Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

NAMA : HELMA AZIZAH

NIM : 1910312120025

1. Analisis Kasus 1 :
Menurut saya pada kasus kebocoran data pengguna Tokopedia pada tahun 2020 lalu ini,
Tokopedia telah melakukan pelanggaran etika bisnis dam tidak bisa melindungi privasi
pelanggannya walaupun dalam hal ini bukanlah dilakukan secara sengaja oleh pihak
Tokopedia. Akan tetapi, hal ini cukup disayangkan terjadi sebab Tokopedia yang merupakan
sebuah perusahaan yang masuk ke dalam jajaran perusahaan startup unicorn tidak melakukan
pengamanan data penggunanya dengan ketat dan baik. Diketahui menurut David Tobing
selaku Ketua KKI (Komunitas Konsumen Indonesia) yang menggugat pihak Tokopedia
menuturkan bahwa Tokopedia melakukan kesalahan karena tidak memiliki sistem elektronik
yang laiak dan tidak memiliki sistem pengamanan yang patut untuk mencegah kebocoran atau
mencegah setiap kegiatan pemrosesan atau pemanfaatan data pribadi secara melawan hukum.
Selain itu, pihak Tokopedia juga tidak beriktikad baik dalam menyelenggarakan sistem
elektronik karena tidak pernah memberitahukan secara tertulis terjadinya penguasaan data
pribadi pemilik akun Tokopedia oleh pihak ketiga. Dalam hal ini, Tokopedia telah melanggar
etika bisnis yaitu gagal dalam perlindungan konsumen.
Analisis Kasus 2 :
Dari kasus polemik PB Djarum dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) atas
hasil laporan dari Yayasan Lentera Anak terkait dugaan adanya kemungkinan eksploitasi anak
pada seleksi PB Djarum, di mana dalam kegiatan yang diadakan anak-anak menggunakan
kaos yang ada tulisan merk Djarum yang cukup mencolok yang mana hal ini melanggar
ketentuan bahwa semua yang disponsori oleh produk tembakau tidak boleh melibatkan anak.
PB Djarum dikatakan melanggar PP 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang
mengandung zat adiktif berupa tembakau untuk Kesehatan, berupa :
1. Semua yang disponsori oleh produk tembakau tidak boleh melibatkan anak
2. Tidak boleh menggunakan citra merk dan logo produk tembakau
3. Tidak boleh dipublikasikan.

Dilihat dari teori utilitarianisme yang memandang bukan dari konsukuensi melainkan dari
besarnya manfaat yang datang apakah daapt dianggap benar atau salah secara moral, adanya
kasus ini mendatangkan manfaat yang tidak begitu besar yang secara langsung akan
menimbulkan dampak negatif jika kita melihat dari 3 pelanggaran yang dikenakan yang
kedepannya akan berdampak ke moral anak itu sendiri.

Analisis Kasus 3 :
Pelanggaran etika bisnis dari kasus yang dialami oleh PT Ajinomoto adalah pelanggaran
prinsip kejujuran karena tidak terbuka dengan bahan yang digunakan, yang mana dalam hal
ini mereka mengganti bahan menggunakan Bactosoytone. Menurut banyak sumber
menyebutkan bahwa PT Ajinomoto menggunakan Bactosoytone yang diekstraksi dari daging
babi untuk menggunakan polypeptone yang biasa diekstraksi dari daging sapi agar lebih
ekonomis. Walaupun pihak PT Ajinomoto menyatakan bahwa ekstraksi yang dilakukan ini
hanya medium dan tidak berhubungan dengan produk akhir. Hal ini diketahui setelah PT
Ajinomoto akan memperpanjang sertifikat halalnya. Komisi Fatwa memutuskan
Bactosoytone tidak dapat digunakan sebagai bahan dalam media pembiakan mikroba untuk
menghasilkan MSG dan pada 18 Desember 2000 LPPOMMUI menyampaikan bahwa produk
yang menggunakan Bactosoytone dinyatakan haram. PT Ajinomoto dianggap tidak
bertanggung jawab karena mengganti bahan pembuatan yang awalnya Mameno, bahan yang
sudah disetujui dan dinyatakan halal dan menggantinya dengan Bactosoytone. PT Ajinomoto
telah melanggar hak konsumen untuk mendapatkan produk yang halal.
2. Menurut saya, pada iklan lowongan pekerjaan tersebut terdapat beberapa hal yang menjurus
kepada diskriminasi pekerjaan. Pada persyaratan pertama, dinyatakan bahwa pekerjaan
tersebut untuk wanita. Hal ini menimbulkan diskiminasi terhadap laki-laki. Padahal suatu
pekerjaan itu sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, laki-laki ataupun perempuan.
Selanjutnya pada persyaratan yang kedua, berpenampilan menarik. Di Indonesia mungkin
kalimat ini merupakan kalimat yang lumrah terdapat pada iklan lowongan pekerjaan, akan
tetapi kalimat ini sebenarnya cukup mengganggu. Rangkaian kalimat “berpenampilan
menarik” merupakan kalimat yang masih cukup asbtrak maksudnya dan bisa diperdebatkan.
Banyak pihak yang menganggap kalimat ini merupakan tipu muslihat untuk menghindari
penilaian diskriminatif karena tidak memungkinkan menggunakan kosa kata “tampan” atau
“cantik” yang mereka butuhkan. Di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Swedia
menganggap bahwa kalimat ini merupakan sebuah diskriminasi. Jika yang dimaksud
perusahan atau pemberi kerja adalah seseorang yang berpakaian rapi, bersih, dan lain-lain
rasanya itu adalah sebuah kesadaran dan kedewasaan seseorang yang akan bekerja.
Selanjutnya, pada persyaratan yang keempat terdapat batasan usia yaitu maksimal 25 tahun.
Di negara lain seperti Swedia meanggap batasan umur seperti ini dianggap sebuah
diskriminasi. Sebab, usia seseorang tidak bisa menggambarkan keahlian, kemampuan, passion
dan juga etos kerjanya. Apalagi dalam iklan tersebut maksimal usia yang disebutkan dirasa
masih sangat muda.
Alangkah baiknya jika iklan lowongan pekerjaan memuat persyaratan yang terkait dengan
kemampuan, keterampilan dan keahlian kerja.
3. Menurut saya, dampak penerapan Big data terhadap privasi konsumen terkadang cukup
mengganggu dan mengkhawatirkan, sebab data-data penting konsumen diketahui oleh
perusahaan dan jika perusahaan tidak memiliki keamanan yang tinggi bisa saja data tersebut
diretas dan disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab seperti banyak kasus
yang telah terjadi. Bahkan yang cukup mengejutkan, gerak-gerik konsumen seakan ‘diawasi’.
Contohnya saat membuka marketplace akan muncul secara otomatis pilihan barang yang
mungkin kita perlukan dan dicari.
Jika berbicara mengenai etis ataupun tidaknya, menurut saya masih etis saja jika data yang
diminta oleh pihak perusahaan tidak menyangkut hal-hal pribadi yang tidak ada kaitannya
dengan tujuan. Misalnya dalam mendaftar sebuah aplikasi.
4. Berdasarkan kasus tersebut,
a) Whistleblowing adalah pengungkapan atau sebuah tindakan pelaporan yang terkait suatu
praktik illegal, tidak bermoral, pelanggaran atau kecurangan yang terjadi dalam dunia
kerja. Peran seorang whistleblower sangat berharga dalam pengungkapan kejadian-
kejadian menyimpang dalam suatu organisasi atau pekerjaan. Akan tetapi, peran ini
bukanlah suatu hal yang mudah. Dapat dilihat dari kasus Lasmi Indaryani, setelah menjadi
whistle-blower hari-harinya tidak tenang dan banyak mendapatkan terror serta ancaman.
Hal inilah yang banyak terjadi di Indonesia. Dikarenakan adanya ancaman ataupun
tekanan dari pihak-pihak yang merasa dia bersalah, mengakibatkan seseorang yang ingin
mengungkapkan kebenaran menjadi tidak berani karena mungkin merasa tidak berdaya,
apalagi orang yang mengancam ini adalah orang yang memiliki kuasa. Selain itu, perasaan
menghianati perusahaan (jika whistle-blower adalah anggota organisasi atau pekerjaan itu)
juga turut menghambat pengungkapan tindakan-tindakan penyimpangan.
b) Seorang whistleblower sepatutnya layak diberikan pengamanan dan keamanan yang
cukup berdasarkan keterangannya agar tidak merasakan sesuatu yang membahayakan atau
mengintimidasi baik hak maupun jiwanya, serta juga keluarganya karena kemanan dan
kenyamanan whistleblower berpengaruh terhadap penjalanan fungsi sebagai pelapor dan
pengungkapan fakta suatu kasus. Perlindungan hukum terhadap whistleblower di
Indonesia saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang spesifik mengatur.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dalam implementasinya adalah lembaga yang
bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada saksi
atau korban sebagaimana dimaksud Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban menjadi Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban. Kemudian diikuti dengan Surat Edaran Mahkamah
Agung No. 4 Tahun 2011 tentang perlakuan terhadap pelapor tindak pidana (whistle
blower) dan saksi pelaku yang bekerja sama. Surat Edaran Mahkamah Agung diterbitkan
berdasarkan pada Pasal 10 Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang perlindungan
saksi dan korban. Diharapkan kedepannya ada peraturan khusus yang mengatur mengenai
whistleblowing ini sebab kualifikasi whistle-blower yang merangkap sebagai pelapor dan
sebagai saksi ini, sebaiknya dibedakan dengan pengertian umum tentang pelapor dan saksi
secara umum agar dapat diatur juga secara detail dan komperhensif terkait perlindungan
apa saja yang dapat diberikan kepada mereka.
c) Menururt Velasques, tindakan whistleblowing dibenarkan secara moral jika :
a. Ada bukti yang jelas dan kuat bahwa suatu organisasi melakukan aktivitas yang
melanggar hukum atau berakibat serius pada pihak lain
b. Usaha-usaha lain telah dilakukan untuk mencegahnya melalui whistleblowing internet
dan gagal
c. Dapat dipastikan bahwa tindakan whistleblowing eksternal akan mampu mencegah
kerugian tersebut
d. Pelanggaran tersebut cukup serius dan lebih buruk di bandingkan akibat tindakan
whistleblowing pada diri seseorang, keluarganya, dan pihak-pihak lain.
5. Jika dilihat dari sisi etika bisnis, ada teori utilitarianisme yang memandang suatu tindakan
bermoral atau tidak didasarkan pada konsekuensi yang timbul dari tindakan tersebut. Suatu
tindakan dianggap benar secara moral jika mengakibatkan manfaat besar bagi sebanyak
mungkin orang, dan begitu pula sebaliknya. Dari kasus tersebut, pembuatan pupuk dari mayat
manusia memberikan manfaat berupa pendekatan perasaan dari keluarga dengan anggota
keluarganya yang sudah meninggal. Bisnis ini mengklaim bahwa proses ini adalah cara bagi
kerabat untuk “mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai dengan cara
yang terasa menyenangkan”. Jadi menurut saya, jika dilihat dari teori utulitarianisme bisnis
ini baik saja.

Anda mungkin juga menyukai