengumpulan data dan pelaksanaan analisis terkait dengan
aspek geodesi.
2) Kegiatannya difokuskan untuk menghitung debit maksimum saluran air/sungai di titik
perpotongan dengan jalur jalan rel yang didesain untuk menentukan tinggi dan lebar
bangunan hikmat (bentang 1,0 m) yang harus dibangun di titik yang bersangkutan.
3) Bersama-sama tim ahli lainnya melakukan rapat koordinasi dan diskusi dengan
berbagai pihak terkait dengan substansi yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Ahli Sistem Informasi Geografis


1) Bersama Ahli Geoteknik dan Ahli Fotogrametri bertanggungjawab atas pengumpulan
data topografi trase jalur.
2) Membuat sistem informasi geografis trase jalur KA yang meliputi:
a) Membuat Sistem proyeksi dan sistem koordinat dengan jelas dan pasti dapat
ditransformasikan ke dalam sistem koordinat standar nasional;
b) Membuat format, basis data dan metadata yang dapat dengan mudah
diintegrasikan dengan informasi geospasial lain.
3) Bersama-sama tim ahli lainnya melakukan rapat koordinasi dan diskusi dengan
berbagai pihak terkait dengan substansi yang menjadi tanggung jawabnya.

e. Ahli Fotogrametri
Ahli fotogrametri bertugas merencanakan lingkup pekerjaan analisa interpretasi foto
udara, mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap hasil pengukuran topografi
(ground chek) serta penggambaran hasil foto udara ke dalam bentuk peta.

f. Ahli Geologi/Geoteknik
1) Bertanggungjawab atas pengumpulan data dan pelaksanaan analisis terkait dengan
aspek geologi, geografi, pada trase jalur KA seperti:
a) Survei jenis tanah dan batuan;
b) Survei penyelidikan tanah.
2) Melakukan analisis terhadap hasil survei penyelidikan tanah.
3) Bertanggungjawab dan mengarahkan titik-titik koordinat dalam peta trase jalur KA.

28
4) Bersama-sama tim ahli lainnya melakukan rapat koordinasi dan diskusi dengan
berbagai pihak terkait dengan substansi yang menjadi tanggung jawabnya.

g. Ahli Hidrologi
Menghitung debit maksimum saluran air/sungai di titik perpotongan dengan jalur jalan rel
yang didesain untuk menentukan tinggi kop rel dan lebar bangunan hikmat yang harus
dibangun di titik yang bersangkutan.

h. Ahli Teknik Jalan Rel


1) Bertanggung jawab atas pengumpulan data dan pelaksanaan analisis terkait dengan
aspek prasarana perkeretaapian dalam studi kelayakan pembangunan jalur KA.
2) Membuat dokumen teknis penetapan trase jalur kereta api sesuai PM 11 Tahun
2012.
3) Melakukan perencanaan geometri jalur KA sesuai persyaratan teknis (PM 60 tahun
2012)
4) Rancangan kebutuhan lahan untuk stasiun, depo, balai yasa, fasilitas operasi dan
bangunan pendukung lainnya. Untuk jalur kereta api sampai rumaja dan rumija.
5) Bersama-sama tim ahli lainnya melakukan rapat koordinasi dan diskusi dengan
berbagai pihak terkait dengan substansi yang menjadi tanggung jawabnya.

i. Ahli Sistem Persinyalan dan Telekomunikasi Kereta Api


1) Bertanggung jawab dalam merumuskan konsep sistem persinyalan dan
Telekomunikasi yang akan digunakan;
2) Merumuskan konsep layout persinyalan di stasiun;
3) Berkoordinasi dengan tenaga ahli lainnya.

j. Ahli Operasi KA
1) Bertanggungjawab atas pengumpulan data dan pelaksanaan analisis terkait dengan
aspek pengoperasian kereta api.
2) Kegiatannya difokuskan untuk melakukan perencanaan operasional di jalur lintas
Saketi – Bayah yang mencakup:
a) Perkiraan volume naik/turun penumpang dan/atau bongkar muat barang (loading
profil) di setiap stasiun;
b) Rencana kebutuhan sarana yang akan dioperasikan;
c) Rencana jumlah dan kelas jalur yang akan dibangun;
d) Rencana lokasi dan jenis stasiun;
e) Tata letak dan kebutuhan jalur di stasiun;
f) Sistem persinyalan dan hubungan blok;
g) Waktu tempuh, frekuensi KA, dan headway KA;

29
h) Kecepatan maksimum sarana dan prasarana;
i) Kebutuhan dan lokasi depo/balai yasa.
3) Mengkaji keterpaduan inter dan antar moda yang sesuai dengan wilayah studi.
4) Bersama-sama tim ahli lainnya melakukan rapat koordinasi dan diskusi dengan
berbagai pihak terkait dengan substansi yang menjadi tanggung jawabnya.

k. Ahli Struktur/Jembatan KA
1) Bertanggungjawab atas pengumpulan data dan pelaksanaan analisis terkait jalur
kereta api dan bangunan/fasilitas pendukung.
2) Kegiatannya difokuskan untuk melakukan perencanaan geometri jalan KA dan
bangunan/fasilitas pendukung. Rancangan geometri yang dimaksud terdiri dari:
a) Rancangan trase jalan rel yang meliputi desain alinyemen horizontal dan
alinyemen vertikal;
b) Rancangan bangunan atas dan bangunan bawah jalan rel;
c) Rancangan lokasi, jarak dan skema emplasemen yang terdapat dalam lingkup
pekerjaan;
d) Rancangan terowongan (jika diperlukan);
e) Rancangan Bangunan Hikmat (BH) dengan bentang ≤1,0 m;
f) Rancangan bangunan perpotongan dengan jalan raya (perlintasan).
3) Bersama-sama tim ahli lainnya melakukan rapat koordinasi dan diskusi dengan
berbagai pihak terkait dengan substansi yang menjadi tanggung jawabnya.

l. Ahli Lingkungan
1) Bertanggung jawab terkait seluruh data pemanfaatan dan fungsi hutan/pemanfaatan
lahan yang dilewati oleh rencana trase jalur KA.
2) Melakukan analisis kelayakan pembangunan jalur kereta api dari segi lingkungan
sesuai dengan peraturan dan perundangan.
3) Melakukan perhitungan besaran pengurangan emisi karbon dioksida dalam
mendukung implementasi Rencana Aksi Nasional Gerakan Rumah Kaca.

m. Ahli Perkiraan Biaya


Melakukan perhitungan total investasi pembangunan jalur kereta api di wilayah studi,
termasuk rencana kebutuhan lahan dan total biaya pembebasan lahan, biaya
perhitungan investasi prasarana (jalur KA, stasiun KA, dan jembatan KA), serta biaya
perawatan dan biaya operasi prasarana

30
9. JADWAL KEGIATAN
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan.
Jangka waktu pelaksanaan untuk penyelesaian pekerjaan ini maksimal 7 (tujuh)
Bulan, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Keputusan oleh Pemberi Tugas. Di
dalam jangka waktu tersebut Konsultan atau Lembaga yang ditunjuk harus
menyerahkan semua hasil pekerjaan sebagaimana diuraikan di dalam KAK ini.
b. Matrik pelaksanaan Kegiatan.
BULAN
NO URAIAN KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7
1 Kajian hukum dan kelembagaan
2 Metode survei permintaan perjalanan, topografi
(foto udara), geoteknik, dan hidrologi, termasuk
pengolahan dan analisis data
3 hasil pengumpulan data sekunder dan studi
literatur
4 updating analisis perencanaan transportasi
5 kondisi karakteristik lingkungan dari lokasi
tapak proyek (rona awal lingkungan)
6 kajian alternatif-alternatif trase jalur kereta api
dan membuat rekomendasi alternatif trase
terpilih
7 Laporan Pendahuluan
8 koordinasi teknis dan konsultasi publik I
dengan Pemerintah daerah dan instansi/pihak
terkait
9 Uraian hasil survei primer karakteristik dan
pola pergerakan
10 Uraian hasil survai topografi (foto udara),
penyelidikan tanah/geoteknik,
hidrologi/hidrolika;
11 Uraian hasil perancangan dasar prasarana
perkeretaapian, termasuk biaya pembangunan
prasarana
12 Konsep Antara
13 konsultasi publik II dengan Pemerintah daerah
dan instansi/pihak terkait
14 perancangan dasar sarana perkeretaapian dan
depo, termasuk biaya pengadaan sarana
15 kajian lingkungan dan sosial
11 analisis kelayakan proyek
12 rencana implementasi proyek
13 analisis seluruh lingkup pekerjaan
14 informasi geografis trase jalur kereta api dalam
bentuk animasi 3D trase terpilih
15 Konsep Laporan Akhir
16 Finalisasi penyusunan Studi
17 Laporan Akhir.

31
10. BIAYA
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan APBN DIPA Satker Pengembangan Lalu
Lintas dan Peningkatan Angkutan Kereta Api Tahun Anggaran 2018 sebesar
Rp 2.500.000.000 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).

32

Anda mungkin juga menyukai