Anda di halaman 1dari 9

Bus Tujuan Lampung Tabrak Truk hingga Terguling, 10 Penumpang Terluka

Banda Haruddin Tanjung, Jurnalis · Kamis 12 Desember 2019 15:06 WIB

PEKANBARU - Kecelakaan terjadi di Lintas Riau-Sumatera Utara (Sumut) antara bus Raja
Perdana Inti (RAPI) dengan truk. Sebanyak 10 penumpang bus mengalami luka luka.
Kecelakaan ini terjadi di Jalan Yos Sudarso, Koya Pekanbaru pagi tadi sekira pukul 7.00
WIB. Saat ini, semua penumpang yang mengalami luka sudah dilarikan ke RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.
"Dalam bus itu ada 16 orang penumpang, 10 mengalami luka luka. Kondisi truk dan bus
terbalik," kata Kasat Lantas Polresta Pekanbaru AKP Emil Eka Putra Kamis (12/12/2019).
Bus dengan nomor polisi BK 7408 DE yang dikemudikan Agus Mando Manik berangkat dari
Sumatera Utara dengan tujuan Lampung. Sesampainya di Jalan Yos Sudarso KM 65, bus
mencoba menyalip sebuah kendaraan yang ada di depannya.
Saat akan mendahului itu, ternyata sopir bus tidak menyadari ada mobil truk yang berada di
posisi berlawanan arah ada di depannya. Tak ayal, bus pun menghantam truk jenis Fuso yang
ada di depannya.
"Truk tersebut berhenti karena mengalami kerusakan. Kecelakaan ini terjadi karena sopir bus
tidak melihat ada truk yang berada di arah berlawan. Sopir truk tidak ditemukan di lokasi,"
ujarnya.

Diduga Rem Blong, Truk Tronton Tabrak Sejumlah Kendaraan

Sabtu 14 Desember 2019 12:31 WIB


UNGARAN - Sebuah truk tronton bermuatan makanan ringan menabrak empat kendaraan
lain di Jalan Diponegoro, Ungaran, Jawa Tengah (Jateng), lantaran mengalami rem blong.
Truk terguling dan seluruh kendaraan ringsek, namun tidak ada korban jiwa.
Kecelakaan beruntun ini terjadi pada Kamis 12 Desember 2019 dini hari. Selain truk tronton
dengan nopol W 8674 U, keempat kendaraan yang terlibat yakni mobil pikap dengan nopol
AA 1893 KY, mobil L300 pikap dengan nopol AA 1714 ZT, mobil Mobilio putih dengan
nopol H 8572 SP dan mobil Nissan Serena hitam dengan nopol H 9330 CR.
Kondisi truk tronton rusak berat dan terguling di badan jalan sehingga seluruh muatan
tumpah berserakan. Sementara empat kendaraan lainnya mengalami kerusakan yang cukup
parah.
Kecelakaan ini bermula saat truk tronton melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Semarang
menuju Ungaran. Saat melalui jalan menurun, truk kehilangan keseimbangan hingga
menabrak empat kendaraan lain di depannya.
Diduga, truk mengalami rem blong sehingga tak mampu dihentikan saat kondisi arus lalu
lintas masih padat di jalanan menurun.
Menurut salah satu pengemudi minibus, Erwin, semua mobil tengah berhenti karena lampu
lalu lintas menyala merah. Tiba-tiba dari arah belakang, truk penuh muatan mengalami rem
blong dan menabrak mobil-mobil ini.
“Mobil saya kena di samping kanan, kiri dan atas,” katanya seperti dilansir dari iNews.id.
Petugas yang datang usai menerima laporan warga segera melakukan proses evakuasi. Sekitar
tiga jam kemudian, seluruh kendaraan berhasil dievakuasi petugas.
Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini, namun sejumlah pengemudi mengalami luka –
luka

Cipaganti Travel Kecelakaan di Tol Cipularang


Berdasarkan informasi dari petugas Jasa Marga Traffic Information Centre Leni, kecelakaan
tunggal tersebut terjadi sekitar pukul 08.45 WIB.
"Untuk kronologis kita belum mendapatkan data akurat awalnya, hanya saja dalam
kecelakaan tersebut ada korban tiga orang," tutur Leni saat dihubungi INILAH.COM, Minggu
(6/3/2011).
Saat ini, ketiga korban dirujuk ke RS Evarina Etaham Purwakarta. Belum diketahui luka-luka
yang dialaminya.
"Saat kejadian ketiga korban berada di depan semuanya, karena mereka
pingsan jadi kita prioritas merujuk dulu korban tersebut ke RS," ujar Elin.
Petugas dari Jasa Marga dan PJR Cipularang sendiri sudah mengevakuasi kendaraan tersebut
agar tidak terjadi kemacetan di jalur yang mengarah ke Bandung.
Kecelakaan Cipaganti Travel merupakan kali kedua dalam 3 bulan terakhir ini. Sebelumnya,
Mobil Cipaganti Travel rute Jatiwaringin-Bandung mengalami kecelakaan di ruas Tol
Cipularang di KM 115 arah Bandung, Selasa (21/12/2010) pukul 13.10 WIB. [gin]
sumber: http://www.inilah.com/read/detail/1295862/cipaganti-travel-kecelakaan-di-tol-
cipularang

Analisa terhadap kasus “Kecelakaan Travel Cipaganti yang Terjadi pada Tanggal Enam
Maret 2011”
A. Diketahui: Korban luka-luka sebanyak tiga orang tidak meninggal dunia. Korban adalah
penumpang Travel Cipaganti.

B. Ditanya:

a. Peraturan apakah yang dipakai jika terjadi kecelakaan angkutan dijalan terhadap
penumpang atau terhadap pihak ketiga? Jelaskan!

b. Peraturan apakah yang akan digunakan jika kecelakaan tersebut menimpa


penumpang? Jelaskan!

c. Peraturan apakah yang akan digunakan jika kecelakaan tersebut menimpa pihak
ketiga? Jelaskan!

d. Apakah pengemudi angkutan umum dapat dipertanggung jawabkan untuk bayar


ganti kerugian? Dasar hukumnya?

C. Jawaban:

a. Pada kecelakaan angkutan umum diberlakukan pasal 191 UULLAJ 2009 sedangkan
pada kecelakaan angkutan pribadi diberlakukan pasal 234 UULLAJ 2009.
Diberlakukannya pasal 191 pada kecelakaan angkutan umum karena berisikan
mengenai tanggung jawab perusahaan angkutan umum terhadap segala perbuatan
yang dikerjakan oleh anak buahnya. Hal ini tepat karena bila dikaitkan dengan
pasal 1367 (1) KUHPerdata menegaskan bahwa perusahaan angkutan umum
bertanggung jawab secara perdata untuk memberi ganti kerugian kepada
penumpang, pengirim barang maupun terhadap pihak ketiga yang dikibatkan oleh
segala perbuatan orang yang dipekejakanya dalam kegiatan penyelenggaraan
angkutan. Namun karena berlakunya adagium lex speciale derogate lex
generale sehingga pasal yang diberlakukan adalah pasal 191 UULLAJ 2009. Pasal
234 UULLAJ 2009 tidak dapat diberlakukan pada kecelakaan angkutan umum di
jalan. Hal ini disebabkan, berpijak dari adanya tiga macam pengemudi yaitu
pengemudi angkutan umum, pengemudi (supir pribadi) dari angkutan pribadi, dan
pengemudi sebagai pemilik angkutan pribadinya. Kecelakaan angkutan umum
tidaklah mungkin dikenakan oleh pasal 234, karena pasal 234 memungkinkan
pengemudinya dituntut untuk mengganti rugi kerugian (secara perdata), padahal
sudah di jelaskan pada pasal sebelumnya yaitu pasal 191, ganti kerugian pada
kecelakaan angkutan umum ditanggung oleh perusahaan angkutan umum
sedangkan pengemudi angkutan umum hanya dapat dipertanggungjawabkan secara
pidana. Sehingga apabila terjadi kecelakaan angkutan umum di jalan dipakai pasal
191 UULLAJ 2009.

b. Ketentuan yang akan digunakan adalah pasal 192 UULLAJ 2009. Pada 192 (1)
diatur tentang tanggung jawab perusahaan angkutan umum adalah untuk mengganti
kerugian apabila kerugian terjadi akibat penyelenggaraan angkutan, dimana
kerugian tersebut diberikan kepada penumpang yang meninggal dunia atau luka-
luka. Sistem tanggung jawabnya adalah presumption of liability, perusahaan
angkutan umum harus membuktikan adanya kerugian yang diderita penumpang,
sehingga menyebabkan penumpang meninggal atau luka. Akan tetapi, dalam
system ini, perusahaan angkutan dapat membabaskan diri dari tanggung jawabnya
untuk membayar ganti kerugian, jika perusahaan angkutan dapat membuktikan
salah satu dari dua hal, yaitu: disebabkan karena overmacht atau krn kesalahan
penumpang sendiri. Besarnya ganti kerugian pada 192 (2) harus dibayar oleh
perusahaan angkutan umum kepada penumpang yang meninggal dunia atau luka-
luka yang dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami atau bagian
biaya perawatan. Di ayat ini diatur system limitation of liability namun tidak diatur
secara jelas mengenai perhitungan kerugiannya di UU ini maupun penjelasannya.

c. Di dalam kasus ini, kecelakaan tidak menimbulkan kerugian kepada pihak ketiga.
Tidak ada korban selain penumpang.

d. Tidak, pengemudi angkutan umum tidak dapat diminta pertanggung jawabannya


untuk bayar ganti kerugian. Perusahaan pengangkutlah yang bertanggung jawab
secara perdata atas tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh penumpang atau ahli
warisnya atau pengirim barang atau pihak ketiga. Sedangkan terhadap supir hanya
dapat dikenakan tuntutan secara pidana karena menyebabkan luka atau
meninggalnya seseorang. Jadi supir tidak dapat dituntut secara perdata, karena
diatur secara tegas dalam ketentuan umum 1367 (1) KUHPerdata maupun dalam
ketentuan khusus pada pasal 191. Hal ini juga disebabkan karena sifat hubungan
hukum antara perusahaan angkutan umum dengan supirnya adalah bersifat
perjanjian perburuhan yang menimbulkan hubungan hukum atas dan bawah, tidak
sejajar dan bersifat perjanjian pemberian kuasa tanpa upah, karena upahnya ada
dalam perjanjian perburuhan itu sendiri.

Panutan Buku:

KUHPerdata

KUHD

UULLAJ 2009

Dra. Siti Nurbaiti, SH, MH. Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api) Penerbit
Universitas Trisakti 2009

Diposting 20th March 2011 oleh HanyBlush


SELASA, 29 NOVEMBER 2011

Analisa Kasus Kecelakaan kereta Api (Ditinjau dari UU No.23/ 2007 Tentang
Perkeretaapian)
Kereta Pengangkut Batu Bara Tergelincir
Rabu, 30 Januari 2008 | 21:58 WIB

TEMPO Interaktif, Bandar Lampung:

Kereta api pengangkut batu bara milik PT. Bukit Asam tergilincir di kilometer 4, desa
Waylunik, Panjang, Bandar Lampung, Selasa petang (30/01). Akibatnya, dua gerbong
terguling dan muatan 100 ton batu bara tumpah di lintasan kereta.

”Diduga roda kereta lepas dan dua gerbong terakhir keluar dari lintasan serta terseret hingga
200-an meter,” kata Komisaris Besar Polisi Syauqie Ahmad, Kepala Kepolisian Kota Besar
Bandar Lampung di lokasi kejadian.

Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Hanya sebuah warung dan sebuah sepeda
motor tertimpa timbunan batu bara. ”Sementara dua orang anak kecil hanya mengalami luka
ringan,” kata Syauqie.

Syauqie mengatakan kejadian itu merupakan yang kedua kali dalam sebulan terakhir. Itu
artinya sepanjang lintasan tersebut berbahaya,” ujarnya.

Kapoltabes meminta PT Kereta Api mengaktifkan pengecekkan berkala terhadap kelayakan


lintasan kereta di Lampung. ”Jika ditemukan lintasan tidak layak dan rusak, kereta tida
boleh melintasi,” tegasnya.

Apalagi, kata Syauqie, di sepanjang jalur tersebut balok bantalan rel banyak yang pecah. Dia
menambahkan, polisi masih melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara.

Sementara itu, juru bicara PT KAI Divisi Regional III Tanjung Karang, Zakaria, mengatakan
sepanjang kilometer satu hingga kilometer enam lintasan kereta sangat rawan kecelakaan.
”Kami sudah memberlakukan standar kewaspadaan pada masinis bila melintasi jalur tersebut.
Di kilometer tersebut perlintasan menurun, berkelok dan rel bergelombang di sana-sini.”

Selain itu, Zakaria menilai tanah di sepanjang perlintasan tersebut sangat labil. ”Rel mudah
melengkung karena terdorong peregerakkan tanah,” katanya.

PT KAI, kata Zakaria, langsung melaporkan kejadian itu ke Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT). ”Mereka memasikan segera turun ke lokasi untuk memeriksa
penyebab kecelakaan,” katanya.
Zakaria menduga roda gerbong tergelincir dari rel dan terlepas.

Kereta milik PT Bukit Asam yang tergelincir mengangkut 2000 ton batu bara dari Sumatera
Selatan menuju Tarahan, Lampung. Dari Tarahan, batu bara tersebut diangkut ke pembangkit
Suralaya di Banten. Dalam sehari kereta pengangkut batu bara 12 kali hilir mudik
Palembang-Lampung.
PT KAI menjamin lalulintas kereta tidak terganggu. ”Besok, kereta barang bisa melitas,” kata
Zakaria. 

Nurochman

1.       Kasus kecelakaan Kereta Api:


a.       Kronologisnya, Kereta api pengangkut batu bara milik PT. Bukit Asam tergilincir di
kilometer 4, desa Waylunik, Panjang, Bandar Lampung, Selasa petang (30/01). Akibatnya,
dua gerbong terguling dan muatan 100 ton batu bara tumpah di lintasan kereta. ”Diduga roda
kereta lepas dan dua gerbong terakhir keluar dari lintasan serta terseret hingga 200-an
meter”. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Hanya sebuah warung dan sebuah
sepeda motor tertimpa timbunan batu bara. ”Sementara dua orang anak kecil hanya
mengalami luka ringan,” kata Syauqie. Dalam pmeriksaan ternyata dapat disimpulkan bahwa
kereta tergelincir disebabkan oleh banyak balok bantalan rel yang pecah dan banyak rel
bergelombang.
Di dalam kasus ini, Kereta Api (KA) yang mengalami kecelakaan adalah termasuk
pengangkutan barang berupa batu bara milik PT. Bukit Asam.
b.      Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa UU No 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian telah
mengatur tentang perawatan prasarana perkeretaapian (BAB IV).  Penyebab dari kasus diatas
yaitu banyak bantalan balok yang pecah dan banyak rel bergelombang didaerah sekitar terjadi
kecelakaan. Pada pasal 35 ayat (1) UU ini menyatakan bahwa Prasaran perkeretaapian umum
dan khusus  meliputi Jalur kereta api, stasiun kereta api dan fasilitas operasi kereta api.
Dalam pasal 35 ayat (1) ini dihubungkan dengan pasal 65 ayat (1) yang menyatakan bahwa
“Penyelenggara prasarana perkeretaapian wajib merawat prasarana perkeretaapian agar tetap
layak beroprasi”. Dari kedua pasal ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa penyelenggara
prasarana perkeretaapian tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana termuat dalam UU
ini.
c.       Iya, apabila tidak diatur dalam UUKA maka bisa diberlakukan peraturan perundang-
undang yang lain dan dinyatakan masih berlakusepanjang tidak bertentangan dan diganti
berdasarkan UUKA yang baru ini. Sesuai dangan ketentuan pasal 215 UU No.23 tahun 2007
tentang perkeretaapian.
d.      Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Hanya sebuah warung dan sebuah sepeda
motor tertimpa timbunan batu bara. ”Sementara dua orang anak kecil hanya mengalami luka
ringan. PT Bukit asam juga menderita kerugian karena batu bara yang dimuatnya tumpah di
lintasan kereta api.
e.      Prinsip tanggung jawab yang dapat digunakan yaitu prinsip tanggung jawab karena
praduga. Karena pengankut dalam hal ini KA pengangkut barang tidak melakukan
kesalahan/kelalaian dan peristiwa itu tidak mungkin dihindari.

2.        
a.       Orang yang menyerobot perlintasan kereta api telah melanggar UU No.23/2007 pasal 181
ayat (1) huruf b yang menyatakan “setiap orang dilarang menggerakkan, meletakkan, atau
memindahkan barang di atas rel atau melintasi jalur kereta api”. dan apabila terbukti
membahayakan perjalanan kereta api dan dari perbuatan itu mengakibatkan penumpang KA
meningal dan ada yang luka maka dapat dikenai sanksi sesuai UU No.23/2007 pasal 199
yang menyatakan “Setiap orang yang berada di ruang manfaat jalan kereta api, menyeret
barang di atas atau melintasi jalur kereta api tanpa hak, dan menggunakan jalur kereta api
untuk kepentingan lain selain untuk angkutan kereta api yang dapat mengganggu perjalanan
kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga)bulan atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belasjuta
rupiah)”.

b.      Berdasarkan dari kasus yang dilihat dapat dikatakan bahwa masinis tidak bertanggung
jawab karena penyebab kecelakaan yaitu karena kecerobohan dari  pengendara motor yang
menerobos perlintasan kereta api. Sesuai dangan pasal 157 ayat (4) UU No.23/2007 yaitu
“Penyelenggara Sarana Perkeretaapian tidak bertanggung jawab atas kerugian, lukaluka, atau
meninggalnya penumpang yang tidak disebabkan oleh pengoperasian angkutan kereta api”.
Masinis juga tidak dapat dikenakan sanksi dan dia dapat dibebaskan karena unsur kesalahan
dari masinis itu sendiri tidak ada.

c.       Hak Hak pengguna Jasa yaitu para pngguna jasa berhak mendapatkan ganti kerugian paling
sedikit harus sama dengan nilai ganti kerugian yang diberikan oleh pengguna jasa
sebagaimana tercantum dalam UU No.23/2007 pasal 167 ayat (1) dan (2).

3.        
a.       Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Dephub Tundjung Inderawan mencatat, sampai
17 Desember 2009 terdapat 90 kejadian kecelakaan kereta api. Jumlah tersebut turun
dibandingkan kejadian kecelakaan 2008 yang berjumlah 147 kejadian dan 2007 yang
mencapai 159 kejadian. Kecelakaan pada 2009, yang menjadi faktor penyebabnya adalah
faktor manusia 27% dan sarana 24%”. (Sumber: Gentur Putro Jati, Kinerja PT KA. Selasa, 29
Desember 2009. Download Rabu, 21 April 2010)
Faktor penyebab Karena Human eror (kesalahan manusia) merupakan prinsip
Tanggung jawab pengangkut yang termasuk dalam prinsip tanggung jawab karena kesalahan
dimana:
-          Pengangkut yang melakukan kesalahan wajib bertanggung jawab membayar segala
kerugian yang timbul akibat kesalahannya. (pasal 157  ayat (1) UU No.23/2007)
-          Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. (KUHAP)
-          Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan bukan pada pengangkut (pasal 1365
KUHper)
Faktor penyebab karena sarana merupakan prinsip tanggung jawab pengangkut yang
termasuk dalam prinsip tanggung jawab karena praduga (overmacht relatif) karena
ketentuannya yaitu:
-          Jika jasa pengangkut dapat membuktikan bahwa kecelakaan tersebut bukan karena
kesalahannya maka dia dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti rugi. (Pasal  157
ayat (4) UU No.23/2007)
-          Tidak bersalah berarti tidak melakukan kelalaian, tidak melakukan suatu tindakan, dan
peristiwa itu tidak mungkin dihindari
-          Beban pembuktian ada pada pihak pengangkut bukan pada pihak yang dirugikan.
-          Pihak yang dirugikan cukup menunjukan adanya kerugian yang diderita.

b.      UUKA No.23/2007 ini telah mengakomodir semua kejadian apabila terjadi kecelakaan
sebagaimana telah diatur pada pasal-pasal dalam UU ini. Namun dalam prakteknya banyak
petugas yang berwewenang masih tidak menjalankan tugasnya sebagaimana yang telah
dicantumkan dalam UU ini. Contohnya masih banyak para petugas perkeretaapian  yang
tidak memeriksa kelayakan dari kereta api yang akan beroperasi  dan prasarana kereta api
sehingga dalam kenyataannya menimbulkan banyak kecelakaan, Padahal dalam UU ini telah
mengatur tentang uji kelayakan kereta api serta prasarana lainnya.

c.       Masih ada ketentuan-ketentuan dalam UUKA ini yang tidak mungkin diimplementasikan
yaitu pada pasal-pasal dibawah ini:
Pasal 181
(1) Setiap orang dilarang:

a. berada di ruang manfaat jalur kereta api;

b. menyeret, menggerakkan, meletakkan, atau memindahkan barang di atas rel atau melintasi
jalur kereta api;

c. menggunakan jalur kereta api untuk kepentingan lain, selain untuk angkutan kereta api.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi petugas di bidang
perkeretaapian yang mempunyai surat tugas dari Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian.

Pasal 183

(1) Setiap orang dilarang berada:


a. di atap kereta;

b. di lokomotif;

c. di dalam kabin masinis;

d. di gerbong; atau

e. di bagian kereta yang peruntukannya bukan untuk penumpang.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi awak kereta api yang
sedang melaksanakan tugas dan/atau seseorang yang mendapat izin dari Penyelenggara
Sarana Perkeretaapian.

Pasal 184

Setiap orang dilarang menjual karcis kereta api di luar tempat yang telah ditentukan oleh
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian.

Dilihat dari peraturan diatas dapat dilihat bahwa disini kurang adanya ketegasan dari
petugas perkeretaapian untuk menindak orang-orang yang melanggar ketentuan-ketentuan
diatas  sehingga banyak terjadi kecelakaan atau pelanggaran yang disebabkan oleh 
ketentuan-ketentuan seperti diatas yang tidak dapat terpenuhi.
Selain itu pada pasal 65 UU ini tentang perawatan prasarana perkeretaapian, hal ini
juga sering tidak dilaksanakan dengan baik oleh petugas perkeretaapian, sehingga banyak
juga terjadi kecelakaan karena faktor ini.

Anda mungkin juga menyukai