PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN
Mengingat :
MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN.
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 2. 3. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu-lintas umum. Ruas Jalan adalah sepenggal jalan umum yang diawali dari kilometer tertentu dan diakhiri di kilometer tertentu, memiliki nomor ruas sebagai identitasnya yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan. Jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas-ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki. Laik Fungsi Jalan adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan untuk memberikan keselamatan bagi penggunanya, dan persyaratan administratif yang memberikan kepastian hukum bagi penyelenggara jalan dan pengguna jalan, sehingga jalan tersebut dapat dioperasikan untuk umum. Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya. Bangunan pelengkap adalah bangunan untuk mendukung fungsi dan keamanan konstruksi jalan yang meliputi jembatan, terowongan, ponton, lintas atas (flyover, elevated road), lintas bawah (underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan, dan saluran tepi jalan dibangun sesuai dengan persyaratan teknis. Perlengkapan jalan adalah sarana yang dimaksudkan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu-lintas serta kemudahan bagi pengguna jalan dalam berlalu-lintas yang meliputi marka jalan, rambu lalu-lintas, alat pemberi isyarat lalulintas, lampu penerangan jalan, rel pengaman (guardrail), dan penghalang lalu-lintas (traffic barrier). Sertifikat Laik Fungsi Jalan adalah dokumen tertulis mengenai status kelaikan fungsi suatu ruas jalan, diberikan oleh penyelenggara jalan sesuai dengan status jalannya.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
BAB II MAKSUD, TUJUAN, DAN LINGKUP Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk menetapkan pedoman dan standar teknis untuk melaksanakan uji dan evaluasi serta penetapan Laik Fungsi Jalan untuk jalan umum yang meliputi jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota. Tata cara dan persyaratan Laik Fungsi Jalan disusun dengan tujuan: a. mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan; dan b. tersedianya jalan yang memenuhi ketentuan keselamatan, kelancaran, ekonomis, dan ramah lingkungan. Pasal 3 Lingkup tata cara dan persyaratan Laik Fungsi Jalan meliputi: a. persyaratan dan pelaksanaan Uji Laik Fungsi; b. kategori Laik Fungsi; c. Tim Uji Laik Fungsi; d. tata cara uji Laik Fungsi; e. penetapan Laik Fungsi; f. pembiayaan; dan g. pengawasan.
(2)
BAB III PERSYARATAN DAN PELAKSANAAN UJI LAIK FUNGSI Bagian Kesatu Persyaratan Teknis Pasal 4 Persyaratan teknis Laik Fungsi Jalan meliputi: a. teknis geometrik jalan; b. teknis struktur perkerasan jalan; c. teknis struktur bangunan pelengkap jalan; d. teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan; e. teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu-lintas meliputi pemenuhan terhadap kebutuhan alat-alat manajemen dan rekayasa lalu-lintas yang mewujudkan petunjuk, perintah, dan larangan dalam berlalu-lintas; dan f. teknis perlengkapan jalan meliputi pemenuhan terhadap spesifikasi teknis konstruksi alat-alat manajemen dan rekayasa lalu-lintas; seluruhnya mengacu kepada ketentuan persyaratan teknis jalan yang berlaku.
Pasal 5 (1) Pemenuhan terhadap persyaratan teknis Laik Fungsi Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, harus mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan daerah serta kondisi fisik lingkungan jalan. Dalam hal pemenuhan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sulit dicapai karena suatu alasan yang sulit dihindarkan, baik untuk seluruh maupun untuk sebagian ruas jalan, dapat dilakukan penurunan persyaratan teknis jalan kepada tingkat yang masih memenuhi persyaratan keselamatan. Untuk jalan dengan syarat teknis yang diturunkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perlu penambahan perlengkapan jalan untuk mengatur lalu-lintas agar pengguna jalan tetap mendapatkan perlindungan keselamatan. Penurunan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus berdasarkan rekomendasi dari Tim Uji Laik Fungsi Jalan dan izin dari penyelenggara jalan. Bagian Kedua Persyaratan Administrasi Pasal 6 (1) Persyaratan administrasi Laik Fungsi Jalan meliputi pemenuhan kelengkapan dokumen-dokumen jalan yang terdiri atas: a. dokumen penetapan petunjuk, perintah, dan larangan dalam pengaturan lalulintas bagi semua perlengkapan jalan; b. dokumen penetapan status jalan; c. dokumen penetapan kelas jalan; d. dokumen penetapan kepemilikan tanah; e. dokumen penetapan leger jalan; dan f. dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Selain dokumen AMDAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, untuk ruas jalan yang pembangunannya tidak memerlukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dapat juga dipakai dokumen lingkungan yang lain seperti Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, serta Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Bagian Ketiga Pelaksanaan Uji Laik Fungsi Pasal 7 (1) (2) Pelaksanaan Uji meliputi pemeriksaan fisik jalan dan pemeriksaan dokumen penyelenggaraan jalan. Pemeriksaan fisik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah menguji pemenuhan persyaratan teknis laik fungsi jalan pada suatu ruas jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Pemeriksaan dokumen penyelenggaraan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah menguji pemenuhan persyaratan administrasi laik fungsi jalan pada suatu ruas jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
(2)
(3)
(4)
(2)
(3)
BAB IV KATEGORI LAIK FUNGSI JALAN Pasal 8 Kelaikan fungsi suatu ruas jalan dapat dinyatakan oleh 1 (satu) dari 3 (tiga) kategori: a. Laik Fungsi; b. Laik Fungsi Bersyarat; dan c. Tidak Laik Fungsi. Pasal 9 (1) Kategori Laik Fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a adalah kondisi suatu ruas jalan, baik jalan baru maupun jalan yang sudah dioperasikan, yang memenuhi semua persyaratan teknis sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 4 dan Pasal 5 dan memiliki semua persyaratan administrasi sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 6 sehingga laik untuk dioperasikan kepada umum. Kategori Laik Fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai suatu keadaan dimana jalan tersebut dipandang perlu untuk dievaluasi kembali, namun tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Evaluasi kembali suatu ruas jalan yang berkategori Laik Fungsi sebelum 10 (sepuluh) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan atas inisiatif penyelenggara jalan atau usulan pihak Kepolisian atau usulan pihak penyelenggara lalu-lintas dan angkutan jalan. Pasal 10 (1) Kategori Laik Fungsi Bersyarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi sebagian persyaratan teknis Laik Fungsi Jalan sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 4 dan Pasal 5 tetapi masih mampu memberikan keselamatan bagi pengguna jalan dan/atau memiliki paling tidak dokumen penetapan status jalan sebagaimana menjadi salah satu syarat dalam Pasal 6. Kategori Laik Fungsi Bersyarat pada jalan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa ruas jalan tersebut laik untuk dioperasikan kepada umum setelah dilakukan perbaikan teknis dalam waktu sesuai rekomendasi dari Tim Uji Laik Fungsi Jalan. Kategori Laik Fungsi Bersyarat pada jalan yang sudah dioperasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa ruas jalan tersebut laik untuk dioperasikan kepada umum bersamaan dengan perbaikan teknis dalam waktu sesuai rekomendasi dari Tim Uji Laik Fungsi Jalan. Pasal 11 (1) Kategori Tidak Laik Fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c adalah kondisi suatu ruas jalan yang sebagian komponen jalannya tidak memenuhi persyaratan teknis sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 4 dan Pasal 5 sehingga ruas jalan tersebut tidak mampu memberikan keselamatan bagi pengguna jalan, dan/atau tidak memiliki dokumen jalan sama sekali sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 6.
(2)
(3)
(2)
(3)
(2) (3)
Ruas jalan yang berkategori tidak laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang dioperasikan untuk umum. Ketidak-laikan fungsi suatu ruas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai jalan tersebut diperbaiki dan dievaluasi kembali kelaikannya.
BAB V TIM UJI LAIK FUNGSI JALAN Bagian Kesatu Keanggotaan Pasal 12 (1) Tim Uji Laik Fungsi Jalan terdiri dari: a. Seorang ketua merangkap anggota, b. Seorang sekretaris merangkap anggota, dan c. Paling sedikit 3 (tiga) anggota. Ketua Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari unsur penyelenggara jalan. Sekretaris dan anggota Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c berasal dari unsur penyelenggara jalan, unsur penyelenggara lalu-lintas dan angkutan jalan, dan unsur Kepolisian. Seluruh anggota Tim Uji Laik Fungsi Jalan termasuk ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak boleh diangkat dari unsur yang terlibat langsung dengan ruas jalan yang menjadi kewenangannya baik secara teknis maupun administrasi. Tim Uji Laik Fungsi Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari para ahli jalan yang meliputi disiplin keilmuan: a. Teknik jalan, geoteknik jalan, teknik jembatan, teknik lalu-lintas/transportasi dan lingkungan jalan; dan b. Administrasi teknik jalan. Dalam hal anggota Tim ahli jalan sebagaimana dimaksudkan ayat (5) sulit untuk dipenuhi sebagaimana dipersyaratkan pada ayat (3), maka penyelenggara jalan dapat mengangkat tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dari unsur-unsur lembaga penelitian jalan, perguruan tinggi, asosiasi ahli jalan, dan/atau unsur lain yang memenuhi kriteria keahlian.
(2) (3)
(4)
(5)
(6)
Bagian Kedua Tugas dan Fungsi Tim Uji Laik Fungsi Jalan Pasal 13 (1) Tugas dan Fungsi Tim Uji Laik Fungsi Jalan meliputi: a. melaksanakan Uji Laik Fungsi Jalan berdasarkan Surat Pengangkatan Tim Uji Laik Fungsi Jalan, Surat Perintah Pengujian yang menetapkan ruas-ruas jalan yang harus diuji, waktu pelaksanaan, dan biaya pelaksanaan Uji Laik Fungsi Jalan yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan;
b.
(2)
melaksanakan uji dan evaluasi Laik Fungsi Jalan pada ruas-ruas jalan sesuai Surat Perintah Pengujian dari penyelenggara jalan; c. menyusun berita acara hasil Uji dan Evaluasi Laik Fungsi jalan yang berisi rekomendasi kelaikan dan upaya perbaikan yang harus dilakukan, dengan menggunakan format sebagaimana terlampir dalam Lampiran I dari Peraturan Menteri ini; dan d. melaporkan berita acara Uji dan Evaluasi Laik Fungsi Jalan kepada Penyelenggara jalan. Semua informasi baik yang diberikan kepada Tim Uji Laik Fungsi Jalan maupun yang dikumpulkan oleh Tim Uji Laik Fungsi Jalan adalah bersifat rahasia dan milik penyelenggara jalan. Bagian Ketiga Prosedur Pelaksanaan Uji Laik Fungsi Jalan Pasal 14
Prosedur pelaksanaan Uji Laik Fungsi Jalan mengikuti alur tugas sebagai berikut: a. Tim Uji Laik Fungsi Jalan ditetapkan melalui Surat Keputusan penyelenggara jalan; b. Tim Uji Laik Fungsi Jalan mendapat tugas melalui Surat Perintah Pengujian untuk melakukan Uji dan Evaluasi Kelaikan Fungsi Jalan pada ruas-ruas jalan tertentu; c. Tim Uji Laik Fungsi Jalan menyusun rencana pelaksanaan yang meliputi waktu pelaksanaan dan biaya serta peralatan yang diperlukan dan mengusulkan kepada penyelenggara jalan; d. Rencana pelaksanaan Uji Laik Fungsi Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disetujui oleh penyelenggara jalan untuk dilaksanakan; e. Tim Uji Laik Fungsi Jalan melakukan Uji Laik Fungsi Jalan pada ruas-ruas jalan yang telah ditetapkan sesuai rencana pelaksanaan menggunakan formulir Survei Uji Laik Fungsi Jalan sebagaimana terlampir dalam Lampiran III dari Peraturan Menteri ini; f. Tim Uji Laik Fungsi Jalan mengevaluasi hasil pengujian untuk menetapkan rekomendasi status kelaikan fungsi dan upaya-upaya yang harus dilakukan; g. Tim Uji Laik Fungsi Jalan menyusun berita acara Evaluasi Laik Fungsi Jalan menggunakan formulir berita acara Evaluasi Laik Fungsi Jalan sebagaimana terlampir dalam Lampiran II dari Peraturan Menteri ini; h. Tim Uji Laik Fungsi Jalan melaporkan berita acara Evaluasi Laik Fungsi Jalan kepada penyelenggara jalan; dan i. Penyelenggara jalan, berdasarkan rekomendasi Tim Uji Laik Fungsi Jalan, menerbitkan sertifikat status kelaikan Fungsi suatu ruas jalan. Bagian Keempat Kelengkapan Tim Uji Laik Fungsi Jalan Pasal 15 (1) Untuk melengkapi legalitas pekerjaan pada suatu ruas jalan yang dievaluasi kelaikannya, Tim Uji Laik Fungsi Jalan dilengkapi dengan dokumen teknis jalan meliputi: a. Desain Teknis Rinci (Detailed Engineering Design, DED), b. Gambar Teknis Terbangun (As Built Drawing);
(2)
c. dokumen penerimaan pekerjaan DED; dan d. dokumen lain yang sesuai dan tersedia. Dokumen teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disediakan oleh penyelenggara jalan.
BAB IV TATA CARA UJI DAN PENETAPAN LAIK FUNGSI JALAN Bagian Kesatu Jalan Nasional Pasal 16 (1) (2) Menteri menyelenggarakan Evaluasi Laik Fungsi Jalan pada jalan nasional. Setiap ruas jalan nasional harus memenuhi persyaratan teknis dan administrasi Laik Fungsi Jalan, sesuai persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6, serta mengupayakan pemenuhan kelaikan fungsi sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 9. Menteri mengangkat Tim Uji Laik Fungsi jalan nasional dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12. Ruas jalan nasional yang akan dievaluasi, dipersiapkan dan diusulkan oleh Unit Pelaksana Teknis yang mengelola langsung jalan nasional yang bersangkutan, kepada Menteri, pada awal setiap tahun anggaran. Tim Uji Laik Fungsi jalan nasional mengevaluasi ruas jalan nasional sesuai tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud disyaratkan dalam Pasal 13 serta mengikuti prosedur pelaksanaan sebagaimana dimaksud disyaratkan dalam Pasal 14. Kelaikan Fungsi ruas jalan nasional ditetapkan oleh Menteri dengan menerbitkan Sertifikat Laik Fungsi Jalan, berdasarkan berita acara Evaluasi Laik Fungsi Jalan, menggunakan format sesuai Lampiran I dari Peraturan Menteri ini.
(3) (4)
(5)
(6)
Bagian Kedua Jalan Provinsi Pasal 17 (1) (2) Gubernur menyelenggarakan Evaluasi Laik Fungsi Jalan pada jalan provinsi. Setiap ruas jalan provinsi harus memenuhi persyaratan teknis dan administrasi Laik Fungsi Jalan, dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6, serta mengupayakan pemenuhan kelaikan fungsi bagi ruas jalan provinsi sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 9. Gubernur mengangkat Tim Uji Laik Fungsi jalan provinsi dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12. Ruas jalan provinsi yang akan dievaluasi, dipersiapkan dan diusulkan oleh Unit Pelaksana Teknis yang mengelola langsung jalan provinsi tersebut kepada Gubernur, pada awal setiap tahun anggaran.
(3) (4)
(5)
(6)
Tim Uji Laik Fungsi jalan provinsi mengevaluasi ruas jalan provinsi sesuai tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 serta mengikuti prosedur pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. Kelaikan fungsi suatu ruas jalan ditetapkan oleh Gubernur dengan menerbitkan Sertifikat Laik Fungsi Jalan, berdasarkan berita acara Evaluasi Laik Fungsi Jalan, menggunakan format sesuai Lampiran I dari Peraturan Menteri ini. Bagian Ketiga Jalan Kabupaten/Kota Pasal 18
(1) (2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Bupati/Walikota menyelenggarakan Evaluasi Laik Fungsi Jalan pada jalan kabupaten/kota. Setiap ruas jalan kabupaten/kota harus memenuhi persyaratan teknis dan administrasi Laik Fungsi Jalan, dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6, serta mengupayakan pemenuhan kelaikan fungsi untuk ruas jalan kabupaten/kota sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 9. Gubernur atas usulan Bupati/Walikota, mengangkat Tim Uji Laik Fungsi Jalan Kabupaten/Kota dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12. Ruas-ruas jalan kabupaten/kota yang akan dievaluasi kelaikan fungsinya, dipersiapkan dan diusulkan oleh Unit Pelaksana Teknis yang mengelola langsung ruas jalan tersebut kepada Bupati/Walikota, pada awal setiap tahun anggaran. Tim Uji Laik Fungsi Jalan kabupaten/kota mengevaluasi ruas jalan kabupaten/kota sesuai tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 serta mengikuti prosedur pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. Kelaikan Fungsi suatu ruas jalan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dengan menerbitkan sertifikat laik fungsi jalan, atas usulan Bupati/Walikota, berdasarkan berita acara Evaluasi Laik Fungsi Jalan, menggunakan format sesuai Lampiran I dari Peraturan Menteri ini.
BAB V PEMBIAYAAN Pasal 19 (1) Pembiayaan untuk pelaksanaan Laik Fungsi Jalan meliputi pembiayaan untuk melakukan Evaluasi laik fungsi jalan dan pembiayaan untuk pencapaian pemenuhan terhadap persyaratan laik fungsi jalan. Pembiayaan untuk evaluasi dan pencapaian laik fungsi jalan ruas jalan nasional dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau sumber pembiayaan yang lainnya yang tersedia. Pembiayaan untuk evaluasi dan pencapaian laik fungsi ruas jalan provinsi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi dan/atau Belanja Negara dan/atau sumber pembiayaan yang lainnya yang tersedia.
(2)
(3)
(4)
Pembiayaan untuk evaluasi dan pencapaian laik fungsi jalan ruas jalan kabupaten/kota dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan/atau Belanja Negara dan/atau atau sumber pembiayaan yang lainnya yang tersedia.
BAB VI PENGAWASAN Pasal 20 (1) Evaluasi kelaikan fungsi jalan dan pencapaian kelaikan fungsi jalan diawasi oleh penyelenggaran jalan sesuai dengan kewenangannya, secara berkala berdasarkan hasil pengawasan fungsi dan manfaat. Status kelaikan fungsi ruas-ruas jalan Kabupaten dan Kota dilaporkan oleh Bupati/Walikota kepada Gubernur pada setiap akhir tahun anggaran. Status kelaikan fungsi ruas-ruas jalan Provinsi, Kabupaten, dan Kota dilaporkan oleh Gubernur kepada Menteri pada setiap akhir tahun anggaran. Status kelaikan fungsi ruas-ruas jalan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dipublikasikan kepada umum oleh Menteri pada setiap akhir tahun anggaran melalui media publikasi nasional.
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 (1) Pemenuhan Kategori Laik Fungsi suatu ruas jalan, baik pada jalan baru maupun pada jalan yang sudah dioperasikan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 8 ayat 1 huruf a dan Pasal 9 paling lambat 3 (tiga) tahun sejak peraturan menteri ini diberlakukan, diawali dengan pelaksanaan Uji Laik Fungsi Jalan yang wajib dimulai paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan Menteri ini ditetapkan. (2) Mekanisme penyelenggaraan jalan yang berlaku sebelum peraturan Menteri ini, perlu disesuaikan dengan berlakunya ketentuan tentang Laik Fungsi Jalan ini selama perioda sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dari Peraturan Menteri ini. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
2010
DJOKO KIRMANTO
Permen PU No.11/PRT/M/2010
tentang
3) Uji LFJ dilakukan oleh tim uji LFJ yg dibentuk oleh penyelenggara jalan. 4) Tim uji LFJ terdiri atas unsur:
1) penyelenggara jalan, 2) instansi yang bertanggung jawab di bidang Sarana dan Prasarana LLAJ, serta 3) Kepolisian Negara Republik Indonesia.
1) Jalan umum dioperasikan setelah ditetapkan memenuhi persyaratan LFJ secara teknis dan administratif sesuai pedoman yg ditetapkan oleh Menteri dan Menteri terkait.
2) Uji kelaikan fungsi jalan umum dilakukan:
1) sebelum pengoperasian jalan yang belum beroperasi. 2) pada jalan yang sudah beroperasi dilakukan secara berkala paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau sesuai dengan kebutuhan.
3) 4) 5) 6) 7)
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan penetapan persyaratan LFJ diatur dengan Peraturan Menteri.
PP No.34/2006, ps 102
Persyaratan LFJ
Syarat Teknis:
(ps.102 ayat 4)
Syarat Administrasi:
(ps.102 ayat 5)
- pemanfaatan bagianbagian jalan - geometrik - manajemen dan rekayasa lalu lintas - perlengkapan jalan - struktur perkerasan - struktur bangkapja Mengacu kepada PTJ. Permen PU No.19/2011
Status jalan Kelas jalan Perintah dan larangan dalam pengaturan lalu lintas bagi semua perlengkapan jalan Kepemilikan tanah Rumija LEGER jalan, dan AMDAL/Dok.Lingkungan
Permen PU No.11/2011
Medan Datar
LHRT (SMP/Hari)
< 110.000 < 82.000 < 61.000 < 106.600 < 79.900 < 59.800 < 103.400 < 77.700 < 58.100
Arteri (Kelas I, II, III, Khusus) Kolektor (Kelas I, II, III) Lokal (Kelas II, III)
4/2-T
4/2-T
2/2-TT
2/2-TT
BERPENUTUP ASPAL/BETON
BERPENUTUP ASPAL/BETON
4
BAIK
6
BAIK - SEDANG
8
SEDANG
10
SEDANG
60 - 120 50 - 100 40 - 80
60 - 80 50 - 80 30 - 80
30 - 60 25 - 50 20 - 40
Lebar, m
42,5
35,5
28,5
38
31
24
13
Tinggi, m Dalam, m
Arteri Kolektor RUWASJA paling kecil, Lokal m Lingkungan Jembatan Arteri Kolektor Lokal Badan Jalan, lebar Lingkungan paling kecil, m Lingkungan untuk roda dua
POTONGAN MELINTANG
2x 2x 2x 2 x (4x3,50) 2 x (3x3,50) (2x3,50) 2 x (4x3,50) (3x3,50) (2x3,50) Medan Datar Bahu luar 2.50 + bahu dalam 1.00 Bahu luar 2.00 dan bahu dalam 0.50 2,50 + 1,00 1,50 + 0,50 Medan Bukit 2,00 + 1,00 1,00 + 0,50 Medan Gunung Direndahkan 9,00 9,00
Ditinggikan
2,80; ditinggikan setinggi kereb dan 1,50; ditinggikan setinggi kereb untuk dilengkapi rel pengaman, untuk kecepatan rencana <60Km/Jam; Dan kecepatan rencana <80Km/Jam; menjadi 1,80 jika median dipakai Konfigurasi lebar bahu dalam + lebar sebagai lapak penyeberangan. bangunan pemisah setinggi kereb + Konfigurasi lebar bahu dalam + lebar lebar bahu dalam di sisi lain adalah bangunan pemisah setinggi kereb + 1,00 + 0,80 + 1,00 lebar bahu dalam di sisi lain adalah 0,50 +0,50+0,50; dan menjadi Tanpa Median 0,50+0,80+0,50 jika dipakai lapak penyeberangan. 3,80; ditinggikan setinggi 1,10m 2,00; ditinggikan 1,10m berupa berupa penghalang beton, untuk penghalang beton untuk kecepatan kecepatan rencana <80Km/Jam; rencana 60Km/Jam; Konfigurasi lebar Konfigurasi lebar bahu dalam + bahu dalam + lebar bangunan pemisah bangunan pemisah setinggi 1,10m + setinggi 1,10m + lebar bahu dalam di bahu dalam di sisi lain adalah 1,50 + sisi lain adalah 0,75 +0,50+0,75. 0,80 + 1,50
Tanpa jalur pemisah Lebar paling kecil 2 m + pagar pemisah
Tanpa Median
2,00 1,00 1,00 1,00 Tanpa jalur pemisah 1,00 1,00 Tanpa jalur pemisah 1,00 0,5
1,00 1,00
POTONGAN MEMANJANG
Untuk mempertahankan kecepatan arus lalu-lintas, jarak antara jalan masuk terdekat pada jalan arteri tidak kurang dari 1,00 Km dan pada jalan kolektor Jarak antara Jalan Pada jalan Bebas Hambatan, 0,50 Km. Pada jalan lama, untuk mengatasi jalan masuk paling dekat, Jalan tidak ada jalan masuk langsung masuk yang banyak dapat dibuat jalur samping m Kolektor dan tidak ada Persimpangan untuk menampung semua jalan masuk dan membatasi bukaan sebagai jalan masuk ke jalur sebidang. Jarak antar persimpangan tidak sebidang utama sesuai jarak terdekat di atas. paling kecil 5 km. Untuk mempertahankan kecepatan arus lalu-lintas Jarak antar Jalan Arteri pada jalan arteri agar diupayakan jarak antara persimpangan Jalan persimpangan sebidang terdekat tidak kurang dari sebidang paling Kolektor dekat, km 3,00 Km dan pada jalan kolektor 0,50 Km Superelevasi paling besar, % 8% 8% 8% Kekesatan melintang paling Jalan Arteri
tinggi
8% 0,14 0,33
0,14 0,33
Alinemen Datar Alinemen Bukit Alinemen Gunung
0,14 0,33
0,14 0,33
4 5 6
5 6 10
6 7 10
6 8 12
Kelandaian Paling
besar, %
Katagorisasi LFJ
Memberi KESELAMATAN bagi pengguna jalan
Perbaikan besar
Semua jalan umum
Tidak LAIK
HARUS
memenuhi LFJ: Nasional Provinsi Kabupaten/Kota
LAIK
bersyarat
LFJ
LAIK
Jalan dioperasikan, dan dievaluasi lagi jika ada usulan atau paling lama 10 tahun Jalan dioperasikan sementara dan diperbaiki sesuai rekomendasi tim Uji LFJ
Perbaikan kecil
DJBM a/n Menteri menugaskan Tim Uji LFJ utk melakukan Uji LFJ sesuai SK Tim
Pelaksanaan Uji LFJ (?)
Laik
Jalan dioperasikan dan harus diperbaiki sesuai rekomendasi Tim Uji LFJ Menteri menetapkan sertifikat LFJ SEMENTARA yg berlaku maks 2 tahun
Tidak Laik
Menteri menetapkan larangan pengoperasian jalan dan harus diperbaiki sesuai rekomendasi Tim Uji LFJ
Laik bersyarat
Menteri menetapkan sertifikat LFJ ruas nasional ybs, yang berlaku 10 tahun
BINTEK
SUBDIT TekLingk
DIRJEN
MULAI
USULAN NAMA
TUJUAN
TEMBUSAN
USULAN TIM
KONSEP SK TIM
SURAT KEPUTUSAN
BINLAK
SUBDIT SISDAL SUBDIT WIL
BINTEK
SUBDIT TL
DIRJEN
MULAI
USULAN NAMA
TUJUAN
PERSETUJUAN RUAS
BINTEK
SUBDIT WIL SUBDIT TL
DIRJEN
MULAI
USULAN
KOORDINASI EVALUASI
SK KELAIKAN JALAN
Menyusun berita acara Melaporkan (2) Semua informasi bersifat rahasia dan milik penyelenggara jalan, meliputi
Data pendukung yg diberikan kpd Tim Uji & Evaluasi LFJ yg dikumpulkan oleh Tim Uji & Evaluasi LFJ
Pembiayaan
Pasal 15 1) Pembiayaan: a. Melaksanakan Uji & Evaluasi LFJ b. pemenuhan terhadap persyaratan LFJ 2) Jalan Nasional 3) Jalan Provinsi 4) Jalan Kabupaten/Kota APBN. APBD provinsi. APBD Kabupaten/Kota.
Pengawasan
(1) (2) Pasal 16 Uji & Evaluasi serta pencapaian LFJ diawasi oleh penyelenggaran jalan (....) Status LFJ jalan Kabupaten/Kota dilaporkan oleh PEMERINTAH KABUPATEN/ KOTA kpd PEMERINTAH PROVINSI pada setiap akhir TA; Status LFJ jalan Provinsi, Kabupaten/Kota dilaporkan oleh PEMPROV kpd pemerintah pd setiap akhir TA; Status LFJ jalan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dipublikasikan kepada umum oleh pemerintah (Menteri) pada setiap akhir TA melalui media publikasi nasional.
(3) (4)
PERMEN PU NO.11/2010 - BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 (1) Pemenuhan Kategori Laik Fungsi suatu ruas jalan, baik pada jalan baru maupun pada jalan yang sudah dioperasikan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak peraturan menteri ini diberlakukan, diawali dengan pelaksanaan Uji Laik Fungsi Jalan yang wajib dimulai paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan Menteri ini ditetapkan. (2) Mekanisme penyelenggaraan jalan yang berlaku sebelum peraturan Menteri ini, perlu disesuaikan dengan berlakunya ketentuan tentang Laik Fungsi Jalan ini selama perioda sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Kondisi Kinerja
Mantap Mantap Sedang Tidak Mantap
Tahun Awal
51% 29% 20%
Tahun Akhir
94% 6% 0%
Contoh: Tahun Awal dari n Ruas Jalan (atau panjang jalan x Km)
Dok. Status Jalan Dok. Kelas Jalan Dok. Perintah & Larangan Perlengkapan Jalan Dok. Kepemilikan Tanah Dok. Leger Dok. AMDAL/Dok. Lingkungan
Laik Bersyarat
Status LFJ
Laik
80%
10%
Contoh:
Perkerasan
LAIK
Tahun Target dari n Ruas Jalan (atau panjang jalan x Km) dgn biaya yT Rp.
Laik Bersyarat
Laik
Status LFJ
30%
70%
2011
2012
November
Desember
2013
Plan?
Bintek Sisdal Bintek Uji & Evaluasi Proses LFJ, Target 40% pelaporan dari Jalan Nasional Balai kepada Dirjen BM (cq. Sisdal) Penetapan status LFJ dan Penerbitan Sertifikat LFJ Uji dan Evaluasi LFJ, Target 60% Jalan Nasional
Lampiran I.
Isi sertifikat:
Identitas jalan 2. Nomor ruas 3. UPT 4. Status 5. System Jaringan 6. Fungsi 7. Spesifikasi Penyediaan Prasarana 8. Kelas Penggunaan jalan 9. Kelaikan jalan 10. Tgl/Bln/Thn; dan 11. Tanda tangan
1
Lampiran II.
Lampiran III.