Anda di halaman 1dari 21

Perkeretaapian

Analisis berdasarkan Undang-undang dan


Peraturan Pemerintah yang mengaturnya

-MEPHZZ-
Daftar Isi
Ringkasan

Pengertian menurut Undang-


Memahami masalah undang

1. Menerebos palang pintu


kereta api
2. Tidak adanya palang pintu
perlintasan
3. Pelemparan batu ke kereta
api (Merusak fasilitas kereta
api)
4. Kecelakaan (Kereta
terguling, Ditabrak kereta)
Pengertian menurut Undang-undang

Undang-undang no 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian

Pasal 1
1.Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiriatas
prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, sertanorma, kriteria,
persyaratan, dan prosedur untukpenyelenggaraan transportasi kereta
api.

2.Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenagagerak, baik


berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengansarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedangbergerak di jalan rel yang terkait
dengan perjalanan keretaapi.
Menerebos palang pintu kereta api
• Berdasarkan UU no 23 tahun 2007
Pasal 124
Pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan
wajib mendahulukan perjalanan kereta api.

• Berdasarkan PP nomor 72 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan


kereta api
Pasal 110 ayat 1
Pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan yang untuk
lalu lintas umum atau lalu lintas khusus pemakai jalan wajib mendahulukan
perjalanan kereta api.

Pasal 110 ayat 2


Pemakai jalan wajib mematuhi semua rambu-rambu jalan di perpotongan
sebidang.
Menerebos palang pintu kereta api
Pasal 110 ayat 3
Dalam hal terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2
yang menyebabkan kecelakaan, maka hal ini bukan merupakan
kecelakaan perkeretaapian.

Pasal 110 ayat 4


Pintu perlintasan pada perpotongan sebidang berfungsi untuk
mengamankan perjalanan kereta api.

Karena bukan merupakan kecelakaan perkeretaapian maka akan masuk


pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan sebagai acuan aturannya, terutama pada pasal 114 dan
pasal 296 (Setiap kendaraan harus mendahulukan kereta api jika
melanggar akan dikenakan sanksi pidana paling lama 3 bulan dan atau
denda max 750 rb)
Tidak adanya palang pintu perlintasan
diperlintasan resmi/berizin

Tidak masalah

Karena Palang Pintu Perlintasan dibuat untuk melindungi keselamatan


perjalanan kereta api (PP nomor 72 tahun 2009 Pasal 110 ayat 4)
Pemasangan  pintu perlintasan tersebut pada  awalnya dipasang untuk
menghalangi binatang ternak yang melintas diperlintasan tersebut saat
kereta melintas, sedangkan untuk manusia terpasang sejumlah rambu-
rambu peringatan untuk mengingatkan pengguna jalan raya.
Tidak adanya palang pintu perlintasan
diperlintasan tak berizin

Harus ditutup

Sesuai amanat  pada  Pasal 94 Ayat 1 dan 2 UU Nomor 23 Tahun


2007 peran serta pemerintah atau pemerintah daerah untuk menutup
sejumlah perlintasan liar guna keselamatan perjalanan kereta api dan
pemakai jalan.
Pelemparan batu ke kereta api
(Merusak fasilitas kereta api)

UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian


Pasal 180 
Setiap orang dilarang menghilangkan, merusak, ataumelakukan perbuatan
yang mengakibatkan rusak dan/atautidak berfungsinya prasarana dan sarana
perkeretaapian.

Sedangkan ancaman pemidanaannya diatur dalam KUHP Bab VII mengenai


Kejahatan yang Membahayakan Keamanan Umum bagi Orang atau Barang 
Pasal 194 ayat 1
Barang siapa dengan sengaja menimbulkan bahaya bagi lalu lintas umum,
yang digerakkan oleh tenaga uap atau kekuatan mesin lain di jalan kereta
api atau trem, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Kecelakaan
(Kereta terguling)
Undang-undang no 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian

Pasal 3
Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untukmemperlancar
perpindahan orang dan/atau barang secaramassal dengan selamat, aman,
nyaman, cepat dan lancar,tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang
pemerataan,pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan
penggerakpembangunan nasional.

Yang dimaksud dengan “selamat” adalah terhindarnya perjalanan kereta


api dari kecelakaan akibat faktor internal. Sementara yang dimaksud
dengan “aman” adalah terhindarnya perjalanan kereta api dari
kecelakaan akibat faktor eksternal, baik berupa gangguan alam
maupun manusia.
Kecelakaan
(Kereta terguling)
SEBAB ?

INTERNAL EKSTERNAL
P.Prasarana P. Sarana

X
Pasal 157 UU
Pengguna Jasa Kerta Api
Perkeretaapian
Kecelakaan
(Kereta terguling)
Pasal 157 UU Perkeretaapian
1. Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab
terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, luka-luka, atau
meninggal dunia yang disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta
api.
2. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak
pengguna jasa diangkut dari stasiun asal sampai dengan stasiun tujuan
yang disepakati.
3. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan kerugian yang nyata dialami.
4. Penyelenggara Sarana Perkeretaapian tidak bertanggung jawab atas
kerugian, luka-luka, atau meninggalnya penumpang yang tidak
disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api.
Kecelakaan
(Kereta terguling)

Bentuk pertanggungjawaban adalah pemberian ganti kerugian dan biaya


pengobatan bagi pengguna jasa yang luka-luka atau santunan bagi pengguna
jasa yang meninggal dunia.

Yang perlu diperhatikan lagi bahwa batas waktu tanggung jawab


penyelenggara sarana perkeretaapian adalah dipenuhinya kewajiban
penyelenggara sarana perkeretaapian memberikan ganti kerugian, biaya
pengobatan, dan santunan paling lama 1 (satu) bulan sejak kejadian.
Selain itu, pengguna jasa yang mengalami kerugian, luka-luka, dan keluarga
pengguna jasa yang meninggal dunia harus memberitahukan kepada
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian paling lama 12 (dua belas) jam
terhitung sejak kejadian.
Kecelakaan
(Kereta terguling)
Pada Pasal 6 huruf a dan Pasal 7 a. Kereta api terbakar.
PP 62/2013 tentang Investigasi
kecelakaan transportasi
Pelaksanaan Investigasi salah Dalam Pasal 12 PP
satunya dilakukan terhadap 62/2013 dijelaskan mengenai
kecelakaan kereta api yang kriteria kecelakaan kereta api yang
terdiri atas: wajib dilakukan Investigasi oleh
a. Tabrakan antar kereta api; KNKT yaitu kecelakaan yang
b. Kereta api terguling; mengakibatkan:
c. Kereta api anjlok; dan/atau b. Korban jiwa; dan/atau
c. Kerusakan atau tidak dapat
beroperasinya kereta api yang
mengakibatkan rintang jalan
selama lebih dari 6 (enam) jam
untuk 2 (dua) arah.
Kecelakaan
(Ditabrak kereta)
Menurut Pasal 181 ayat (1) UU Perkeretaapian, setiap orang
dilarang:
a. Berada di ruang manfaat jalur kereta api;
b. Menyeret, menggerakkan, meletakkan, atau memindahkan barang
di atas rel atau melintasi jalur kereta api; atau
c. Menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain, selain
untuk angkutan kereta api.

Pelanggaran terhadap Pasal 181 ayat (1) UU Perkeretaapian yang


dapat mengganggu perjalanan kereta api, dapat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), sebagaimana terdapat
dalam Pasal 199 UU Perkeretaapian
Kecelakaan
(Ditabrak kereta)
Asuransi terhadap korban kecelakaan, dapat melihat pada 
Pasal 10 PP 18/1965
Setiap orang yang berada di luar alat angkutan lalu lintas jalan yang
menimbulkan kecelakaan, yang menjadi korban akibat kecelakaan dari
penggunaan alat angkutan lalu lintas jalan tersebut sebagai demikian, diberi
hak atas suatu pembayaran dari Dana Kecelakaan Lalu lintas Jalan.
(Presentase akan asuransi yang didapat diatur dalam ayat 3).

Pasal 1 huruf c PP 18/1965


Yang dimaksud dengan alat angkutan lalu lintas jalan ialah kendaraan
bermotor dan kereta api seperti dimaksudkan dalam Pasal 1 Undang-
Undang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

Atas ketentuan Pasal 10 PP 18/1965 tersebut terdapat pengecualiannya


sebagaimana terdapat dalam Pasal 13 PP 18/1965
Kecelakaan
(Ditabrak kereta)

Pejalan kaki atau pengemudi/penumpang kendaraan bermotor yang


dengan sengaja menerobos palang pintu kereta api yang sedang
difungsikan sebagaimana lazimnya kereta api akan lewat, apabila
tertabrak kereta api maka korban tidak terjamin oleh UU No. 34/1964
Pelecehan seksual yang terjadi di kereta api

Biasanya terjadi di KRL  saat kereta api penuh sesak, perempuan dan
laki-laki akhirnya berdesakan dan rawan terjadi pelecehan seksual.
Karena pada dasarnya hak penumpang laki-laki dan perempuan tidak
dibedakan sehingga usaha preventif yang dapat dilakukan adalah
mengoperasikan Kereta Khusus Wanita yaitu yang ditempatkan pada
gerbong pertama dan gerbong terakhir tujuannya untuk menghindari
terjadinya pelecehan seksual.

Pasal 131 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian


Bahwa yang menjadi hak penumpang antara lain adalah penyelenggara
sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas khusus dan
kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima
tahun, orang sakit, dan orang lanjut usia.
Pelecehan seksual yang terjadi di kereta api

Tapi, jika kemudian ada indikasi seseorang melakukan perbuatan yang


melanggar kesusilaan, misalnya meraba-raba bagian tubuh yang
menurut kesopanan tidak boleh dilakukan, secara hukum penumpang
perempuan yang bersangkutan dibenarkan untuk melakukan
pembelaan diri.
Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 49 ayat (1) KUHP.
Tanggung jawab atas barang yang diangkut

Menurut ayat (2) Pasal 158 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007


tanggung jawab perkeretaapian dimulai pada saat barang-barang telah
diterima untuk diangkut sampai diserahkan kembali kepada pihak
penerima atau bisa juga pihak ketiga maupun pihak pengirim itu sendiri,
tentu saja dalam hal penyerahan ini harus terjadi pada waktu yang telah
ditentukan, dan keadaan barang-barang dalam keadaan utuh dan lengkap,
dengan kata lain tidak kurang dan tidak rusak.
Tanggung jawab atas barang yang diangkut
Apabila terjadi suatu peristiwa di 1. Ongkos-ongkos atau biaya-biaya
mana pengangkutan tidak dapat yang telah dikeluarkan;
membawa atau mengangkut barang 2. Kerugian karena kerusakan,
kiriman dengan selamat sehingga kehilangan atas barang
mengakibatkan timbulnya kerugian kepunyaan kreditur akibat
bagi pengirim maupun pihak ketiga, kelalaian debitur;
maka perkeretaapian harus 3. Bunga atau keuntungan yang
bertanggung jawab untuk diharapkan.
mengganti kerugian yang timbul.
Istilah rugi menurut Pasal 170
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2007 menyebutkan, yang dimaksud
dengan rugi adalah sebagai berikut :
kerugian nyata (Feitelijknadee) yang
dapat diduga atau diperkirakan pada
saat perikatan itu diadakan yang
timbul sebagai akibat ingkar janji.
Jumlahnya ditentukan dengan suatu
END

-MEPHZZ-

Anda mungkin juga menyukai