Anda di halaman 1dari 7

RESUME

AKUNTANSI FORENSIK

Dosen Pengampu: Dr. Indira januarti, M.Si, Ak, CA

Di susun oleh :
Septian Oloan Sihombing 12030118420055
Widiyanto 12030118420050
Kontribusi
Septian Oloan Sihombing (50%)
Widiyanto (50%)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
Bribery, Corruption and Money Laundering

Kebijakan Fraud
Pada fraud, cara terbaik untuk menilai dan mengembangkan respons yang efektif
dalam fraud adalah mengembangkan kebijakan fraud yang tepat. Ada beberapa masalah yang
perlu dikembangkan ketika menyusun kebijakan fraud misalnya karyawan perusahaan yang
“meminjam” alat kendaraan motor perusahaan yang dipakai untuk mengantar anak sekolah
yang dimana tempat sekolah anak karyawan perusahaan tersebut sejalan dengan tempat kerja
karyawan perusahaan, hal tersebut apakah merupakan sebuah kecurangan (fraud). Namun
jika perusahaan menggunakan definisi Association of Certified Fraud Examiners (ACFE),
membangunnya ke dalam kebijakan penipuan, dan memiliki karyawan untuk menandatangani
salinan yang menunjukkan persetujuan mereka untuk mematuhi kebijakan bahwa kasus
“meminjam” tersebut merupakan hal kecurangan (fraud), akan ada lebih sedikit keraguan di
ruang persidangan tentang definisi penipuan dalam kasus tersebut. Sehingga masalah yang
perlu dipertimbangkan dalam mendefinisikan kecurangan (fraud) yaitu :
- Melakukan tindakan tidak jujur atau curang dalam bentuk apa pun.
- Pelanggaran tanggungjawab Fidusia.
- Penyalahgunaan dana, sekuritas, persediaan, atau aset entitas lainnya.
- Penggunaan aset entitas secara tidak sah; seperti pelaratan untuk keperluan pribadi, atau
komputer yang digunakan untuk keuntungan pribadi.
- Ketidakpatuhan dalam penanganan atau pelaporan transaksu uang atau keuangan.
- Menggungkapkan informasi rahasia dan ekslusif kepada pihak luar.
- Menerima atau mencari sesuatu yang bernilai material dari kontraktor, vendor, atau
orang yang memberikan layanan atau materi kepada entitas kecuali hadiah dibawah dari
$50.
- Aktivitas berbahaya yang diarahkan pada komputer, sistem, atau teknologi entitas.
- Setiap pelanggaran atas tindakan ilegal yang relevan.
Oleh karna itu manajemen harus memasukkan dalam kebijakan entitas bagaimana
penyimpangan yang terdeteksi atau dicurigai akan ditangani. Kebijakan harus menetapkan
siapa, apa, di mana, ketika terkait dengan tips, keluhan, atau whistleblowing, terutama di
mana laporan kecurigaan tersebut harus dilaporkan. Kebijakan tersebut juga harus membahas
bagaimana mempertahankan anonimitas tipsters. Harus ada struktur formal yang dibentuk
untuk menangani laporan tersebut dan untuk membuat keputusan tentang apa yang harus
diselidiki, dan bagaimana penyelidikan akan ditangani. Kebijakan tersebut harus membahas
bagaimana entitas akan berhati-hati untuk menghindari tuduhan yang salah, tuduhan palsu,
atau memperingatkan tersangka bahwa penyelidikan telah dilakukan. Tidak ada informasi
tentang sifat penyelidikan atau status penyelidikan yang diperbolehkan kecuali diizinkan oleh
manajemen atau diperlukan untuk alasan hukum.
Kebijakan tersebut harus mengidentifikasi unit mana yang akan memiliki tanggung
jawab utama untuk melakukan investigasi penipuan atas dugaan tindakan curang
sebagaimana ditentukan oleh kebijakan tersebut. Unit itu bisa dimulai dengan audit internal,
unit etika, unit khusus, konsultan eksternal, perusahaan akuntansi forensik, atau perusahaan
hukum. Semua investigasi harus diotorisasi dengan benar dan kebijakan harus
mengidentifikasi siapa itu dan bagaimana yang akan dilakukan.
Kebijakan harus menyampaikan kebutuhan untuk mempertahankan tingkat kerahasiaan
yang sesuai, terutama perlindungan hak-hak karyawan yang tidak bersalah yang mungkin
secara tidak sengaja tersapu ke dalam penyelidikan, termasuk pelapor dan tipsters.
Selanjutnya manajemen harus mempertimbangkan untuk menanggapi atau merespons
dampak yang akan dihadapi seseorang jika terbukti bersalah melanggar kebijakan penipuan.
Misalnya, entitas harus memiliki beberapa pedoman mengenai kapan akan mengejar tuntutan
pidana, berdasarkan jumlah kerugian, posisi karyawan, atau faktor apa pun yang diyakini
oleh entitas sebagai faktor utama dalam mengejar penuntutan.
Isu-isu investigasi serupa lainnya yang harus ditangani oleh kebijakan penipuan akan
mencakup keadaan apa di mana manajemen akan melibatkan ahli-ahli pokok akuntansi
forensik (SMEs) sebagai konsultan, atau digital / cyber forensic SMEs. Terkadang bukti
digital terbaik, atau intechnology “tersembunyi”. Atau volume data yang harus diperiksa
adalah sedemikian rupa sehingga alat dan ahli penambangan data diperlukan untuk
mengembangkan bukti yang kompeten dan mencukupi bahwa kecurangan telah, atau belum,
sudah terjadi.
Sehingga kebijakan tersebut harus dikomunikasikan kepada semua karyawan seperti
kebijakan etika, harus ditandatangani oleh setiap karyawan untuk menunjukkan perjanjian
sukarela untuk mematuhinya. Tak perlu dikatakan, kebijakan penipuan harus
dikomunikasikan dan dipromosikan. Misalnya, diskusi tentang kebijakan penipuan harus
menjadi bagian dari orientasi karyawan pada awal pekerjaan. Ini harus dipromosikan dan
dikomunikasikan dalam literatur entitas seperti buletin.
Suap Dan Korupsi
Penyuapan dan korupsi merupakan tindak pidana fraud yang dapat terjadi pada semua
entitas baik sektor swasta maupun sektor publik. Skema penyuapan merupakan suatu hal
persembahan, menerima atau memberikan baik berupa uang dan sejenisnya yang dapat merubah
atau mempengaruhi kebijakan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan yang telah ada. Skema
korupsi di tandai dengan adanya seseorang di dalam entitas (karyawan atau manajer) yang
bekerja sama kepada pihak di luar perusahaan dalam konflik kepentingan yang menguntungkan
pelaku dan merugikan perusahaan atau lainnya. Kecurangan pengadaan adalah bagian dari skema
penyuapan dan korupsi yang pada dasarnya memanipulasi proses suatu kontrak dalam pengadaan
barang dan jasa tersebut untuk mendapatkan keuntungan. Namun terkadang dalam berbagai kasus
skema suap dan korupsi sulit mendeteksi ketika skema tersebut dilakukan secara bersama-sama
atau berjamaah tetapi kecurangan (fraud) pengadaan barang dan jasa dapat terbagi menjadi tiga
kategori yaitu:
1. Kolusi antara karyawan dan vendor, hal yang demikian misalnya hadiah, penawaran
kecurangan.
2. Vendor fraud terhadap perusahaan, hal yang demikian misalnya kecurangan terhadap
perusahaan dengan mengganti barang dengan kualitas rendah.
3. Kolusi antara beberapa vendor, hal demikian misalnya vendor berkolusi untuk
menaikkan harga barang dan jasa secara artifisial dalam tawaran atau proposal.
Pendeteksian Suap Dan Korupsi
Kasus suap dan korupsi terkadang sulit untuk didetekti ketika fraud tersebut dilakukan
secara bersama-sama atau berjamaah, namun kerugiaan atau kegagalan dalam pengadaan barang
dan jasa yang timbul akibat dari suap dan korupsi tidak dapat dipungkiri. Sehingga pihak yang
dirugikan akibat dari suap dan korupsi tersebut harus membayar harga yang lebih tinggi atau
mahal ketika pengadaan barang dan jasa tersebut tidak sesuai dengan harapan dan perencanaan
yang telah ditetapkan oleh entitas.
Kasus suap dan korupsi merupakan kasus yang tidak dapat dilakukan dengan cara
individu tunggal melainkan dilakukan secara teroganisir, bersama-sama, berjamaah atau
kelompok. Sehingga fakta sederhana tersebut mengidentifikasikan semakin banyak mulut yang
harus diam, semakin besar kemungkinan auditor forensik diberi petunjuk ketika salah satu pelaku
fraud telah terjerat tindak pidana suap dan korupsi yang akan membongkar atau mendeteksi
pihak-pihak siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut.
Selain mendapatkan keterangan dari pelaku yang telah terjerat dalam kasus tindak pidana
suap dan korupsi, auditor forensik dapat mendeteksi dengan cara mencari red flags yang terjadi
pada pelaku fraud seperti:
- Dokumentasi yaitu penyidik dapat menginvestigasi dan memeriksa dokumen-dokumen
yang terkait seperti suatu kontrak perjanjian dan transaksi faktur yang sudah sesuai
dengan prosedur atau peraturan yang telah ditetapkan.
- Hubungan antara bidder dan vendor yaitu dalam perjanjian antara bidder dan vendor
tidak memiliki hubungan relasi yang dapat merubah suatu kebijakan dengan adanya
konflik kepentingan dalam kontrak yang telah disetuji seperti hubungan suami istri,
anak, saudara, dan keluarga antara bidder dan vendor yang dapat merekayasa suatu
kemenangan dalam pemilihan tender vendor.
- Pihak terkait yaitu pada kontrak antara bidder dan vendor penyidik harus mengetahui
secara pasti dalam suatu kontrak siapa-siapa saja yang terlibat. Pihak-pihak yang
terlibat tersebut merupakan pihak yang sudah seharusnya terlibat dalam pengadaan
barang dan jasa, sehingga pengadaan barang dan jasa tersebut terbebas dari konflik
kepentingan yang mengambil kesempatan atau celah dari pengadaan barang dan jasa
tersebut.
- Persyaratan yaitu penyidik harus mengetahui dan memahami kontrak pengadaan
barang dan jasa antara bidder dan vendor sudah sesuai dengan prosedur, syarat dan
ketentuan yang telah diatur.
Pencegahan Penyuapan Dan Korupsi
Pada dasarnya pencegahan penyuapan dan korupsi dapat dilakukan dengan baik jika
entitas menerapkan kebijakan sebagai berikut:
- Pada pencegahan penyuapan dan korupsi dapat dilakukan dengan pengawasan yang
tepat atas fungsi suatu kontrak pengadaan barang dan jasa. Jika sebuah entitas
beringinan mencoba mencegah penyuapan dan korupsi, kegiataan pencegahaan harus
mencakup pemeriksaan dokumentasi kontrak pengadaan barang dan jasa baik secara
teratur dalam bentuk kertas dan elektronik. Kontrak pengadaan barang dan jasa sudah
sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan dan tidak ada pelanggaran tindak pidana
yang dilakukan dapat dilihat dari pemeriksaan secara rutin terhadap dokumentasi
kontrak pengadaan barang dan jasa.
- Mencegah atau menolak seorang karyawan untuk menerima hadiah dari seseorang
yang memiliki suatu kepentingan seringkali sulit terjadi dan apalagi menghentikannya.
Sehingga cara terbaik untuk mencegah aktivitas penyuapan dan korupsi adalah dengan
melakukan rotasi karyawan, khususnya karyawan yang bertugas dalam kerjasama
dengan vendor lain.
- Kebijakan etika dan moralitas dapat membantu mencegah perilaku dalam melakukan
penyuapan dan korupsi. Etika yang baik seperti kejujuran dalam diri seseorang akan
dapat mencegah suatu penyuapan dan korupsi pada entitas tersebut.
- Budaya organisasi yang baik akan kejujuran dan pemahaman tentang bahayanya
penyuapan dan korupsi yang berdampak bukan hanya pada perusahaan melainkan
kepada pelaku yang berangkutan. Oleh karna itu, entias harus meciptakan budaya
organisasi sedemikian rupa yang anti terhadap penyuapan dan korupsi sehingga
berdampak pada mencegah seseorang ketika dihadapkan untuk melakukan penyuapan
dan korupsi.
Hubungan Antara Fraud Dan Pencucian Uang
Kecurangan (fraud) dan pencucian uang adalah kejahatan berdasarkan tipuan dan
walaupun pergerakan dana yang diperoleh melalui kecurangan adalah jenis pencucian uang,
kecurangan (fraud) dan pencucian uang berbeda secara jelas dan tidak boleh disatukan. Pencucian
uang telah didefinisikan dalam beberapa cara, namun pada intinya, ini adalah proses yang
dilakukan oleh atau atas nama penjahat dengan tujuan menyembunyikan atau menyembunyikan
aktivitas kriminal mereka dan asal usul hasil terlarang mereka.
Namun, menurut mantan Kepala Pusat dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK),
Yunus Hussein (31/1) kasus tindak pidana korupsi sangat erat kaitannya dengan dugaan
pelanggaran pasal pencucian uang. Hal tersebut terlihat dari keuangan atau hasil dalam sebuah
tindak pidana korupsi yang digunakan untuk kepentingan pribadi, misalnya kasus yang menjerat
mantan Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR Wa Ode Nurhayati. Biasanya, keuntungan
tersebut digunakan untuk membeli rumah atau aset sejenis ataupun disamarkan dari sebuah
rekening ke rekening yang lain dan pelaku yang membantu penyamaran tersebut dapat dijerat
dalam pasal tindak pidana pencucian uang.
Dampak Pencucian Uang Pada Perusahaan
Tindak Pidana Pencucian Uang dianggap sebagai suatu kejahatan luar biasa yang
dilakukan oleh organisasi kejahatan atau para penjahat yang sangat merugikan masyarakat.
Antara lain merongrong sektor swasta dengan danpak yang sangat besar, merongrong integritas
pasar keuangan, dan mengakibatkan hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan
ekonominya. Selain itu TPPU juga dinilai akan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi,
mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak, membahayakan upaya-upaya privatisasi
perusahan negara yang dilakukan oleh pemerintah dan mengakibatkan rusaknya reputasi negara
dan menyebabkan biaya sosial yang tinggi.
Ada tiga alasan pokok praktek pencucian uang diperangi dan dinyatakan sebagai tindak
pidana, menurut mantan kuasa hukum Presiden yang diwakili Mualimin Abdi:
1. Pengaruh praktek pencucian uang terhadap sistem keuangan dan ekonomi diyakini
berdampak negatif terhadap perekonomian dunia. Misalnya, dampak negatif terhadap
efektivitas penggunaan sumber daya dan dana.
2. Dengan ditetapkannya praktek pencucian uang sebagai tindak pidana akan
memudahkan para penegak hukum untuk menyita hasil praktek pencucian uang yang
sebelumnya sulit disita. Antara lain karena aset susah dilacak atau sudah dipindah-
tangankan kepada pihak ketiga.
3. Dengan ditetapkannya praktek pencucian uang sebagai tindak pidana dan kewajiban
pelaporan transaksi keuangan yang mencurigakan bagi penyedia jasa keuangan, maka
akan memudahkan penegak hukum menyelidiki kasus pencucian uang hingga ke
pokok-pokok yang ada dibelakangnya.
Kasus Proyek Simulator SIM
Kasus proyek simulator SIM merupakan kasus yang merugikan negara sebesar Rp
121 Miliar yang melibatkan Irjen (Pol) Djoko Susilo sebagai Kepala Korps Lalu Lintas,
Brigjen Didik Purnomo sebagai pejabat pembuat komitmen, Direktur PT CMMA (Citra
Mandiri Metalindo Abadi) Budi Susanto, dan Sukotjo S. Bambang Direktur PT ITI (Inovasi
Teknologi Indonesia) sebagai subkontraktor PT CMMA dalam kasus simulator SIM. Proyek
simulator SIM merupakan kasus yang tergolong dalam korupsi dan penyuapan, dimana
Direktur PT CMMA (Citra Mandiri Metalindo Abadi) Budi Susanto menyuap Irjen (Pol)
Djoko Susilo sebagai Kepala Korps Lalu Lintas untuk kemenangan tender pengadaan barang
dan jasa PT CMMA (Citra Mandiri Metalindo Abadi). Red flags yang terjadi kasus proyek
simulator SIM yaitu menurut Sukotjo S. Bambang adanya hubungan kedekatan yang baik
antara Budi Susanto dengan Irjen (Pol) Djoko Susilo sehingga kemenangan tender tersebut
sudah di atur sedemikian rupa untuk kemenangan tender PT CMMA (Citra Mandiri
Metalindo Abadi). Oleh karna itu untuk mencegah agar tidak terjadinya kasus tersebut
terulang kembali badan pengawas baik internal maupun eksternal harus berperang aktif
khususnya untuk membangun budaya organisasi anti fraud dalam instansi pemerintah dan
melakukan anonymous tips yaitu kegiatan jika siapa saja baik itu aparat tinggi suatu negara
yang melakukan suatu tindakan tindak pidana yang melanggar hukum yang dapat merugikan
negara harus segera dilaporkan kepada pihak badan pengawas yang independen contohnya
KPK.

Anda mungkin juga menyukai