Anda di halaman 1dari 3

Nama : Pujawati Nur Laksmi Pratiwi

NIM : E1A018013/10

Kelas :A

Mata Kuliah : VIKTIMOLOGI

1. Kasus: Saat ini sedang viral kasus video asusila yang dilakukan oleh public figure inisial
GA.

Pertanyaan:

a. Apakah menurut Saudara GA dapat dikategorikan sebagai korban? Mengapa


demikian? (20)
Saudara GA saat ini ditetapkan menjadi tersangka. Tetapi jika kita lihat dalam
pandangan viktimologi, maka menurut saya saudara GA juga dapat dikategorikan
sebagai koban. Mengapa demikian? Karena menurut saya dalam hal ini saudara GA
termasuk ke dalam korban yang memilki peran dalam kejahatannya. Dalam kasus ini
memang benar yang menjadi tersangka adalah si peraga dalam video tersebut dan si
penyebar video. Tetapi saudara GA juga merupakan korban yang mana ia juga
memiliki kesalahan pada kasusnya yaitu pornografi dimana ia merekam adegan yang
tidak senonoh yang memang dianggap tidak patut untuk direkam. Jika saya melihat
pada tipologi korban menurut mandelsohn maka menurut saya saudara GA dapat
dikategorikan ke dalam The Victim More Guilty Than The Orfender dimana saudara
GA lebih bersalah dalam hal ini dibandingkan dengan si penyebar video.
b. Analisislah kasus ini mendasarkan pada tipologi kesalahan korban! (20)
Seperti yang telah saya jelaskan di atas, kasus saudara GA ini menurut saya masuk
dalam kategori Tipologi Korban menurut mandelsohn yaitu The Victim More Guilty
Than The Orfender. Dimana korban kesalahannya lebih besar daripada pelaku. Disini
saudara GA dapat menjadi pelaku ataupun korban. Sebagai korban ia memiliki
kesalahan yang lebih besar daripada si penyebar video karena dia sebagai peraga
dalam video tersebut dan malah merekam adegan yang tidak senonoh tersebut. Dalam
kasus ini saya anggap saudara GA ikut berpartisipasi yang mana seharusnya ia tidak
harus merekam adegan seperti itu dan disimpan di dalam telepon genggamnya
ataupun malah membagikan video tersebut kepada lawan mainnya di video asusila
tersebut.

2. Menurut Saudara bagaimana implementasi restitusi di Indonesia? Jelaskan secara lengkap!


(20)

Implementasi restitusi di Indonesia saat ini masih sangatlah rendah. Walaupun restitusi saat
ini sudah diatur dalam hukum positif Indonesia, tetapi masih banyak ketidakpahaman
masyarakat terhadap restitusi. Selain ketidakpahaman masyarakat, restitusi juga dianggap
rumit dalam proses atau mekanisme pengajuannya. Dengan kerumitan pengajuan restitusi
tersebut masyarakat menjadi malas untuk mengurus restitusi jika mereka menjadi korban
tindak pidana kejahatan. Akibat dari proses pengajuan yang panjang, masyarakat menjadi
masa bodoh dengan yang namanya restitusi. Selain itu perlu adanya keselarasan dengan
regulasi lainnya untuk memastikan prosedur pengajuan restitusi yang digunakan menjadi
baku. Adanya pengaturan mekanisme pengajuan restitusi yang belum diatur secara rinsi dan
lengkap, hal ini tentunya menyulitkan korban tindak pidana yang akan mengajukan restitusi.
Menurut saya melihat bagaimana implementasi restitusi di Indonesia saat ini, sangat
diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai mekanisme pengajuan restitusi mengingat
bahwa masih rendahnya penerapan restitusi daalam perlindungan korban sebagai bentuk
penyelesaian perkara pidana.

3. Menurut Saudara apa kelemahan kompensasi di Indonesia, baik dari aspek substansi
hukum maupun struktur hukum (aparat penegak hukum)? Mengapa demikian? (20)

Menurut saya kelemahan kompensasi di Indonesia baik dari aspek substansi hukum maupun
struktur hukumnya, yaitu :

a) Adanya inkonsistensi dakam proses pengajuan kompensasi, apakah nantinya akan


diajukan ke dalam bentuk gugatan atau permohonan. Disini dibutuhkan kejelasan dan
keselarasan lebih lanjut dengan pengaturan-pengaturan lainnya, bagaimana
kompensasi ini nantinya akan diajukan
b) Proses acara pembuktian mengenai adanya kerugian materiil yang rumit dan bertele
tele sehingga membuat korban enggan untuk mangajukan atau mengurus lebih lanjut
kompensasi
c) Tidak diaturnya daya paksa untuk melakukan pembayaran kompensasi. Hal ini
membuat negara mengeluarkan kompensasi kepada korban hanya ketika korbannya
mengajukan.
d) Tidak adanya pengaturan tentang upaya hukum sanksi pada kompensasi
e) Adanya ketidakpahaman masyarakat dikarenakan kurangnya sosialisasi atau
pemahaman lebih mendalam mengenai kompensasi oleh para apat penegak hukum
f) Aparat penegak hukum takut keluar dari aturan lama, yang mana merekaa belum siap
untuk menggunakan aturan yang baru

4. Menurut Saudara apakah UU No. 31 Tahun 2014 sebagai perubahan dari UU No. 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban sudah berlaku efektif mengurangi
penderitaan korban tindak pidana di Indonesia? Mengapa demikian? (20)

Menurut saya UU No. 31 Tahun 2014 belum berlaku efektif dalam mengurangi penderitaan
korban tindak pidana di Indonesia. Undang-undang ini belum sepenuhnya membantu
masyarakat yang menjadi korban tindak pidana di Indonesia. Alasannya adalah terdapat
beberapa peraturan yang masih tidak sinkron dan bahkan tidak selaras. Menurut saya undang-
undang ini perlu dibenahi kembali agar selaras dengan peraturan yang lain. Selain itu masih
terdapat ketidakselarasan pada uu ini dengan peraturan LPSK.

Anda mungkin juga menyukai