Penyusun: (Kelompok 4)
Riska Riana Putri 18211165
M.iqsier 18211130
Rahmat alkana18211152
FAKULTAS HUKUM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang berbeda dalam aliran monisme, yaitu aliran/paham monisme dengan primat
HN, dan aliran monisme dengan primat HI.
Persoalan ini akan menjadi pokok bahasan yang akan makalah ini bahas
lebih dalam mengenai primat hukum internasional yang berkaitan dengan praktek
perjanjian internasional di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan hukum nasional dan internasional?
2. Apa itu perjanjan internasional?
3. Bagaimana primat hukum internasional dapat berkaitan dengan praktek
perjanjian internasional khususnya di Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yangsebagian
besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaatioleh negara-
negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka sat
u dengan lainnya, serta yang juga mencakup :
3
umum di kalangan para sarjana sebelumnya.
Hukum nasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-
prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dalam
suatu negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara
mereka satu dengan lainnya. Hukum Nasional di Indonesia merupakan campuran
dari sistem hukum hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem
yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah
jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena
sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan danwarisan.
Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, yang merupakan penerusan dari
aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang adadi wilayah Nusantara.
Sedangkan menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling
berkaitan satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional ituadalah
lanjutan dari hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori
ini, hukum nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan
4
hukum internasional. Hukum nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum
internasional.
Maka hukum internasional memberikan implikasi hukum bagi para pelangarnya,yang
dimaksud implikasi disini ialah tanggung jawab secarainternasional yang disebabkan oleh
tindakan-tindakan yang dilakukan sesuatunegara atau organisasi internasional dalam
melakukan segala tugas-tugasnya sebagai person hukum internasional. Dari pengertian
diatas dapat kita simpulkan unsur-unsur terpenting dari hukum internasional;
(a) Objek dari hukum internasional ialah badan hukum internasional yaitu negara dan
organisasi internasional,
5
negara yang hanya mengatur hubungan dalam negeri dan
(c) kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib, seperti layaknya semua kaedah hukum,
dan ini yang membedakan
antara hukum internasional dengan kaedah internasional yang berlaku dinegara tanpa
memiliki sifat wajib seperti life service dan adat kebiasaan internasional.
Jika hukum nasional ialah hukum yang terapkan dalam teritorial sesuatunegara dalam
mengatur segala urusan dalam negeri dan juga dalam menghadapi penduduk yang
berdomisili didalamnya, maka hukum internasional ialah hukumyang mengatur aspek
negara dalam hubungannya dengan negara lain.
D. Perjanjian internasional
Terdapat banyak istilah yang digunakan untuk perjanjian internasional, di ntaranya adalah:
treaty, convention, charter, statute, covenant, agreement nact protocol, declaration,
arrangement, final act, modus vivendi, memorandum of understanding (MoU), etc.
Walaupun istilah tersebut berbeda- beda, akan tetapi maknanya satu yaitu perjanjian;
perbedaannya terletak pada nengqunaan istilah-isilah tersebut.
6
Di bawah ini diuraikan satu persatu dari istilah- istilah tersebut,
(1) treaty", umumnya digunakan untuk perjanjian multilateral, contohnya : Space Treaty
1967, Perjanjian tentang eksplorasi dan eksploitasi bulan dan benda-benda langit lainnya;
North Atlantic Treaty Organization (NATO). convention,digunakan untuk perjanjian
multilateral yang membentuk hukum,
(2) contohnya : Konvensi PBB tentang Hukum Laut, Konvensi Wina 1961 tentang
Hubungan Diplomatik, Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler, Konvensi Wina
1969 tentang Hukum Perjanjian.
(5) "covenant", merupakan perjanjian multilateral digunakan untuk dua hal, yaitu
(b) perjanjian multilateral berisi kaidah hukum internasional tentang hak asasi manusia,
contoh : Covenant 1966 tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya; dan Covenant
1966 tentang Hak-hak Sipil dan Politik
(b) perjanjian bilateral, contoh : Agreement antara Pemerintah R.I dan Pemerintah Kerajaan
Malaysia tentang Batas-batas Zona Ekonomi Eksklusif di Selat Malaka
(7) “pact/pakta", digunakan sebagai perjanjian multilateral bidang politik, pertahan- an dan
keamanan, contohnya Warsaw Pact (Pakta Warsawa), Bogota Pact
7
(8) "protocol", merupakan perjanjian multilateral, dan berlaku sebagai :
(a) perjan- jian multilateral tersendiri untuk mengatur suatu hal, contoh : Protokol Den
Haag 1898 tentang Larangan Penggunaan Peluru Dum-dum;
(10) "arrangement", adalah suatu perjanjian yang mengatur pelaksanaan teknik operasional
suatu perjanjian induk. Dalam kaitan ini arrangement juga dapat dipakai untuk
melaksanakan proyek-proyek jangka pendek yang betul-betul bersifat teknis, misalnya
Arrangement Studi Kelayakan Proyek Tenaga Uap di Aceh yang ditandatangani tangga
Pertambangan RI dengan President the Canadian International Deveiopment Agency.
(11) "final act" (akta final) adalah suatu dokumen yang berisikan ringkasan laporan sidang
dari suatu konferensi dan yang juga menyebutkan perjanjian-perjanjian atau konvensi-
konvensi yang dihasilkan oleh konferensi tersebut, dan kadang- kadang disertai anjuran
atau harapan yang sekiranya dianggap perlu Penandatanganan final act ini sama sekali tidak
berarti penerimaan terhadap perjanjian-perjanjian atau konvensi-konvensi yang dihasilkan,
akan tetapi hanya semacam kesaksian berakhirnya suatu ahap proses pembuatan perjanjian.
Contohnya : Final Act General Agreement on Tariff and Trade(GATT), 1994; Final Act
8
Embodying the Results of the Uruquay Round of Multilateral Trade Negotiating 1994.
(12) "modus Vivendi" merupakan perjanjian yanq bersifat sementara dengan maksud akan
diganti dengan pengaturan yang tetap dan terperinci. Biasanya dibuat dengan cara tidak
resmi dan tidak memerlukan pengesahan.
Definisi
Terdapat banyak definisi perjanjian internasional yang dikemukakan oleh para sarjana, di
antaranya adalah:
(1) Oppenheim dan Lauterpacht (1952 conventions, or contract, between two or more
states concerning various matters 791-792). "International treaties are of interest
(2) DP. O'Connell (1970 195). "A treaty is an agreement between states governed by
international law as distinc from municipal law, the form and manner of wich is
immaterial"
(3) AS Hershey (dikutip dari Sam Suhaidi Admawiria). "International treaties or
convention are agreements or contracts between two or more states, usually
negotiated for the purpose of creating, modifying or reciprocal obligations"
(4) Mochtar Kusumaatmaja (1978: 109), "Perjanjian internasional adalah perjanjian
extinguishing mutual and yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibat-kan akibat-akibat hokum tertentu"
(5) Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian (pasal 2 huruf a). "Treaty means an
international agreement concluded between states in written form and governed by
international law, whether embodied in a single instrument or in two or more related
instruments and whatever its particular designation"
9
(6) Konvensi Wina 1986 (pasal 2 ayat 1 a). "Treaty means an international dgreement
governed by international law and concluded in written form :
i. between one or more states and one or more international
organizations or disebu.
ii. between international organizations, whether that agreement is
embodied in mewa a single instruments or in two or more related
instrument and whatever its particular designation".
Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, perihal perjanjian duta atau con
internasional unsure-unsurnya dapat dirinci sebagai berikut:
(2) Subyek perjanjian adalah negara, organisasi internasional (subyek utama) Perusahaan
(yang merupakan badan hokum internasional otorita), dan dalam batas-batas tertentu
subyek lain hokum internasional dapat menjadi subyek perjanjian internasional, seperti
belligerent.
(4) semua kepentingan yang menyangkut kehidupan pada umumnya dalam bentuk tertulis.
(5) Hukum yang mengatur perjanjian internasional adalah hukum internasional (konvensi
Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian, Konvensi Wina 1986, dan hokum kebiasaan
internasional;
10
internasional. Menurut pandangan ini, HN bersumber dari Hl yang hakikatnya
merupakan perangkat ketentuan hukum yang secara hirarkhis lebih tinggi. Masih
menurut paham ini juga, HN tunduk pada HI dan pada hakikatnya memiliki
kekuatan mengikatnya berdasarkan suatu "pendelegasian" wewenang dari hukum
internasional. Paham ini dikembangkan oleh mashab Wina (Kunz, Hans Kelsen dan
Verdross).
Sama halnya dengan paham monisme dengan primat HN sebagai telah
diuraikan di atas, paham monisme dengan primat HI yang menyatakan bahwa
hukum nasional bersumber dari hukum internasional menimbulkan persoalan, yaitu
apakah ada dalam praktik internasional ? Guna menjawab persoalan demikian kita
dapat mengkaji dalam praktik negara-negara, seperti Indonesia. Kita mengetahui
bahwa dewasa ini terdapat perjanjian-perjanjian internasional yang membentuk
hukum (the law making treaty) yang diterima oleh negara-negara di dunia. Di mana
perjanjian internasional-perjanjian internasional ini terdapat klausula yang
mewajibkan negara-negara peserta untuk mengimplementasikannya ke dalam
hukum nasional. Dengan adanya kewajiban demikian maka mau tidak mau atau
suka tidak suka negara-negara peserta perjanjian harus membuat undang-undang
atau mengubah perundang- undangan nasional yang sudah ada. Contohnya Negara
Indonesia, sesudah meratifikasi Konvensi-Konvensi Hukum Laut Jenewa 1958,
Pemerintah Indonesia membuat dan mengundangkan UU No. 4 Perpu 1960 tentang
Perairan Indonesia. Ketika Konvensi Hukum Laut PBB disahkan tahun 1982, dan
Indonesia meratifikasinya dengan UU No. 17 Tahun 1985, maka Pemerintah
Indonesia mengundangkan UU No. 9 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia,
sekaligus mencabut UU No. 4 Perpu Tahun 1960. Contoh lainnya adalah UU No.
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, diundangkan untuk mengganti UU No. 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, dan UU No. 1.
Kita dapat mengetahui keutamaan hukum internasional dalam praktik
perjanjian internasional antara lain :
(1) Batas-batas wilayah negara di darat maupun di laut yang memisahkan dua
negara atau lebih. Batas-batas negara ini tertuang dalam perjanjian internasional
11
(2) Dengan adanya batas-batas negara ini mereka menghormati satu sama lainnnya.
Jarang atau bahkan dapat dikatakan tidak ada suatu negara yang dengan tujuan
meluaskan wilayahnya melakukan agresi kepada negara lain.
Demikian pula di waktu perang, walaupun dalam suatu peperangan suatu negara
dapat menerobos wilayah negara lain dan melakukan pendudukan, negara itu tidak
akan dengan mudah memasukkan wilayah yang didudukinya tersebut menjadi
bagian wilayahnya.
(3) Mengenai perjanjian-perjanjian yang diikuti oleh dua negara (bilateral) atau
banyak negara (multilateral), pada umumnya negara-negara akan mentaati
perjanjian yang telah dibuatnya.
(4) Mengenai hak-hak kekebalan dan keistimewaan diplomatic dan konsuler.
Negara-negara pada umumnya menghormati dan menghargai hak-hak kekebalan
dan keistimewaan yang dimiliki oleh para agen diplomatik yang diatur dalam
Konvensi Wina 1961 ini. Jarang sekali pejabat negara (pihak berwenang) dalam
suatu negara yang memperlakukan para pejabat diplomatic atau konsuler secara
sewenang-wenang, menghina atau merendahkan martabatnya.
(5) Mengenai perlakuan orang asing dan perlindungan milik orang asing yang ada
dalam suatu negara. Dapat dikatakan bahwa pada umumnya perlindungan
terhadap orang asing dan hak milik asing diberikan oleh hukum internasional
dan hampir ditaati oleh semua negara.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Mauna, Boer. 2015. Hukum Internasional Pengertian, Peran dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Bandung: PT. Alumni
14