Anda di halaman 1dari 3

Rabu, 18 Januari 2017

HUKUM PENGANGKUTAN (Kecelakaan dan Hambatan Pengangkutan)


Kecelakaan Pengangkutan

 Kecelakaan (accident) adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa kejadian


atau musibah yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak terjadi sebelum dalam
waktu atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan karena perbuatan manusia
atau kerusakan alat pengangkut sehingga menimbulkan kerugian material fisik
jiwa atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak penumpang bukan penumpang
pemilik barang atau pihak pengangku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur kecelakaan adalah:
1. Kejadian atau musibah;
2. tidak dikehendaki oleh pihak-pihak terjadi sebelum dan waktu atau sesudah
penyelenggara pengangkutan;
3.karena perbuatan manusia atau kerusakan alat pengangkut;
4. menimbulkan kerugian material fisik jiwa atau hilangnya mata pencaharian;
5. bagi penumpang bukan penumpang pemilik barang atau pengangkut.

Penanganan Kecelakaan Pengangkutan


Di Indonesia untuk penanganan investigasi kecelakaan pengangkutan dilakukan
oleh suatu badan yang diberi nama komite nasional keselamatan transportasi
(KNKT) yang dibentuk pada tanggal 1 september 1999. Pembentukan KNKT
bertujuan untuk mewujudkan pengangkutan yang aman selamat lancar tertib
dan teratur sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional. Badan ini
didirikan berdasarkan Keppres RI No. 105 tahun 1999.

Lembaga ini merupakan lembaga non struktural di lingkungan Departemen


Perhubungan yang melakukan investigasi dan penelitian kecelakaan
pengangkutan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Perhubungan.
Komite nasional keselamatan transportasi mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Melakukan investigasi dan penelitian yang meliputi analisis dan sebab-sebab
terjadinya kecelakaan pengangkutan;
2. Memberikan rekomendasi bagi penyusunan perumusan kebijaksanaan
keselamatan pengangkutan dan upaya pencegahan kecelakaan pengangkutan;
3. Melakukan penelitian penyebab kecelakaan pengangkutan bekerjasama
dengan organisasi profesi yang berkaitan dengan penelitian penyebab
kecelakaan pengangkutan.

Menurut UU nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian menyebutkan jika


terjadi kecelakaan kereta api pihak penyelenggara prasarana dan sarana
Perkeretaapian harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengambil tindakan untuk kelancaran dan keselamatan lalu lintas;
2. menangani korban;
3. menindahkan penumpang bagasi dan barang antaran ke kereta api lain atau
moda transportasi lain untuk meneruskan perjalanan sampai Stasiun tujua;
4. melaporkan kecelakaan kepada Menteri Perhubungan pemerintah provinsi
dan pemerintah Kabupaten/kota;
5. Mengumumkan kecelakaan kepada pengguna jasa dan masyarakat;
6. Segera menormalkan kembali lintas kereta api setelah dilakukan penyidikan
awal oleh pihak yang berwenang;
7. mengurus klaim asuransi korban kecelakaan.

Pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api dilakukan oleh


pemerintah yaitu KNKT subkomite penelitian kecelakaan pengangkutan Darat,
khususnya kereta api. Penelitian sebab-sebab terjadinya kecelakaan bukan
dalam kaitan dengan penyidikan (penegak hukum) melainkan semata-mata
untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan dalam perbaikan teknologi
dan agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi dikemudian hari.

Hasil pemeriksaan dan penelitian penyebab kecelakaan kereta api yang dibuat
dalam bentuk rekomendasi wajib ditindaklanjuti oleh pemerintah (Menteri
Perhubungan), penyelenggara prasarana dan sarana Perkeretaapian serta dapat
dilakukan kepada publik.

Pada lalu lintas dara,  seperti yang diatur dalam UU No 22 Tahun 2009 tentang
lalu lintas dan angkutan dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Kecelakaan lalu lintas ringan;
2. kerakan melintas sedang;
3.Kecelakaan melintas berat.

Selain itu pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat peristiwa kecelakaan


lalu lintas wajib:
1. Menghentikan kendaraan;
2. menolong orang yang menjadi korban kecelakaan ;
3. Melaporkan kecelakaan tersebut kepada pejabat polisi negara RI terdekat;
4. memberikan keterangan yang terkait dengan kejadian kecelakaan.

Kecelakaan pada kapal disebabkan antara lain karena:


1. Kerusakan yang terjadi pada mesin kapal (engine breakdown)
2. Tabrakan di batu karang (collision)
3. Kandas di batu karang (standing)
4. Tenggelam karena cuaca buruk (shipwrecked)
5. Terbakar karena ledakan (on fire)
Apabila terjadi kecelakaan, nahkoda, perwira, dann awak kapal harus
melaporkan kecelakaan yang terjadi dengan segera kepada pemilik kapal.
Menurut undang-undang pemerintah Indonesia bertanggung jawab
melaksanakan pertolongan terhadap setiap orang yang mengalami musibah di
perairan Indonesia.
Pemeriksaan pendahuluan terhadap kecelakaan kapal dilaksanakan oleh
Syahbandar baru kemudian pejabat pemerintah yang ditunjuk oleh menteri
oerhububgan.

Apabila dari hasil pemeriksaan pendahuluan tersebut, Menteri Perhubungan


berpendapat adanya dugaan kesalahan atau kelalaian dalam menerapkan standar
profesi kepelautan maka menteri perhubungan meminta Mahkama Pelayaran
melakukan pemeriksaan lanjutan keckecelakaan kapal.

Kecelakaan pesawat udara disebabkan oleh peristiwa antara lain:


1. Tabrakan dengan pesawat udara lain;
2. Hilangnya pesawat udara dalam penerbangan;
3. Jatuhnya pesawat udara;
4. Terbakarnya pesawat udara;
5. Meledaknya pesawat.

Hambatan Pengangkutan

Hambatan Pengangkutan adalah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pihak


penyelenggara pengangkutan, baik melalui rel, darat, laut maupun udara yang
timbul akibat peristiwa alam atau perilaku manusia. Kesulitan-kesulitan
menyebabkan pengangkutan berlangsung lambat, lama. Atau bahkan terhenti
sama sekali untuk sementara waktu. hal ini tentu saja menimbulkan kerugian
bagi pengangkut atau pengguna jasa pengangkutan.

Adapun bentuk kerugian yang dimaksud adalah kerugian waktu, biaya, tenaga
dan kerugian kesehatan.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, kesulitan yang menjadi penghambat
tersebut antara lain adalah:
1. Bencana alam;
2. Jumlah kendaraan di jalan raya yang terlalu padat;
3. Perilaku manusia;
4. Kendaraan bermotor atau kereta api yang mengalami kerusakan sehingga
mengakibatkan macetnya lalu lintas;
5. Penundaan keberangkatan bus, kereta api, kapal maupun pesawat terbang dari
jadwal yang ditetapkan semula tanpa ada alasan jelas;
6. Alat pengangkut yang tidak dirawat dengan baik dan rutin sehingga
menimbulkan kerusakan dalam pengangkutan

Anda mungkin juga menyukai