Anda di halaman 1dari 8

Audit Internal – Muhammad Ade Lokananta/235020309111012

APA ITU FRAUD


Fraud adalah tindakan menipu atau melakukan kecurangan dengan sengaja untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau merugikan pihak lain secara finansial atau dalam
hal lainnya. Dalam konteks bisnis dan keuangan, fraud seringkali terjadi ketika seseorang
atau sekelompok orang menggunakan cara-cara yang tidak jujur atau ilegal untuk
mengelabui sistem atau proses yang ada.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA FRAUD

Donald R. Cressey mengembangkan konsep Fraud Triangle, sebuah teori yang


menjelaskan tiga faktor penyebab kecurangan dalam perusahaan, termasuk dalam
laporan keuangan. Konsep ini memberikan wawasan tentang motivasi dan kondisi yang
dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan kecurangan. Berikut adalah
penjelasan tentang tiga faktor dalam Fraud Triangle:

• Tekanan atau Pressure:

Faktor pertama dalam Fraud Triangle adalah adanya tekanan atau pressure yang
dirasakan oleh individu. Tekanan tersebut dapat bersifat finansial, seperti hutang
yang menumpuk, kebutuhan mendesak, atau tekanan untuk mencapai target kinerja
yang tidak realistis. Selain itu, tekanan juga dapat bersifat pribadi, seperti gaya hidup
mewah yang sulit dipertahankan atau ketakutan kehilangan pekerjaan.

• Kesempatan atau Opportunity:

Faktor kedua adalah adanya kesempatan atau opportunity untuk melakukan


kecurangan. Kesempatan ini muncul ketika sistem pengendalian internal
perusahaan lemah atau tidak efektif. Kurangnya pemisahan tugas, pengawasan
yang tidak memadai, atau kelemahan dalam prosedur akuntansi dapat menciptakan
celah yang memungkinkan individu untuk memanipulasi atau memalsukan
informasi keuangan.

• Rasionalisasi atau Rationalization:

Faktor ketiga adalah adanya rasionalisasi atau rationalization yang dilakukan oleh
pelaku. Rasionalisasi ini merupakan proses mental di mana individu meyakinkan
dirinya sendiri bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan adalah benar atau dapat
dibenarkan. Mereka mungkin merasa bahwa mereka berhak mendapatkan
keuntungan tersebut, atau mereka membenarkan tindakan tersebut dengan alasan
bahwa perusahaan atau orang lain telah berbuat tidak adil terlebih dahulu.
Audit Internal – Muhammad Ade Lokananta/235020309111012

BAGAIMANA CARA MENANGGULANGI FRAUD


Menanggulangi fraud merupakan upaya yang penting bagi setiap organisasi untuk
menjaga integritas, kepercayaan, dan stabilitas keuangan. Berikut adalah beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk menanggulangi fraud:

Penerapan Kebijakan dan Prosedur: Organisasi harus memiliki kebijakan dan prosedur
yang jelas terkait dengan pengelolaan keuangan, penanganan transaksi, serta tata kelola
perusahaan secara umum. Kebijakan ini harus mencakup prinsip-prinsip etika bisnis,
pencegahan kecurangan, dan tindakan yang harus diambil jika terjadi kecurangan.

Pelatihan dan Pendidikan: Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang pentingnya


etika bisnis, pengetahuan tentang fraud, serta cara melaporkan kecurangan jika mereka
mengetahui atau mencurigainya. Semakin banyak karyawan yang memahami tanda-
tanda dan konsekuensi dari fraud, semakin mudah untuk mendeteksinya dan
mencegahnya.

Pengawasan dan Monitoring: Melakukan pengawasan dan monitoring secara rutin


terhadap transaksi keuangan dan operasional organisasi. Ini dapat dilakukan melalui
audit internal yang ketat, pemantauan sistem informasi, serta analisis data untuk
mendeteksi pola-pola yang mencurigakan.

Implementasi Kontrol Internal yang Kuat: Menerapkan kontrol internal yang efektif,
seperti pembagian tugas yang jelas, otorisasi transaksi, verifikasi dokumen, dan
pemisahan tanggung jawab antara unit-unit bisnis. Kontrol internal yang kuat dapat
membantu mencegah dan mendeteksi fraud sejak dini.

Komitmen Pemimpin dan Budaya Organisasi: Pemimpin organisasi harus


memberikan contoh yang baik dalam hal etika bisnis dan zero tolerance terhadap fraud.
Membangun budaya organisasi yang transparan, jujur, dan berintegritas akan membuat
karyawan merasa lebih nyaman untuk melaporkan kecurangan dan mencegah
terjadinya tindakan fraud.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut secara konsisten dan komprehensif,


organisasi dapat meningkatkan kemampuannya untuk menanggulangi dan mencegah
terjadinya fraud. Langkah pencegahan yang efektif tidak hanya melindungi organisasi
dari kerugian finansial, tetapi juga menjaga reputasi dan kepercayaan dari para
pemangku kepentingan.
Audit Internal – Muhammad Ade Lokananta/235020309111012

JENIS-JENIS FRAUD
A. Corruption

1. Conflict of Interest
Merupakan kondisi dimana seseorang atau organisasi lebih mementingkan
keperluan pribadi yang tidak diungkapkan dalam transaksi sehingga menimbulkan
efek negatif bagi perusahaan. Namun kejadiannya tidak hanya berbentuk uang,
dapat juga berupa hubungan, reputasi, status maupun pengetahuan. Biasanya
terjadi pada pihak yang memiliki pangkat yang berbeda seperti pimpinan dan
anggota, direksi dan komisaris atau manajer dan karyawan.
Berdasarkan UU Pasal 43 ayat 1 Tahun 2014 mengenai Administrasi Pemerintahan,
penyebab dari terjadinya conflict of interest sebagai berikut.
•Adanya kepentingan pribadi maupun bisnis
•Adanya kepentingan yang berhubungan dengan kerabat dan keluarga
•Hubungan antara pihak yang bekerja dan yang memberi kerja
•Hubungan dengan wakil pihak yang terlibat
•Hubungan dengan pihak lainnya yang dilran oleh kebijakan peraturan perundang-
undangan.
Dalam conflict of interest, terdapat dua kategori, yaitu Purchases Scheme atau
skema pembelian dan Sales Schemes atau skema penjualan. Dalam sistem
purchasing, terdapat potensi Fraud yang diakibatkan oleh beberapa faktor,
diantaranya siklus purchasing yang tidak baik seperti adanya rangkap tugas,
adanya pencurangan faktur, barang yang dibeli tidak pernah diterima atau terjadi
keterlambatan penyediaan barang, persediaan yang sudah kadaluarsa, serta
kesalahan pencatatan faktur. Sedangkan pada skema penjualan, tindak
kecurangan dapat terjadi berupa penjualan barang yang tidak sesuai dengan
jumlah yang tertera atau pembuatan order fiktif.

2. Bribery
Bribery atau penyuapan merupakan tindakan dimana seseorang atau organisasi
memberikan uang, barang atau bentuk lain dengan tujuan mengubah sikap
penerima untuk kepentingan pemberi suap meskipun sikap tersebut berlawanan
dengan penerima. Penyuapan juga didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 1980 sebagai tindakan "memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu berbuat sesuatu
atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan
atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum"; juga "menerima
sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa
pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau
kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum".
Audit Internal – Muhammad Ade Lokananta/235020309111012

Menurut Ali dan Yuherawan, terdapat setidaknya tujuh karakter daru delik suap
dalam UU Pemberantasan Tipikor, yaitu:
• Bertemunya kehendak pemberi dan penerima untuk melakukan suap
• Niat jahat untuk melakukan perbuatan terlarang sebelum suap dilakukan
• Objek suap adalah hadiah atau janji
• Pemberi suap bisa siapa saja, penerima suap adalah penyelenggara negara,
pegawai negeri, hakim, dan advokat
• Suap terkait jabatan penerima suap, yaitu pegawai negeri atau penyelenggara
negara
• Dalam delik suap tidak berlaku pembalikan beban pembuktian. Baik pemberi
suap maupun penerima suap tidak berkewajiban untuk membuktikan bahwa
hadiah atau janji yang diberikan oleh pemberi suap atau penerima suap tidak ada
kaitannya dengan jabatan publik penerima suap. Yang berkewajiban untuk
membuktikan bahwa hadiah atau janji bukanlah suap tetap jaksa penuntut umum.
• Operasi Tangkap Tangan dapat terjadi pada delik suap. Faktanya, mayoritas OTT
KPK menyangkut perkara suap.
Bribery memiliki dua kategori, yaitu invoice kickback atau pembayaran yang tidak
diungkapkan, dibuat oleh pemasok untuk karyawan perusahaan yang melakukan
transaksi pembelian dan bid rigging atau karyawan yang curang untuk
memenangkan kontrak melalui proses lelang yang kompetitif.

3. Illegal Gratitudes
Merupakan tindakan yang melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran atau
permohonan sesuatu yang berharga karena tindakan resmi yang dilakukan. Hal ini
mirip dengan suap namun bedanya pemberian ilegal tidak memiliki maksud untuk
memengaruhi keputusan bisnis.

4. Economic Extortion
Merupakan pemerasan ekonomi dimana pihak yang memberikan layanan atau jasa
menuntut diberikan imbalan atau keuntungan atas jasa pelayanan yang telah
diberikan. Hal ini berkebalikan dengan suap karena yang memberikan jasa atau
pelayanan yang menuntut imbalan.

B. Asset Misappropriation
Asset misappropriation merupakan bentuk penyalahgunaan aset untuk
kepentingan pelaku. penyalahgunaan aset dapat dibagi menjadi dua berdasarkan
jenis asetnya, yaitu dapat berupa kas maupun non kas misalnya inventory, aset
tetap, dan aset lainnya.
Penyalahgunaan dalam bentuk kas dapat dibagi menjadi tiga jenis sebagai
berikut:
Audit Internal – Muhammad Ade Lokananta/235020309111012

1. Theft of Cash on Hand


Theft of Cash on Hand merupakan pencurian uang kas yang tersedia secara
fisik dalam perusahaan. misalnya pencurian uang di brankas, pencurian
uang kas perusahaan yang disimpan oleh bendahara, dsb tanpa disertai
dengan perubahan pencatatan.

2. Theft of Cash Receipts


Theft of Cash Receipts merupakan bentuk penyelewengan kas melalui
perubahan pencatatan terhadap akun kas atau setara kas.

3. Fraudulent Disbursements
Pelaku melakukan trik agar perusahaan melakukan pengeluaran secara
tidak benar.

C. Financial Statement Fraud


Kecurangan Laporan keuangan dilakukan perusahaan baik melalui penghilangan
atau penambahan akun-akun tertentu untuk memberikan kesan yang positif
terhadap posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan. Dilakukan untuk
menjaga bisnis tetap bertahan, mempertahankan status sebagai pemimpin
dalam organisasi dan juga untuk keuntungan pribadi. Kecurangan dalam laporan
keuangan dapat menyebabkan masalah dengan pemegang saham, para investor
hingga mengakibatkan kerusakan reputasi skala besar atau sanksi serius dari
regulator yang bersangkutan.
1. Net Worth/Net Income Overstatement
• Timing Differences
Dapat berupa melakukan posting penjualan sebelum dilakukan atau
sebelum pembayaran, menagih kembali akun yang lewat jatuh tempo
dan melakukan pre-penagihan untuk penjualan di masa mendatang.

• Fictious Revenues
Kecurangannya dapat berupa klaim penjualan barang atau jasa yang
tidak terjadi, misalnya penghitungan ganda penjualan, menciptakan
pelanggan bayangan atau melebih-lebihkan atau mengubah faktur sah
pelanggan yang sudah ada

• Concealed Liabilities dan Expenses


Penyembunyian kewajiban dari laporan keuangan untuk
menggelembungkan ekuitas, aset, dan atau laba bersih. Kewajiban
tersembunyi dapat berupa pinjaman, jaminan yang melekat pada
penjualan dan manfaat kesehatan yang tidak dilaporkan. Sedangkan
untuk biaya atau beban, perusahaan tidak mencatat pengeluarannya,
laba bersih dilebih-lebihkan dan biaya dikecilkan.
Audit Internal – Muhammad Ade Lokananta/235020309111012

• Improper Assets Valuations


Kecurangan dilakukan dengan melebihkan nilai aset seperti pioutang,
persediaan barang, peralatan bebean, kapitalisasi beban dengan tujuan
memperlihatkan daya pengelolaan yang efektif dengan mengalokasikan
sumber daya secara efisien sesuai permintaan pasar.

• Improper Disclosures
Perusahaan berusaha mengaburkan peristiwa penting, transaksi pihak
terkait, kewajiban kontijensi dan perubahan akuntansi dari laporan
keuangan.
2. Net Worth/Net Income Understatement
• Timing Differences
Bentuk kecurangannya berupa mengecilkan pendapatan dalam satu
periode akuntansi dengan membuat cadangan yang dapat diklaim di
masa depan, periode yang kurang kuat.

• Understated Revenues
Mencatat pendapatan lebih rendah karena tidak mencatat penjualan
atau pendapatan.

• Overstated Liabilities dan Expenses


Manipulasi laporan keuangan dengan mencatat lebih tinggi kewajiban
dan beban

• Improper Assets Valuations


Melakukan penilaian yang tidak wajar atau tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum atas aset perusahaan dengan tujuan
menurunkan pendapatan dan menaikkan biaya.

• Improper Disclosures
Perusahaan berusaha mengaburkan peristiwa penting, transaksi pihak
terkait, kewajiban kontijensi dan perubahan akuntansi dari laporan
keuangan.
Audit Internal – Muhammad Ade Lokananta/235020309111012

RJ LINO DAN SKANDAL KASUS PENGADAAN


PT PELINDO 2

Di tengah gemerlapnya dunia bisnis Indonesia, terkuaklah bayang-bayang kecurangan


yang menghantui PT Pelindo 2, sebuah perusahaan pelabuhan terkemuka di negeri ini.
Cerita gelap itu berpusat pada sosok Richard Joost Lino (RJ Lino), yang memegang
kendali sebagai Direktur Utama PT Pelindo 2 pada awal 2006. Dibalik wajahnya yang
ramah, tersimpan rahasia kebusukan yang membuatnya terjerat dalam jaringan korupsi
yang merajalela. Dalam perannya yang berkuasa, RJ Lino diduga terlibat dalam
penerimaan suap yang terkait dengan serangkaian proyek pembangunan di PT Pelindo 2.

Dalam kasus ini, Lino dianggap menguntungkan korporasi yaitu Wuxi Hua Dong Heavy
Machinery Science and Technology Group Co. Ltd. (HDHM) China terkait pengadaan tiga
unit QCC di Pelabuhan Pontianak, Palembang dan Panjang. Perbuatan Lino tersebut
dinilai telah merugikan keuangan negara hingga US$1,99 juta atau sekitar Rp28miliar
(kurs Rp14.370).

Hal ini bermula ketika Mantan Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) Richard Joost Lino
mengatakan bahwa diskresi atau kebijakan yang diambilnya dalam proses pengadaan
Quay Container Crane (QCC) tahun 2010 sudah sesuai aturan.

Dalam peraturan sebelumnya, pengadaan tidak boleh melibatkan pihak luar negeri.
Kemudian, Lino mengubah peraturan dengan membuka peluang bagi perusahaan luar
negeri untuk mengikuti lelang pengadaan di Pelindo II. Masalahnya, kala itu, tidak ada
satu pun perusahaan dalam negeri yang mampu membuat QCC.

Akhirnya, Lino melakukan penunjukan langsung perusahaan asal Cina, Wuxi Huang Dong
Heavy Machinery (HDMD) Co Ltd sebagai penyedia tiga unit alat bongkar muat peti
kemas, dalam hal ini QCC untuk tiga pelabuhan di Indonesia.

Lebih lanjut, pada Bulan maret 2010, RJ Lino diduga memerintahkan Direktur Operasi
dan Teknik melakukan evaluasi teknis atas QCC Twin Lift HDHM dan memberi disposisi
kepada Saptono R Irianto (Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha) untuk
melakukan kajian operasional dengan kesimpulan QCC Twin Lift tidak ideal untuk
Pelabuhan Palembang dan Pelabuhan Pontianak.

Penandatanganan kontrak antara PT Pelindo II (Persero) dengan HDHM dilakukan saat


proses pelelangan masih berlangsung dan begitu pun setelah kontrak ditandatangani
masih dilakukan negosiasi penurunan spesifikasi dan harga, agar tidak melebihi nilai
Owner Estimate (OE)
Audit Internal – Muhammad Ade Lokananta/235020309111012

Untuk pengiriman 3 unit QCC ke Cabang Pelabuhan Panjang, Palembang, dan Pontianak
dilakukan tanpa commision test yang lengkap di mana commission test tersebut menjadi
syarat wajib sebelum dilakukannya serah terima barang.

Harga kontrak seluruhnya 15.554.000 dollar AS terdiri dari 5.344.000 dollar AS untuk
pesawat angkut berlokasi di Pelabuhan Panjang, 4.920.000 dollar AS untuk pesawat
angkut berlokasi di Pelabuhan Palembang dan 5.290.000 dollar AS untuk pesawat angkut
berlokasi di Pelabuhan Pontianak.

KPK telah memperoleh data dari ahli ITB bahwa Harga Pokok Produksi (HPP) tersebut
hanya sebesar 2.996.123 dollar Amerika untuk QCC Palembang, 3.356.742 dollar
Amerika untuk QCC Panjang dan 3.314.520 dollar Amerika untuk QCC Pontianak.

Seketika, sorotan tajam KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menyilaukan ketika


dugaan korupsi ini terungkap pada tahun 2011. Proyek-proyek besar yang seharusnya
menjadi kemajuan perusahaan, ternyata telah disusupi oleh tindakan yang tidak
bermoral.

Tindakan Lino juga dilakukan dengan mengubah spesifikasi muatan dari 40 menjadi 60
tonase. “Perubahan spesifikasi itu dikatakan demi kebaikan dan kepentingan
perusahaan. Dengan demikian diskresi yang diambil Lino dalam pengadaan QCC tahun
2010 tidak melanggar aturan” Ujar pengacaranya. "Kalau Direktur Utama nggak punya
hak, nggak punya diskresi, ya nggak perlu jadi Direktur Utama. Jadi, yang pokok adalah
apakah dia menerima atau mendapatkan sesuatu dari perubahan itu," tambahnya.

Mengenai pemilihan HDMD sebagai penyedia QCC, Maqdir sang pengacara menegaskan
tidak ada masalah, meski HDMD merupakan bekas vendor di PT Aneka Kimia Raya (AKR)
Guangxi, dimana dulu Lino menjabat sebagai Direktur. "Apa salahnya? Nggak ada
salahnya kan? Siapapun kan bisa (ditunjuk sebagai penyedia pengadaan)" tuturnya.

KPK menetapkan Lino sebagai tersangka karena diduga secara melawan hukum atau
menyalahgunakan kewenangannya melakukan penunjukan langsung terhadap HDMD
dalam pengadaan QCC tahun 2010. Atas perbuatannya, Lino disangka melanggar Pasal
2 ayat (1) atau Pasal 3 UU Tipikor jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Referensi:
1. https://news.detik.com/berita/d-6067506/banding-kpk-kandas-vonis-4-tahun-bui-rj-lino-
dikuatkan-pt-
dki#:~:text=Pengadilan%20Tinggi%20(PT)%20Jakarta%20menguatkan,QCC)%20di%20PT%20Pel
indo%20II.

2. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211214183545-12-734044/rj-lino-divonis-4-tahun-
penjara-kasus-korupsi-container-crane

Anda mungkin juga menyukai