Anda di halaman 1dari 5

Lingkungan

: Kuliah IX

Pengajar : Bang AGW


Rabu, 27 Oktober 2015

PENEGAKAN HUKUM PERDATA DALAM PERLINDUNGAN DAN


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Unsular PMH (based on fault) menurut Moegni Djojodirdjo:
PMH ini bisa materiil (berdasarkan hukum tidak tertulis) bisa juga formil
(berdasarkan hukum tertulis)
1. PMH
a. Bertentangan dengan hak orang lain
b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri
c. Bertentangan dengan kesusilaan yang baik
d. Bertentangan dengan keharusan dalam pergaulan masyarakat
2. Salah (shculd), yang oleh pembuat UU diartikan sebagai:
a. Pertanggungjawaban atas perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan
karena perbuatan
b. Kealpaan, sebagai lawan dari kesengajaan
c. Sifat melawan hukum
Schuld terdiri antara dolus atau culpa, tapi ada juga yang mengartikan
sebagai
Van Dham/Volmar mengatakan ada dua arti kesalahan; kesalahan secara
objektif dan subjektif. Kesalahan subjektif adalah yang disebut sebagai
dolus atau culpa, kondisi kejiwaan (subjektif) setiap orang. Lawan dari itu
adalah kesalahan dalam arti objektif, yaitu melawan hukum. Ukurannya
adalah rational man, kalo orang-orang melakukan itu dan kita gagal
melakukan tersebut, berarti kita salah.
Kesalahan dalam perdata adalah kesalahan dalam arti objektif, yaitu
melawan hukum. Apa konsekuensinya? Perlu ngga kesalahan dibuktikan
secara spesifik/terpisah? tidak, karena kesalahan dianggap terbukti
dengan adanya perbuatan melawan hukum tersebut
3. Kerugian (schade)
4. Kausalitas (antara PMH dan Kerugian)
Strict liability pertanggungjawaban langsung. Pertanggungjawaban tanpa
kesalahan. Salahnya apa? Dolus culpa atau melawan hukum
1. Pertanggungjawaban tanpa mens rea (kesalahan subjektif)
2. Kalau kita kaitkan dengan kesalahan objektif, berarti pertanggungjawaban
tanpa kesalahan objektif. Tidak perlu dibuktikan melawan hukumnya
Dari pendapat Munir Fuady, dapat disimpulkan bahwa unsur Strict Liability
(liability without fault)

PMH
Kerugian
Kausalitas

Dari pengertian ini, tergugat masih harus membuktikan adanya PMH. Yang
dihilangkan hanya unsur kesalahan dalam arti subjektif saja. Apakah kesimpulan
ini benar?
Bandingkan dengan tort? Tort adalah PMH tapi tidak selamanya sama dengan
PMH
Tort adalah non-contractual liability di sini dia sama dengan PMH
Tapi di dalam TORT ada negligence, nuisance, trespass, strict liability.
Negligence, based on fault
o Duty (ada hukum)
o Breach of duty (Ada pelanggaran atas hukum)
o Damage
o Causation
Beda nuisance dengan trespass: nuisance adalah gangguan. Ga harus
langsung masuk ke wilayah property nya. Contoh: tetangga nyalain musik
kenceng banget, mengganggu kenyamanan kita untuk menikmati tinggal
di property kita. Kalo trespass: harus masuk ke pekarangan, tapi ga harus
menyebabkan gangguan. Makanya biasanya trespass hubungannya
dengan injunction.

Beda dengan intentional torts ada kaitannya dengan punitive damages (ganti
rugi yang sifatnya menghukum, ganti rugi yang sifatnya dikenakan berkali-kali
lipat dari apa yang dimintakan oleh penggugat. Untuk apa hakim mengenakan
ganti rugi lebih dari yang diminta? Untuk menghukum tergugat karena ada
intentional torts)
Restatement (Second) of Torts 519 (1)
one who carries o nan abnormally dangerous activity is subject to liability for
harm to the person, land or chattles of another resulting from the activity,
although he has exercised the utmost care to prevent the harm
Meskipun tidak melawan hukum tetap harus bertanggung jawab atas kerugian
jika kegiatannya memang abnormally dangerous activity
Contoh: perusahaan teknologi nuklir meskipun sudah melakukan pencegahan
atau duty of care tapi tetap terjadi kerugian, dia harus tetap bertanggung jawab
karena nature kegiatannya yang abnormally dangerous.
Threshold dari strict liability diatur di pasal 88 UU PPLH:
1. Menggunakan limbah B3
2. Menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3
3. Menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup

Unsur Strict Liability yang harus dibuktikan oleh pengggat adalah membuktikan
bahwa kegiatan tergugat termasuk ke dala, Abnormally Dangerous Activity
Jika unsur tersebut terbukti, menurut EC Green Paper on Remedying
Environmental Damage, penggugat masih harus membutkikan: that the damage
was cause by someones act. Artinya penggugat masih harus membuktikan:
1. Kerugian
2. Kausalitas antara kegiatan seseorang dengan kerugian yang dideritanya
Kesimpulan:
PMH tidak perlu dibuktikan
Pendapat munir fuady keliru/ga tepat karena strict liability ga perlu dibuktikan
melawan hukumnya. Meskipun ga melawan hukum dapat dihukum karena
kegiatannya abnormally dangerous activity. Ga v melawan hukum karena ga ada
breach duty of care, he has exercised the utmost care to prevent the harm.
Dan yang berpendapat seperti Munir Fuady tidak hanya dia.
Keliru apabila dibilang strict liability merupakan pertanggungjawaban tanpa perlu
ke pengadilan atau pembuktian. Padahal pembuktian perlu untuk membuktikan
kerugian. Tergugat dibebani oleh pembuktian terbalik.
Defense strict liability salah satunya: kerugian tersebut ga mungkin karena
kegiatan x
Bagaimana bentuk gugatan Strict Liability kalo dimasukkan ke gugatan PMH?
-

Dalam petitum selalu dikatakan manyatakan tergugat bertanggungjawab


[bersalah] melakukan PMH?
o Jika gugatan didasarkan pada Strict Liability, apakah pernah
diajarkan membuat posita dan petitum yang berbeda?

Inilah yang salah dari gugatan walhi ke lapindo. Petitum walhi minta ia
dinyatakan bersalah karena pmh. Karena pengeborannya ga pakai casing.
Harusnya pakai gugata SL, karena pakai atau ga pakai casing tetap harus
bertanggung jawab
Strict Liability dalam UU PPLH
PP Limbah B3: No. 101 tahun 2014, di lampirannya ada mana limbah B3 atau
bukan
Yang repot adalah unsur menghasilkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan, karena ga ada ukurannya ga ada thresholdnya di PP. Untung ada Pak
Koesnadi Setiap kegiatan yang wajib AMDAL berarti dia berpotensi
menimbulkan dampak besar dan penting. Kegiatan wajib amdal pasti terkena
strict liability
Permen LH No. 5 Tahun 2012 tentang kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL.

Bagaimana dengan yang ga wajib AMDAL? Apakah bisa dikenakan SL? ya ga bisa
dong kan ga wajib AMDAL. Logika inilah yang digunakan oleh Lapindo, karena dia
ga wajib amdal: masih eksplorasi
Padahal Koesnadi ga pernah bilang bahwa teori AMDAL nya ini berlaku vice
versa.
Perbandingan Pasal 88 UU PPLH baru dan 35 UU PPLH

Pembuktian Bencana Alam di AS:


-

Extraordinary contoh: curah hujan selama seratus tahun. Kemudian ada


hujan yang dua kali lebih tinggi dari curah hujan tertinggi selama seratus
tahun tersebut
Unprecedented
Unforeseeable karena tidak pernah terjadi makanya tidak unforeseeable
Three of them are the criteria of something to be categorized as Act of
God
Free from human intervention (inc. Negligence or human activity) ini
adalah faktor yang paling penting dan yang paling menentukan

Ke empat poin di atas hanya dikenal di Amerika


Oleh Hakim Amerika, apabila ada intervensi manusia dalam suatu peristiwa
maka faktor alamnya semua gugur. Dianggap yang bertanggung jawab manusia.
Kecuali tergugat bisa nunjukkin Apportionment berapa kontribusi tergugat dan
berapa kontribusi Tuhan
Kalau logika hakim Indonesia di kasus Lapindo, apabila sudah ada faktor alam,
semua faktor manusia gugur
Pertanggungjawaban Apabila Tergugat Jumlahnya Banyak
Kalau seandainya tergugatnya banyak, mungkin ngga kita tunjuk secara pasti
bahwa perusahaan A, B, C dsb yang telah membuktikan kerugian alam?
1. Jika kerugian indivisible pelaku emnag banyak tapi ga bisa dibagi-bago,
ga bisa mengajukan Approtionment
a. Teori tentang aggregate responsibility,
i. Joint and several liability joint: digugat semua tapi terserah
siapa yang mau bayar, mirip tanggung renteng. Several
liability: masing-masing digugat sekian jumlah uang
ii. Concerted action mirip joint and several liability, tapi harus
dibuktikan bahwa kerugian kita terjadi akibat kerjasama yang
dilakukan beberapa perusahaan tersebut. Kalo di joint and
several liability ga perlu dibuktikan
iii. Alternative Liability (Summers v. Tice) hakim meminta tice
untuk membuktikan bahwa pelurunya bukan dari dia, tapi
dari temennya. Tujuannya untuk melindungi korban, bukan
karena dia ga tau siapa penembaknya bukan berarti ga bisa

digugat. Kalo di Indo ga boleh cuma gugat tice karena akan


dianggap gugatan kurang pihak
iv. Enterprise liability
v. Marketshare liability (sindell v. Abbott laboratory) ada obat
mengandung DES (obat anti keguguran), setelah perang
dunia II ibu-ibu di US dan eropa minum obat ini. Di akhir
tahun 70an ada kejadian aneh, ada perempuan-perempuan
belia yang mengidap kanker serviks. Setelah diteliti,
penyebab kanker tersebut adalah karena ibu mereka minum
DES. Si Sindell, salah satu anak yang kena kanker serviks
menggugat abbott laboratory salah satu produsen DES, kata
abbott tunjukkan bahwa ibu kamu mengkonsumsi obat DES.
Mungkin ngga? Gila saja puluhan taun lalu. Lalu apa
solusinya? Di Supreme Court justru Abbott yang disuruh
pembuktian terbalik, kalo dia ga produksi DES yang
dipasarkan dimana ibu tergugat hidup. Kalo dia ga mampu
menunjukkan tsb berarti dia tanggung jawab. Kenapa hakim
membebankan pembuktian tsb? Karena ada kerugian yang
sifatnya fungible, bisa tertukar dsnb; bahwa tergugat adalah
salah satu yang memiliki kontribusi di pasar yang cukup
tinggi di wilayah tersebut;
Kebakaran hutan bisa digituin, kebakaran itu kan fungible
(siapapun bisa mengakibatkan itu), apabila kita bisa
memenuhi kriteria tsb. Tinggal hakim yang memerintahkan
pembuktian terbalik
Jika kerugian divisible
o Proportional liability
o Apportionment: seorang tergugat hanya bertanggungjawab sejauh
dari kontribusinya terhadap kerugian
o Beban pembuktian pada tergugat

Res Ipsa Loquitur dianggap bahwa PMH sudah terbukti. Dia bisa lepas kalo
bisa membuktikan dia ga melawan hukum. Jadi beban pembuktiannya terbalik.

Anda mungkin juga menyukai