Anda di halaman 1dari 12

NAMA TARUNI REMAJA : AZMAN

NOTAR : 2201059
KELAS : MTD 2.18
NO. ABSEN : 03
DOSEN PENGAMPU : SAHAR ANDIKA. MH
MATA KULIAH : PERUNDANG – UNDANGAN TRANSDAR II

KECELAKAAN KERETA API, PENELITIAN, DAN PENYIDIKAN


SERTA SAKSI PIDANA

A. DASAR HUKUM
1. UU No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
o Bab XIV Pemeriksaan Dan Penelitian Kecelakaan Kereta Api
o Bab XVI Penyidikan
o Bab XVII Sanksi Pidana
2. PP 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, dan perubahannya
dengan PP No 6 tahun 2017.
3. PP No.72 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api
4. PP 62 Tahun 2013 Tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi
5. PP 33 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perkeretaapian
6. KUH Pidana
7. KUHAP ( Kitab UU Hukum.Acara Pidana)

B. DEFINISI
1. Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana,
dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api. (UU No. 23 Tahun 2007 Pasal 1 Angka 1)
2. Penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah pihak yang
menyelenggarakan prasarana perkeretaapian. ( UU No. 23 Tahun 2007 Pasal 1
Angka 16 )
3. Penyelenggara sarana perkeretaapian adalah badan usahayang mengusahakan
sarana perkeretaapian umum. ( UU No. 23 Tahun 2007 Pasa l 1 Angka 17)
4. Sertifikasi pengujian prasarana atau sarana perkeretaapian adalah proses
pemeriksaan, pengujian, untuk menetapkan kelaikan operasi prasarana atau sarana
perkeretaapian. ( PP No.56 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 33)
5. Sertifikat kecakapan adalah tanda bukti telah memenuhi persyaratan kompetensi
sebagai awak sarana perkeretaapian atau tenaga operasi prasarana perkeretaapian.
( PP No. 56 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 36 )
6. Grafik Perjalanan Kereta Api yang selanjutnya disebut Gapeka adalah pedoman
pengaturan pelaksanaan perjalanan kereta api yang digambarkan dalam bentuk
garis yang menunjukkan stasiun, waktu, jarak, kecepatan, dan posisi perjalanan
kereta api mulai dari berangkat, bersilang, bersusulan, dan berhenti yang
digambarkan secara grafis untuk pengendalian perjalanan kereta api. ( PP No.72
Tahun 2009 Pasal 1 Angka 15)
7. Investigasi Kecelakaan Transportasi adalah kegiatan penelitian terhadap
penyebab kecelakaan transportasi dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyajian data secara sistematis dan objektif agar tidak terjadi kecelakaan
transportasi dengan penyebab yang sama. ( PP No. 62 Tahun 2013 Pasal 1 Angka
1)
8. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan. (Pasal 1 angka 1 KUHAP)
9. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya. (Pasal 1 angka 2 KUHAP)
10. Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang
oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. (Pasal 1 angka 4 KUHAP)
11. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini. ( Pasal 1 angka 5 KUHAP)
C. SUBSTANSI
 UU No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.

BAB XIV
PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN
KECELAKAAN KERETA API
Pasal 175
(1) Pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api dilakukan oleh
Pemerintah.
(1) Pelaksanaan pemeriksaan dan penelitian kecelakaan kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukanoleh suatu badan yang dibentuk atau ditugaskan oleh
Pemerintah.
Pasal 175 Ayat (1) Penelitian sebab-sebab terjadinya kecelakaan adalah bukan dalam
kaitan dengan penyidikan (penegakan hukum), melainkan semata-mata untuk
mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam rangka perbaikan teknologi dan
agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari. Apabila dalam kecelakaan
tersebut memang terdapat unsur melawan hukum, pemeriksaannya juga dilakukan
oleh penyidik dalam rangka penegakan hukum.
(2) Hasil pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yang dibuat dalam bentuk rekomendasi wajib ditindaklanjuti
oleh Pemerintah, Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian, dan Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian serta dapat diumumkan kepada publik.
Pasal 176
(1) Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dan/atau Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian wajib membiayai pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan
kereta api.
(2) Biaya pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib diasuransikan.

Pasal 177
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan
kereta api diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 186
(1) Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di bidang perkeretaapian dapat diberi
kewenangan khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan atas
pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang ini.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan, pengaduan, atau keterangan tentang
terjadinya tindak pidana di bidang perkeretaapian;
b. memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi dan/atau tersangka
tindak pidana di bidang perkeretaapian;
c. melakukan penggeledahan, penyegelan, dan/atau penyitaan alat-alat yang digunakan
untuk melakukan tindak pidana di bidang perkeretaapian;
d. melakukan pemeriksaan tempat terjadinya tindak pidana dan tempat lain yang diduga
terdapat barang bukti tindak pidana di bidang perkeretaapian;
e. melakukan penyitaan barang bukti tindak pidana di bidang perkeretaapian;
f. meminta keterangan dan barang bukti dari orang dan/atau badan hukum atas terjadinya
tindak pidana di bidang perkeretaapian;
g. mendatangkan ahli yang diperlukan untuk penyidikan tindak pidana di bidang
perkeretaapian;
h. membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan perkara tindak pidana di
bidang perkeretaapian; dan i. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup
bukti terjadinya tindak pidana di bidang perkeretaapian.

(3) Pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada penuntut umum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

PENJELASAN BAB XVII KETENTUAN PIDANA

 BAGI PENYELENGGARA PRASARANA PERKERETAAPIAN


Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang mengoperasikan prasarana perkeretaapian
umum yang tidak memenuhi standar kelaikan operasi prasarana perkeretaapian yang
kemudian menimbulkan kecelakaan kereta api yang mengakibatkan :

 Rugi harta benda, dipidana penjara maks. 1 tahun 6 bulan dan denda maks.Rp.
500.000.000,-
 Korban luka berat, dipidana penjara maks. 3 tahun dan denda maks. Rp.
1.000.000.000,-
 Korban meninggal dunia, dipidana penjara maks. 6 tahun dan denda maks. Rp.
2.000.000.000,-

Badan Usaha yang menyelenggarakan prasarana perkeretaapian umum yang tidak memiliki
izin usaha, izin pembangunan dan izin operasi dipidana penjara maks. 6 tahun dan denda
maks. Rp 2.000.000.000,-
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang mengoperasikan prasarana perkeretaapian
dengan petugas yang tidak memiliki sertifikat kecakapan, dipidana penjara maks. 1
tahun dan denda maks. Rp. 500.000.000,-

Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang tidak menempatkan tanda larangan secara


jelas dan lengkap di ruang manfaat jalur kereta api dan di jalur kereta api yang mengakibatkan:
 Rugi bagi harta benda, dipidana penjara maks. 1 tahun dan denda maks.Rp.
250.000.000,-
 Korban luka berat, dipidana penjara maskimal 2 tahun dan denda maks. Rp.
500.000.000,-
 Korban meninggal dunia, dipidana penjara maks. 3 tahun dan denda maks. Rp.
1.000.000.000,-

Pemilik Prasarana Perkeretaapian yang memberi izin pembangunan jalan, jalur kereta api
khusus, terusan, saluran dan/atau prasarana lain yang memerlukan persambungan, dan
perpotongan dan/atau persinggungan dengan jalur kereta api umum yang tidak memenuhi
ketentuan, dipidana penjara maks. 4 tahun dan/atau denda maks. Rp. 2.000.000.000,-

Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya


terhadap Penyelenggara Sarana Perkeretaapian, Petugas Prasarana Perkeretaapian dan pihak
ketiga, dipidana penjara maks. 1 tahun dan/atau denda maks. Rp 500,000.000,-

 BAGI PENYELENGGARA SARANA PERKERETAAPIAN


Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan sarana perkeretaapian umum
yang tidak memenuhi standar kelaikan operasi sarana perkeretaapian yang kemudian
menimbulkan kecelakaan kereta api dan mengakibatkan :

 Rugi harta benda, dipidana penjara maks. 1 tahun 6 bulan dan denda maks. Rp.
500.000.000,-
 Korban luka berat, dipidana penjara maks. 3 tahun dan denda maks. Rp.
1.000.000,000,-
 Korban meninggal dunia, dipidana penjara maks. 6 tahun dan denda maks. Rp.
2.000.000.000,-

Badan Usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian yang tidak memiliki izin usaha
dan izin operasi dipidana penjara maks. 6 tahun dan denda maks. Rp. 2.000,000.000,-

Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan sarana perkeretaapian dengan


awak Sarana Perkeretaapian yang tidak memiliki sertifikat tanda kecakapan dipidana
penjara maks. 1 tahun dan denda maks. Rp. 250.000.000,-

Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang tidak mengasuransikan tanggung


jawabnya terhadap pengguna jasa, awak Sarana Perkeretaapian dan pihak ketiga, dipidana
penjara maks. 1 tahun dan/atau denda maks. Rp. 500.000.000,-

 BAGI PENYELENGGARA PERKERETAAPIAN KHUSUS


Penyelenggara Perkeretaapian Khusus yang tidak memiliki izin pengadaan atau
pembangunan dan izin operasi, dipidana penjara maks. 6 bulan dan denda maks. Rp.
250.000.000,-
Jika hal tersebut di atas kemudian menimbulkan kecelakaan kereta api dan mengakibatkan
:

 Rugi harta benda, dipidana penjara maks. 1 tahun 6 bulan dan denda maks. Rp.
500.000.000,-
 Korban luka berat, dipidana penjara maks. 3 tahun dan denda maks. Rp.
1.000.000,000,-
 Korban meninggal dunia, dipidana penjara maks. 6 tahun dan denda maks. Rp.
2.000.000.000,-

BAGI SETIAP ORANG ATAU MASYARAKAT


Setiap orang yang membangun gedung, membuat. tembok, pagar, tanggul, dan bangunan
lainnya, menanam jenis pohon yang tinggi atau menempatkan barang pada jalur kereta
api yang dapat mengganggu pandangan bebas dan membahayakan keselamatan perjalanan
kereta api dipidana penjara maks. 1 tahun atau denda maks. Rp. 100.000.000,-

Setiap orang yang melakukan kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung yang
dapat mengakibatkan :

 Terjadinya pergeseran tanah di jalur kereta api sehingga mengganggu atau


membahayakan perjalanan kereta api, dipidana penjara maks. 1 tahun dan/atau denda
maks. Rp. 250.000.000,-
 Kerusakan prasarana perkeretaapian dan/atau sarana perkeretaapian, dipidana
penjara maks. 1 tahun 6 bulan dan/atau denda maks. Rp. 500.000.000,-
 Korban luka berat, dipidana penjara maks. 3 tahun dan denda maks. Rp.
1.000.000,000,-
 Korban meninggal dunia, dipidana penjara maks. 6 tahun dan/atau denda maks. Rp.
2.000.000.000,-

Setiap orang yang menghilangkan, merusak, dan/atau melakukan perbuatan yang


mengakibatkan :

 Rusak dan tidak berfungsinya prasarana perkeretaapian, dipidana penjara maks. 3


tahun.
 Kecelakaan dan/atau rugi bagi harta benda, dipidana penjara maks. 5 tahun.
 Korban luka berat, dipidana penjara maks. 10 tahun.
 Korban meninggal dunia, dipidana penjara maks. 15 tahun.

Setiap orang yang berada di ruang manfaat jalan kereta api, menyeret barang di atas atau
melintasi jalur kereta api tanpa hak dan menggunakan jalur kereta api untuk
kepentingan lain selain untuk angkutan kereta api yang dapat mengganggu perjalanan kereta
api dipidana penjara maks. 3 bulan atau denda maks. Rp. 15.000.000,-

Setiap orang yang membangun jalan, jalur kereta api khusus, terusan, saluran air,
dan/atau prasarana lain yang menimbulkan atau memerlukan persambungan,
perpotongan atau persinggungan dengan jalan kereta api umum tanpa izin pemilik
Prasarana Perkeretaapian, dipidana penjara maks. 3 tahun dan/atau denda maks. Rp.
1.000.000.000,-

Setiap orang yang tanpa hak berada di dalam kabin masinis, di atap kereta, di lokomotif,
di gerbong atau di bagian kereta yang peruntukannya bukan untuk penumpang, dipidana
dengan pidana penjara maks. 3 bulan dan/atau denda maks. Rp. 15.000.000,-

Setiap orang yang menjual karcis kereta api di luar tempat yang telah ditentukan oleh
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian, dipidana penjara maks. 6 bulan.

BAGI TENAGA PENGUJI PRASARANA / SARANA PERKERETAAPIAN


Tenaga penguji Prasarana Perkeretaapian yang melakukan pengujian prasarana
perkeretaapian tidak menggunakan peralatan pengujian Prasarana Perkeretaapian
dan/atau melakukan pengujian tidak sesuai dengan tata cara pengujian Prasarana
Perkeretaapian yang ditetapkan, dipidana penjara maks. 6 bulan atau denda maks. Rp.
30.000.000,-

Tenaga penguji Sarana Perkeretaapian yang melakukan pengujian sarana perkeretaapian


tidak menggunakan peralatan pengujian dan/atau melakukan pengujian tidak sesuai
dengan tata cara pengujian yang ditetapkan mengakibatkan kecelakaan kereta api dan
kerugian bagi harta benda, dipidana penjara maks. 1 tahun dan/atau denda maks. Rp
60.000,000,-

BAGI PETUGAS PRASARANA / SARANA PERKERETAAPIAN


Petugas Prasarana Perkeretaapian yang mengoperasikan prasarana perkeretaapian tidak
memiliki sertifikat kecakapan, dipidana penjara maks. 1 tahun.

Awak Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan sarana perkeretaapian tidak memiliki


sertifikat kecakapan, dipidana penjara maks. 1 tahun.

Jika hal tersebut di atas menimbulkan kecelakaan kereta api dan mengakibatkan :

 Rugi harta benda, dipidana penjara maks. 2 tahun.


 Korban luka berat, dipidana penjara maks. 3 tahun.
 Korban meninggal dunia, dipidana penjara maks. 5 tahun.

Awak Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan kereta api tanpa surat perintah tugas
dari Penyelenggara Sarana Perkeretaapian, dipidana penjara maks. 1 tahun atau denda
maks. Rp. 60.000.000,-

Awak Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan kereta api yang tidak mematuhi
perintah petugas pengatur perjalanan kereta api, sinyal, atau tanda menimbulkan
kecelakaan kereta api dan mengakibatkan :

 Rugi harta benda, dipidana penjara maks. 1 tahun.


 Korban luka berat, dipidana penjara maks. 2 tahun.
 Korban meninggal dunia, dipidana penjara maks. 5 tahun.
HAK KORBAN KECELAKAAN KERETA API AKIBAT KELALAIAN BADAN
PENYELENGGARA

Korban kecelakaan kereta api dapat menuntut ganti kerugian terhadap Penyelenggara
Prasarana atau Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang pelaksanaannya berdasarkan
ketentuan hukum acara pidana.

DILAKUKAN OLEH KORPORASI


Jika tindak pidana dilakukan oleh suatu korporasi maka dipidana dengan denda yang
sama ditambah dengan 1/3 (satu pertiga).

Dalam ketentuan ini, yang dipidana adalah pengurus dari Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian sebagai korporasi. Pengurus dalam hal ini adalah orang-orang yang
mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi yang bertindak untuk
dan atas nama korporasi atau demi kepentingan korporasi, berdasarkan hubungan kerja atau
berdasar hubungan lain dalam lingkup usaha korporasi tersebut, baik sendiri-sendiri atau
bersama-sama.

Luka berat adalah :


- sakit atau luka yang tidak ada harapan untuk sembuh sama sekali atau yang menimbulkan
bahaya maut;
- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas, jabatan, atau pekerjaan pencaharian;
- kehilangan salah satu panca indera;
- cacat berat;
- lumpuh;
- daya pikir terganggu selama lebih dari 4 (empat) minggu;dan
- gugur atau matinya kandungan.

Dalam ketentuan ini, yang dipidana adalah pengurus dari Badan Usaha yang
menyelenggarakan prasarana perkeretaapian umum sebagai korporasi. Pengurus dalam hal ini
adalah orang-orang yang mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi
korporasi yang bertindak untuk dan atas nama korporasi atau demi kepentingan korporasi,
berdasarkan hubungan kerja atau berdasar hubungan lain dalam lingkup usaha korporasi
tersebut, baik sediri-sendiri atau bersama-sama.

Dalam ketentuan ini, yang dipidana adalah pengurus dari Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian sebagai korporasi. Pengurus dalam hal ini adalah orang-orang yang
mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi yang bertindak untuk
dan atas nama korporasi atau demi kepentingan korporasi, berdasarkan hubungan kerja atau
berdasar hubungan lain dalam lingkup usaha korporasi tersebut, baik sediri-sendiri atau
bersama-sama.

Dalam ketentuan ini, yang dipidana adalah pengurus dari Penyelenggara Perkeretaapian
Khusus sebagai korporasi. Pengurus dalam hal ini adalah orang-orang yang mempunyai
kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi yang bertindak untuk dan atas
nama korporasi atau demi kepentingan korporasi, berdasarkan hubungan kerja atau berdasar
hubungan lain dalam lingkup usaha korporasi tersebut, baik sediri-sendiri atau bersama-sama.
Mengoperasikan meliputi pengoperasian, perawatan, pengelolaan, pengawasan, dan
pemeriksaan.

Awak kereta api dalam ketentuan ini adalah masinis dan asisten masinis.

 PP No.72 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api
BAB IV
ANGKUTAN KERETA API
Bagian Kesatu
Awak Sarana Perkeretaapian
Pasal 111
(1) Pengoperasian kereta api antar kota dan kereta api perkotaan dilakukan oleh awak
sarana perkeretaapian.
(2) Awak sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengoperasikan
sarana perkeretaapian berdasarkan surat perintah tugas dari penyelenggara sarana
perkeretaapian.
(3) Awak sarana perkeretaapian yang mengoperasikan kereta api yang tidak memiliki
surat perintah tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenai sanksi administratif
berupa teguran tertulis, pembekuan sertifikat kecakapan, atau pencabutan sertifikat
kecakapan.
(4) Pembekuan sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
setelah dilakukan teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali atau mengakibatkan
kecelakaan yang tidak menimbulkan korban jiwa.
(5) Pencabutan sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
apabila awak sarana perkeretaapian pernah dibekukan sertifikatnya sebanyak 3 (tiga)
kali atau mengakibatkan kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa.

PENJELASAN :
1. Bagian utama dari Pasal 111 ini mengatur persyaratan yang harus dipenuhi oleh awak
sarana perkeretaapian. Awak sarana perkeretaapian adalah orang-orang yang
bertanggung jawab atas pengoperasian, perawatan, dan keselamatan kereta api.
Persyaratan ini mencakup:
 Pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh awak sarana perkeretaapian.
 Pelatihan yang harus diikuti oleh awak sarana perkeretaapian.
 Persyaratan kesehatan dan kebugaran yang harus dipenuhi.
2. Selain itu, Pasal 111 juga mengatur bahwa mereka yang akan menjadi awak sarana
perkeretaapian harus memiliki izin atau sertifikat yang diberikan oleh instansi yang
berwenang.
3. Pasal ini juga menekankan pentingnya keselamatan dalam pelaksanaan tugas awak
sarana perkeretaapian dan menetapkan bahwa awak sarana perkeretaapian wajib
mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam hal keselamatan operasi kereta
api.
4. Bagian terakhir dari Pasal 111 mengatur bahwa peraturan lebih lanjut mengenai
persyaratan dan tugas awak sarana perkeretaapian akan diatur dengan Peraturan
Menteri Perhubungan.
 PP 62 Tahun 2013 Tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi

Pasal 2
Investigasi Kecelakaan Transportasi diselenggarakan berdasarkan prinsip:
a. tidak untuk mencari kesalahan (no blame);
b. tidak untuk memberikan sanksi/hukuman (no judicial); dan
c. tidak untuk mencari siapa yang bertanggung jawab menanggung kerugian (no
liability).

Pasal 3
Investigasi Kecelakaan Transportasi diselenggarakan untuk mengungkap suatu peristiwa
kecelakaan transportasi secara profesional dan independen guna memperoleh data dan
fakta penyebab terjadinya kecelakaan transportasi.

Sebab, investigasi ini bertujuan mengungkap suatu peristiwa kecelakaan transportasi


secara profesional dan independen guna memperoleh data dan fakta penyebab
terjadinya kecelakaan, agar tidak terulang kembali.
Pasal 7
Kecelakaan Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a terdiri atas:
a. tabrakan antar Kereta Api;
b. Kereta Api terguling;
c. Kereta Api anjlok; dan/atau
d. Kereta Api terbakar.

Pasal 48
Semua dokumen yang berkaitan dengan seluruh proses Investigasi Kecelakaan
Transportasi sampai dengan laporan Investigasi Kecelakaan Transportasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses
peradilan.

Pasal 53
(1) Informasi mengenai Investigasi Kecelakaan Transportasi didokumentasikan dan
dipublikasikan serta dapat diakses dan digunakan oleh masyarakat.
(2) Pengelolaan sistem informasi Investigasi Kecelakaan Transportasi oleh Komite Nasional
Keselamatan Transportasi dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lain
Bisakah Menuntut Masinis Jika Pejalan Kaki Tertabrak Kereta di Perlintasan?
Pasal 359 atau Pasal 360 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”), akan tetapi
perlu dilihat lagi unsur-unsur dari pasal tersebut:

Pasal 359
“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling
lama satu tahun.”

Pasal 360
(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain
mendapatkan luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-
luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan
atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

Dalam hal ini, pejalan kaki itu sendiri telah melanggar peraturan, dan jika pada saat itu masinis
juga telah membunyikan klakson untuk memperingati si pejalan kaki, maka masinis tidak dapat
dipersalahkan.Jika tidak ada unsur kesalahan pada si masinis, maka masinis kereta api tersebut
tidak dapat dituntut.

Pertanggungjawaban Hukum Jika Mobil Tertabrak Kereta Api

Pasal 361 KUHP, yaitu:Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan
dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah dengan
sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam
mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan

Jika pengendara mobil tersebut melintas karena tidak ada rambu-rambu sebagaimana
dimaksud, atau tidak ada yang memperingatinya, sehingga ia tidak mengetahui bahwa ada
kereta yang akan melintas, jelas kesalahan ada di pihak penyelenggara prasarana
perkeretaapian karena pihak tersebutlah yang memiliki hak dan wewenang untuk mengatur,
mengendalikan, dan mengawasi perjalanan kereta api maupun mendahulukan perjalanan kereta
api di perpotongan sebidang dengan jalan. Atau jika kesalahannya atas kelalaian dari petugas
penjaga perlintasan, maka sanksi untuk pihak yang ditugaskan pada perlintasan rel kereta
tersebut adalah pidana penjara paling lama lima tahun, atau pidana kurungan selama-lamanya
satu tahun.Selain itu, terhadap masinis yang telah diberikan peringatan juga perlu diselidiki
lebih lanjut, apakah masinis tersebut sudah mengikuti prosedur yang ada atau tidak. Jika lalai
karena tidak mengikuti prosedur, maka masinis tersebut dapat dipidana
KESIMPULAN

Kecelakaan kereta api adalah peristiwa yang dapat mengakibatkan kerugian besar, baik dari
segi materi maupun, yang lebih penting, dari segi nyawa manusia. Penanganan dan
penyelidikan atas kecelakaan kereta api memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan
faktor penyebab, tanggung jawab, dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah
kecelakaan serupa di masa depan. Penelitian adalah alat utama dalam memahami kecelakaan
kereta api.

Pasal 175 Ayat (1) Penelitian sebab-sebab terjadinya kecelakaan adalah bukan dalam
kaitan dengan penyidikan (penegakan hukum), melainkan semata-mata untuk
mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam rangka perbaikan teknologi dan
agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari. Apabila dalam kecelakaan
tersebut memang terdapat unsur melawan hukum, pemeriksaannya juga dilakukan
oleh penyidik dalam rangka penegakan hukum.

Penyidikan adalah langkah kritis dalam menentukan tanggung jawab atas kecelakaan kereta
api. Proses penyidikan melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga-lembaga terkait, pihak
berwenang, dan ahli forensik. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah kecelakaan tersebut
akibat kelalaian, kesalahan teknis, atau faktor lain, dan untuk menentukan apakah ada tindakan
pidana yang harus diambil.

Saksi pidana adalah individu yang memiliki informasi penting terkait dengan kecelakaan kereta
api. Mereka dapat memberikan kesaksian yang krusial dalam proses penyelidikan dan
pengadilan. Oleh karena itu, penting bagi penyelidik dan pengadilan untuk mendekati saksi
pidana dengan hati-hati, memastikan bahwa kesaksian mereka dapat diandalkan dan diuji
secara cermat.

SARAN

Pihak berwenang dan perusahaan kereta api harus meningkatkan perawatan rel secara berkala
dan memastikan bahwa infrastruktur kereta api dalam kondisi baik. Hal ini dapat mengurangi
risiko kecelakaan yang disebabkan oleh kerusakan infrastruktur.Pelatihan kru kereta api harus
ditingkatkan untuk memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
cukup untuk menghadapi situasi darurat. Pelatihan ini harus mencakup penanganan peralatan
darurat, tindakan evakuasi, dan tindakan pencegahan kecelakaan.Sistem penyidikan
kecelakaan kereta api harus ditingkatkan dengan memastikan bahwa penyelidikan dilakukan
secara profesional, terdokumentasi dengan baik, dan tidak terpengaruh oleh tekanan
eksternal.Untuk memastikan bahwa saksi pidana memberikan kesaksian yang akurat, perlu
diterapkan prosedur yang ketat dalam pengambilan kesaksian. Ini termasuk perlindungan
terhadap tekanan atau ancaman terhadap saksi.Perlu ada kerjasama yang erat antara perusahaan
kereta api, pemerintah, dan penegak hukum untuk meningkatkan keamanan kereta api. Hal ini
mencakup pertukaran informasi yang efektif, pemantauan kepatuhan terhadap peraturan, dan
perencanaan keadaan darurat yang baik.

Anda mungkin juga menyukai