I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan Cekungan Bandung yang merupakan salah satu kawasan
andalan dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Jawa Barat juga
mempunyai arti penting bagi keutuhan ekosistem Jawa Barat dalam
mendukung kehidupan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan
menjamin pembangunan berkelanjutan. Kawasan Bandung Utara
(KBU) sebagai kawasan konservasi air di Cekungan Bandung
diharapkan dapat mendukung kualitas lingkungan Kawasan Cekungan
Bandung.
Dalam perkembangannya hingga saat ini, pertumbuhan dan
perkembangan penggunaan lahan di Kawasan Bandung Utara (KBU)
masih belum terkendali sehingga menimbulkan gangguan fungsi
lindung baik di kawasan itu sendiri maupun kawasan di bawahnya.
Dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang di KBU, pemerintah
Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang
diantaranya berupa Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Bandung Utara.
1
Ketentuan teknis dalam Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Pengendalian
Pemanfaatan Ruang di KBU meliputi ketentuan teknis pemanfaatan
ruang, penataan bangunan, rekayasa teknis dan vegetatif,
pengawasan, dan rekomendasi perizinan
A. Penetapan KDB
1. Penetapan KDB Maks Berdasarkan Kemiringan Lereng Maksimum 30%
KDB Maksimum
Kemiringan Lereng Berdasarkan kemiringan maksimum yang
Rata-rata boleh dibangun 30%
Perkotaan Perdesaan
0% - 8% 40% 20%
8% - 15% 37% 12%
15% - 30% 32% 7%
30% - 40% 10% 2%
>40% (*) 2% 2%
Catatan :
KDB maksimum perkotaan = 40%
KDB maksimum non perkotaan = 20%
Disarankan untuk Kawasan Bandung Utara KDB maksimum yang
diperbolehkan yaitu berdasarkan kemiringan maksimum yang boleh dibangun
sebesar 30%.
(*) hanya diperbolehkan bagi pembangunan prasarana/sarana khusus/tertentu
2
Tabel Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Budidaya non Permukiman dan Permukiman di KBU.
Fungsi Utama/ Lokasi Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan Ruang Kabupaten/Kota Kecamatan Kelurahan/Desa Dilarang Boleh Bersyarat Boleh
Budidaya/ Kota Bandung Cibeunying Kaler Cigadung Industri besar dan sedang Sarana prasarana dan infrastruktur Permukiman KDB maksimal
Permukiman Cibiru Cisurupan, Palasari, Industri yang berpotensi pelayanan seperti jaringan 40%
Pasirbiru mencemari lingkungan dan transmisi listrik, telekomunikasi, air KDH minimal 52%
Cicendo Husen Sastranegara, mengkonsumsi air banyak. bersih, irigasi, dan jalan lingkungan RTH
Sukaraja Pertambangan Sarana prasarana dan infrastruktur
Cidadap Ciumbuleuit, Hegarmanah, Kegiatan lain yang akan pelayanan berupa jalan akses ke
Ledeng merusak lingkungan pusat produksi
Coblong Cipaganti, Dago, kehutanan,pertanian, perkebunan
Lebakgede, Lebak Jasa perdagangan skala kecil
Siliwangi, Sekeloa sampai sedang
Sukajadi Cipedes, Pasteur, Perumahan dan perkantoran dg
Sukabungah, Sukagalih, KDB 40%,
Sukawarna Pasar tradisional dan
Sukasari Gegerkalong, Isola, modern/supermarket
Sarijadi, Sukarasa, Resort, hotel bernuansa
Ujungberung Pasirwangi lingkungan
Industri kecil/ kerajinan
Pengambilan air tanah untuk
Kota Cimahi Cimahi Tengah Cimahi, karangmekar,
domestik pada zona yg
Padasuka, Setiamanah
ditentukan /dg izin
Sarana umum (kampus,sekolah,
Cimahi Utara Cibabat, Cipageran
masjid, lapangan olahraga, dsb)
Citeureup, Pasirkaliki
Kantor pelayanan masyarakat
kecamatan, kelurahan, desa,
puskesmas, dsb)
Kab. Bandung Barat Parongpong Sariwangi, Ciwaruga Jalan umum
3
Kab. Bandung Cileunyi Cinunuk, Cimekar, Cileunyi Industri besar dan sedang Sarana prasarana dan infrastruktur Dimanfaatkan untuk kegiatan
Kulon Industri yang berpotensi pelayanan seperti jaringan pertanian lahan kering,
mencemari lingkungan dan transmisi listrik, telekomunikasi, air tanaman pangan, bunga-
Ciburial, Mekarsaluyu, mengkonsumsi air banyak. bersih, irigasi, dan jalan lingkungan bungaan, hortikultura,
Cimenyan Cibeunying, Padasuka, Pertambangan Sarana prasarana dan infrastruktur perkebunan dengan tanaman
Cimenyan, Sindanglaya Kegiatan lain yang akan pelayanan berupa jalan akses ke yang berfungsi lindung dan
merusak lingkungan pusat produksi tidak mengganggu fungsi
kehutanan,pertanian, perkebunan hidroorologi, peternakan dan
Cilengkrang Girimekar, Malatiwangi, Jasa perdagangan skala kecil perikanan
Jatiendah, Pasir Jati sampai sedang
4
Membangun bangunan
Kab. Bandung Barat Lembang Cibodas, Langensari, Dibangun perumahan dengan penunjang kegiatan pertanian
Cibogo, Wangunsari, persyaratan : (pertanian lahan basah dan
Sukajaya, Gudang kepadatan rendah kering, perkebunan dan
kahuripan peternakan)
menerapkan rekayasa teknis dan Dimanfaatkan untuk kegiatan
Parongpong Cihanjuang, Cihanjuang vegetasi sehingga kondisi pariwisata yang tidak
Rahayu, Karyawangi, fungsi hidroorologis lebih mengganggu fungsi
Cigugur girang, Padaasih baik dari sebelum dibangun konservasi
RTH
KDB maksimal 15 %, KLB
maksimal 0,7 %, KDH
minimal 82 %
Untuk membangun lingkungan
perumahan permukiman
dibatasi luas total kavling
perumahan maksimal 30 %
dan sisanya digunakan untuk
fasum, fasos, RTH, dan
kegiatan komersial lainnya
Pasar tradisional/minimarket
Resort, hotel bernuansa
lingkungan
Industri kecil/kerajinan
Pengambilan air tanah untuk
domestik pada zona yg
ditentukan /dg izin
Sarana umum ( sekolah, masjid,
lapangan olahraga, dsb)
5
Kab. Bandung Cileunyi Cibiru Wetan , Cileunyi Industri besar dan sedang Sarana prasarana dan infrastruktur Permukiman KDB maksimal
Wetan Industri yang berpotensi pelayanan seperti jaringan 20%
mencemari lingkungan dan transmisi listrik, telekomunikasi, air KDH minimum 76%
Cimenyan Mekarwangi mengkonsumsi air banyak. bersih, irigasi, dan jalan lingkungan RTH
Pertambangan Sarana prasarana dan infrastruktur
Kegiatan lain yang akan pelayanan berupa jalan akses ke
Cikalong Wetan Cipada merusak lingkungan pusat produksi
kehutanan,pertanian, perkebunan
Jasa perdagangan skala kecil
Cilengkrang Girimekar, Malatiwangi, sampai sedang
Jatiendah Permukiman dan perumahan dg
KDB 20%,
Ngamprah Ngamprah Pasar tradisional/minimarket
Resort, hotel bernuansa
Cimenyan Mekatwangi lingkungan
Industri kecil/kerajinan
Kab. Bandung Barat Parongpong Cihanjuang, Cihanjuang
Pengambilan air tanah untuk
Rahayu, Cigugur Girang,
domestik pada zona yg
Cihideung
ditentukan /dg izin
Sarana umum ( sekolah, masjid,
Lembang Cikidang, Mekarwangi,
lapangan olahraga, dsb)
Cikole
Kantor pelayanan masyarakat
Cisarua Kertawangi ( kecamatan, kelurahan, desa,
puskesmas, dsb)
Sukasari Pasirhalang Jalan umum
6
Budidaya/ Pertanian Kab. Bandung Cimenyan Ciburial Mekarsaluyu, Konversi budidaya (padi Sarana prasarana dan infrastruktur Bangunan penunjang usaha
Lahan Basah Cimenyan, Mandalamekar, sawah sebagai komoditas pelayanan seperti jaringan pertanian lahan basah/sawah
Mekarmanik utama) ke budidaya atau transmisi listrik, telekomunikasi, air irigasi teknis
Cipanjalu, Girimekar, kegiatan lainnya. bersih, irigasi, dan jalan lingkungan
Cilengkrang Malatiwangi, Ciporeat, Pertanian lahan kering. Sarana prasarana dan infrastruktur
Cilengkrang Perkebunan(perkebunan pelayanan berupa jalan akses ke
Cimekar, Cibiru Wetan, besar/rakyat). pusat produksi pertanian
Cileunyi Cileunyi Wetan, Cileunyi Pertambangan Bangunan penunjang unit
Kulon Industri yang berpotensi produksi perkebunan atau usaha
mencemari lingkungan dan tani
mengkonsumsi air banyak. Permukiman perdesaan dg KDB
Kegiatan lain yang akan 20%,
Kab. Bandung Barat Cikalong Wetan Cipada, Ganjarsari, merusak lingkungan Agrowisata
Mekarjaya, Mandalamukti, Peternakan, perikanan,
Ciptagumanti, Cisomang Pariwisata, kawasan wisata dg
KDB 20%, KDH 76%
Cisarua Cipada, Sadangmekar,
Jalan akses ke kawasan/tempat
Campakamekar,
wisata
Pasirlangu, Tugumukti,
Resort dg KDB 20%, pada wilayah
Pasirhalang, Jambudipa,
KWT < KWT maks.
Padaasih
Bojongkoneng, Sukatani, Bangunan penyedia air bersih dr
air permukaan/mata air
Ngamprah Ngamprah, Mekarsari,
Cilame, Pakuhaji
Cihanjuang, Sariwangi,
Cigugur Girang,
Parongpong Karyawangi
Cikole, Cibogo, Cikidang,
7
Budidaya/ Pertanian Kab. Bandung Cimenyan Mekarmanik, Cimenyan, Konversi perkebunan atau Sarana prasarana dan infrastruktur Perkebunan
Lahan Kering Cibeunying hutan rakyat yang ada ke pelayanan seperti jaringan Hutan rakyat
budidaya pertanian. transmisi listrik, telekomunikasi, air
Cilengkrang Cipanjalu, Ciporeat, Industri yang berpotensi bersih, irigasi, dan jalan lingkungan
Cilengkrang mencemari lingkungan dan
mengkonsumsi air banyak.
Cileunyi CIleunyi Wetan, Cibiru Perumahan skala besar Sarana prasarana dan infrastruktur
Wetan Pertambangan pelayanan berupa jalan akses ke
Kegiatan lain yang akan pusat produksi
merusak lingkungan kehutanan,perkebunan
Bangunan penunjang unit
produksi pertanian, perkebunan
atau hutan rakyat,
Kab. Bandung Barat Cikalong Wetan Ganjarsari, Mandalamukti, Permukiman perdesaan dg KDB
Mandalasari, Mekarjaya 20%,
Agrowisata, agroforestry
Parongpong Karyawangi, Cihideung, Peternakan
Cihanjuang, Ciwaruga, Bangunan penyedia air bersih dr
Cihanjuang Rahayu, air permukaan/mata air
Sariwangi
Ngamprah Cilame
8
Kota Bandung Sukasari Ledeng, Isola
Coblong Dago
Cidadap Ciumbuleuit
Budidaya/ Perkebunan Kab. Bandung Cimenyan Mekarsaluyu, Cimenyan, Konversi perkebunan atau Sarana prasarana dan infrastruktur Hutan Lindung.
Mandalamekar, Ciburial hutan rakyat yang ada ke pelayanan seperti jaringan Taman Hutan Rakyat/Wisata
Mekarmanik, Cikadut budidaya pertanian. transmisi listrik, telekomunikasi, air Alam.
Industri yang berpotensi bersih, irigasi, dan jalan lingkungan Budidaya hutan.
mencemari lingkungan dan Sarana prasarana dan infrastruktur Berbagai jenis perkebunan
Cilengkrang Cipanjalu, Girimekar, mengkonsumsi air banyak. pelayanan berupa jalan akses ke besar/rakyat yang mendukung
Malatiwangi, CIporeat, Perumahan skala besar pusat produksi fungsi konservasi air dan tanah
Cilengkrang Pertambangan kehutanan,perkebunan
Kegiatan lain yang akan Bangunan penunjang unit
merusak lingkungan produksi perkebunan atau hutan
Cileunyi Cibiru Wetan, Cileunyi rakyat,pos pengamat
Wetan
9
Permukiman perdesaan dg KDB
Kab. Bandung Barat Cikalong Wetan Ganjarsari, Mandalamukti, 20%,
Cipada, Mekarjaya, Agrowisata, agroforestry
Cisomang Peternakan
Bangunan penyedia air bersih dr
Cisarua Sadangmekar, Cipada, air permukaan/mata air
Pasirlangu, Tugumukti,
Kertawangi, Jambudipa,
Pasirhalang, Padaasih
Padalarang Tagogapu
10
Kota Cimahi Cimahi Utara Cipageran, Citeureup
11
d. Overstek atap yang melebih 1,50 m maka luas mendatar
kelebihannya dianggap sebagai lantai denah.
e. Teras tidak beratap yang mempunyai dinding tidak lebih
dari 1.20 m di atas lantai teras, tidak diperhitungkan.
f. Untuk perhitungan luas lantai di bawah tanah
diperhitungkan seperti luas lantai di atas tanah dengan
batasan Koefisien Tapak Besmen yang telah ditetapkan.
g. Luas ruang bawah tanah (besmen) yang melewati batas-
batas area perencanaan atau berada di bawah prasarana
kota atau di bawah ruang terbuka publik ditentukan lebih
lanjut dengan surat keputusan bupati
h. Luas lantai bangunan untuk parkir tidak diperhitungkan
dalam perhitungan KDB asal tidak melebihi dari 50% KDB
yang telah ditetapkan. Jika melebihi, maka
diperhitungkan 50% terhadap KDB.
i. Peningkatan intensitas ruang untuk sebuah area
perencanaan harus melalui surat keputusan bupati
B. Penetapan KLB
1. Rumus Perhitungan KLB adalah sebagai berikut :
12
d. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal
5m disesuaikan dengan fungsi bangunannya (kecuali
bangunan ibadah, industri, gedung olah raga, bangunan
monumental, dan bangunan gedung serba guna)
e. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang.
f. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan
intensitas ruang.
g. Penambahan lantai atau tingkat suatu bangunan harus
mendapatkan persetujuan bupati.
C. Penetapan KDH
1. Penetapan KDH Maksimum berdasarkan kemiringan lereng
Kemiringan Lereng Perkotaan Perdesaan
Rata-rata
0% - 8% 52% 76%
8% - 15% 55% 85%
15% - 30% 61% 91%
30% - 40% 88% 98%
>40% 96% 100%
dimana :
KDH = Koefisien Dasar Hijau
KDB = Koefisien Dasar Bangunan
13
A. Ketentuan Perencanaan Tata Letak Bangunan
1. Pelandaian Lereng
a. Semakin tinggi nilai kemiringan lereng, semakin sempit daerah
yang boleh dilandaikan.
b. Pelandaian lereng maksimum
Kawasan Perdesaan
Kemiringan Pelandaian Maksimum
0-8 % 18 % dari luas lahan
8-15 % 18 % dari luas lahan
15-30 % 10 % dari luas lahan
> 30 % 0 % dari luas lahan
Kawasan Perkotaan
Kemiringan Pelandaian Maksimum
0-15 %
(Kawasan perkotaan 15 % dari luas lahan
berkepadatan tinggi)
0-15 %
(Kawasan perkotaan 15 % dari luas lahan
berkepadatan sedang)
0-15 %
(Kawasan perkotaan 15 % dari luas lahan
berkepadatan rendah)
15-30 % 10 % dari luas lahan
> 30 % 0 % dari luas lahan
14
dari jarak bebas lantai dibawahnya. Ketentuan ini tidak
berlaku untuk bangunan rumah tinggal.
15
c. Mempertahankan karakter fisik dan vegetasi alami
d. Memperkecil luas terbangun/penutupan lahan
2. Pemilihan desain tata letak bangunan, jalan dan sarana dan
prasarana yang memenuhi pertimbangan tersebut adalah:
16
c. Desain tapak harus mempertahankan kontur alami
17
Sesedikit mungkin
menggunakan bahan
perkerasan, jalan
perlu dirancang seefisien
mungkin
Gunakan GSB yang kecil untuk meminimalkan luas tanah yang dibangun dan diperkeras
18
Rancangan parkir perlu mempertimbangkan karakter kontur lahan
19
Bangunan dipecah dalam massa yang lebih kecil dan jangan membuat
massa bangunan yang besar dan lebar, sehingga tidak perlu melakukan
cut and fill tanah yang terlalu besar.
20
dengan membangun garasi sebagai lantai dasar atau
bagian teras rumah.
Jenis pondasi perlu diplih secara cermat untuk lahan yang berkontur
2. Atap Bangunan
21
elektrikal, tanki air, cerobong (shaft) dan fungsi lain sebagai
ruang pelengkap bangunan, dengan ketinggian ruangan
tidak boleh melebihi 2,40 m diukur secara vertikal dari pelat
atap bangunan, kecuali untuk ruang mesin teknis lainnya
diperkenankan lebih, sesuai dengan keperluan. Apabila luas
lantai melebihi 50% dari luas lantai bawahnya maka ruang
utilitas tersebut diperhitungkan sebagai penambahan tingkat.
22
JENIS
URAIAN
REKAYASA
1. REKAYASA 1. SUMUR RESAPAN :
TEKNIS Teknis pembuatan sumur resapan mengacu kepada peraturan perundang–
undangan dan SNI 03-2459-1991, Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Perkarangan.
SNI 03-2453-2002, Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Perkarangan.
SNI 03-2459-2002, Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan
Perkarangan.
KDB
Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan
%
T.70 T.80 T.90 T.100 T.120 T.150 T.200
10 - - - - - - -
KDB
Volume Air yang Harus Diresapkan untuk Tutupan Bangunan
%
T.70 T.80 T.90 T.100 T.120 T.150 T.200
10 - - - - - - -
15 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 2 2
25 1 1 1 1 2 2 2
30 1 1 2 2 2 2 2
23
JENIS
URAIAN
REKAYASA
BENTUK DAN DIMENSI SUMUR RESAPAN
24
isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir
musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang resapan.
Biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air
hujan, di dasar alur di sekeliling batang pohon atau pada batas tanaman.
LRB dapat dibuat di dasar saluran yang semula untuk membuang air
hujan, di dasar alur yang dibuat di sekeliling pohon, atau pada batas
tanaman.
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Jumlah LRB = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap (m 2)
Peresapan air perlubang (liter/jam)
25
JENIS
URAIAN
REKAYASA
2. REKAYASA
VEGETASI a. VEGETASI PEKARANGAN :
a.1. Pekarangan Rumah Besar
- Kategori: rumah dengan luasan lahan di atas 500 m2;
- RTH min yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas
dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat;
- Jumlah pohon pelindung yang harus disediakan min.3 (tiga) pohon
pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan
atau rumput.
26
tanah dan atau rumput.
27
adalah sekitar 115 – 175 m2 ( rataan 145 m2 ).
- Semak, perdu kecil dan ground cover memberikan liputan
vegetasi, seperti keteduhan, penurunan suhu pada area di bawahnya
saja. Peranan jenis vegetasi ini lebih banyak pada aspek estetika
serta mencegah pemantulan sinar matahari serta mengurangi panas
radiasi matahari yang sampai pada permukaan tanah dan atau
perkerasan serta peningkatan resapan air serta mencegah erosi.
JENIS
URAIAN
REKAYASA
DIAMETER
NO NAMA SPECIES/FAMILI TINGGI
TAJUK
I POHON UKURAN BESAR
1 Kiara Payung/Filicium decipiens > 20 M > 12 M
2 Bungur/Lagerstroemia loudonii > 20 M > 12 M
3 Flamboyan/Delonix regia > 20 M > 20 M
4 Trenguli Batu/Cassia javanica > 20 M > 12 M
5 Seputih Janten/Sindora walichii > 20 M > 12 M
28
2. Proses pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang tercantum dalam bagan alir ppemanfaatan ruang
KBU.
3. Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Bentuk sanksi adalah sanksi administratif, sanksi perdata, dan sanksi
pidana.
5. Tindak lanjut atas penutupan lokasi, pencabutan atau pembatalan izin,
atau upaya pengenaan sanksi pembongkaran, pemulihan fungsi ruang dan
denda administratif dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan kajian untuk
penertiban oleh pemberi izin di kabupaten/kota dan/atau pertimbangan
hasil rekomendasi penertiban dari tim koordinasi penataan ruang daerah
provinsi.
6. Upaya paksaan pemulihan fungsi ruang atau denda administratif dapat
berbentuk kompensasi atau penalti penggantian lahan untuk fungsi
lindung di KBU.
29
Bagan Alir Proses Pengawasan Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung
Utara
Pelaporan Kondisi
Berita
Eksisting
Peninjauan
Lapangan
Arsip dan
basis data
Kesesuaia
n dengan
Tidak ada Perubahan/ Peraturan
Penyimpangan Tata ruang
Ada Perubahan/
Penyimpangan
Evaluasi
Analisis :
Jenis Penyimpangan
Tingkat
Penyimpangan
Dampak dan Resiko
Lingkungan
Hubungan fungsional
lainnya dalam dan
antar kawasan
TKPRD Rekomendasi
Provinsi Penertiban 30
VI. KETENTUAN TEKNIS REKOMENDASI PERIZINAN
A. Proses rekomendasi perizinan tercantum pada bagan alir prosedur
rekomendasi Gubernur untuk pemanfaatan ruang Kawasan Bandung
Utara
B. Mekanisme rekomendasi perizinan meliputi tahap:
1. Pemohon mengajukan izin pemanfaatan ruang kepada bupati/walikota
dengan melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan.
2. Bupat/Walikota menyampaikan permohonan rekomendasi perizinan
kepada Gubernur, dilengkapi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai
ketentuan yang berlaku sebanyak 2 ( dua ) rangkap, 1 (satu) rangkap
sebagai tembusan disampaikan kepada Dinas.
3. Dinas memeriksa lampiran/kelengkapan teknis yang meliputi:
a. Berkas dan dokumen persyaratan sebagaimana butir B.2 di atas
b. Tambahan lampiran/kelengkapan pendukung lainnya, dan/atau
hasil uji publik yang diperlukan dalam hal rencana perijinan
terindikasi mempunyai dampak lingkungan penting.
4. Dinas melaksanakan kajian teknis sektoral dan survei lokasi rencana
kegiatan yang dimohon. Kajian teknis sektoral meliputi antara lain :
a. Luas, lokasi, jenis kegiatan
b. Kesesuaian peruntukan lahan, fungsi ruang, dan zona
c. Ikp, Ika, Ketinggian, Kelerengan
d. KWT, KWTa, KLB, KDH, Ketinggian bangunan, desain tata letak
bentuk, struktur bangunan, GSB, rencana pengelolaan pekarangan
e. Rona Awal Lingkungan
f. Indikasi resiko dan dampak lingkungan
g. Peraturan, kebijakan sektoral
5. Hasil kajian teknis sektoral merupakan bahan kajian untuk
pembahasan di Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD).
6. TKPRD melaksanakan pembahasan terpadu dari aspek teknis, non
teknis, dan lintas sektoral, serta melibatkan para pakar dan/atau
31
perwakilan masyarakat dalam rangka menetapkan usulan rekomendasi
bagi Gubernur.
7. Gubernur memberi rekomendasi perizinan berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh tim teknis Dinas dan Tim Koordinasi Penataan Ruang
Daerah Provinsi.
32
8. Waktu 30 (tiga puluh) hari kerja untuk proses rekomendasi
pemanfaatan ruang di KBU dihitung sejak diterimanya permohonan
yang telah dilengkapi dengan persyaratan rekomendasi diluar proses
surat menyurat dan perbaikan yang dilakukan oleh pemohon.
33