Anda di halaman 1dari 9

MEMBANGUN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS KERJA YANG

BERSIH DI BIDANG OPERASIONAL JALAN TOL

M Fathullah
Departemen Perencanaan dan Pengendalian
Divisi Pelayanan dan Pemeliharaan

Semakin kritisnya masyarakat dalam era reformasi sekarang ini menyebabkan kinerja pelayanan

di bidang operasional jalan tol menjadi sorotan masyarakat. Mereka akan dengan cepat dan mudah

merespon segala sesuatu untuk meningkatkan pelayanan publik baik kualitas maupun

kuantitasnya. Tidak bisa dipungkiri lagi dalam organisasi suatu perseroan terdapat perbedaan

tingkat kemampuan dan pengetahuan yang beragam yang dimiliki karyawannya, maka merupakan

suatu hal yang perlu bagi perseroan untuk melakukan peningkatan dan pengembangan

kemampuan, pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusianya, sehingga dapat

menghasilkan karyawan yang memiliki tingkat kompetensi yang kompetitif.

Seiring dengan berjalannya peningkatan dan pengembangan kinerja karyawan yang juga dapat

memberikan manfaat kepada perseroan dalam hal :

 peningkatan pengendalian,

 kejelasan dan ketetapan pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan sehingga

organisasi perseroan dapat membuat rencana dari program pengembangan secara lebih

tepat,

 mengembangkan sistem pengawasan,

 serta adanya kemungkinan merevisi target atau menyusun prioritas baru.

Dan tentunya yang terpenting dari tujuan peningkatan itu adalah untuk memantau produktivitas

karyawan yang diharapkan secara obyektif. Untuk itu diperlukan metode, standar/alat ukur yang

memadai sehingga terbebas dari bias.


1
Peningkatan pengendalian merupakan salah satu cara untuk meminimalisir tindak penyimpangan

dari tidak terlepasnya hubungan dan interaksi dengan banyak pihak, baik pihak internal perseroan

maupun pihak dari luar perseroan guna menjalin kerja sama yang harmonis, serasi dan

berkesinambungan, dengan tidak melupakan etika dan prinsip-prinsip tata kelola perseroan yang

baik. Terkait dengan hubungan atau menjalin kerja sama, satu hal yang sering terjadi dan tidak

terhindarkan adalah penerimaan, pemberian dan permintaan hadiah/cendramata dan atau hiburan

dari satu pihak ke pihak lainnya. Dan untuk menjaga kegiatan dan hubungan kerja sama tetap pada

koridor etika dari prinsip-prinsip tata kelola perseroan yang baik dan agar dalam pengelolaan

perseroan tetap amanah, transparan dan akuntable, maka diperlukan sikap tegas terhadap

penanganan pengaturan mengenai penerimaan, pemberian dan permintaan dimaksud diatas atau

dalam istilah lain yang lebih populer dissbut dengan gratifikasi.

Mengenali Gratifikasi

Perbuatan penerimaan gratifikasi oleh Karyawab yang dianggap sebagai perbuatan suap apabila

pemberian tersebut dilakukan karena berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan

kewajiban atau tugasnya. Terbentuknya peraturan tentang gratifikasi merupakan bentuk kesadaran

bahwa gratifikasi dapat berdampak negatife dan dapat disalah gunakan, khususnya dalam

penyelenggaraan pelayanan operasional jalan tol, sehingga unsur ini diatur dalam peraturan

perseroan mengacu kepada perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi. Diharapkan jika

budaya pemberian dan penerimaan gratifikasi kepada/oleh Karyawan dapat dihentikan, maka

tindak pidana pemerasan dan suap dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Implementasi

penegakan peraturan gratifikasi ini tidak sedikit menghadapi kendala karena banyak pihak-pihak

eksternal perseroan yang masih menganggap bahwa memberi hadiah (gratifikasi) merupakan hal

yang lumrah. Secara sosiologis, hadiah adalah sesuatu yang bukan saja lumrah tetapi juga berperan

2
sangat penting dalam merekat dalam suatu pihak pelaku bisnis domestic maupun internasional.

Gratifikasi menjadi unsur penting dalam sistem dan mekanisme pertukaran hadiah, sehingga

memunculkan banyak pertanyaan-pertanyaan di Karyawan seperti: apakah gratifikasi sama

dengan pemberian hadiah secara umum, apakah setiap gratifikasi yang diterima merupakan

perbuatan yang berlawanan dengan hukum, atau apa saja gratifikasi yang dibolehkan dan dilarang.

 Gratification (gratifikasi) merupakan bentuk khusus dari gift, yang membedakan

gratifikasi dan pemberian adalah latar belakangnya perpindahan suatu barang atau uang

dari pemberi kepada penerima yang dilatarbelakangi oleh keuntungan yang didapat oleh

pemberi walau barang atau uang yang diberikan bukan hal yang diperjanjikan atau

dipersyaratkan terlebih dahulu adalah gratifikasi, sedangkan gift atau hadiah tidak

dilatarbelakangi oleh sesuatu.

 Hadiah dapat berarti transfer sukarela dari satu orang atau badan ke yang lain dibuat tanpa

biaya atau pertimbangan. Dapat berarti pula sebuah pengalihan harta tanpa pengembalian.

Namun demikian, jika merujuk pada UU No 20 Tahun 2001 pasal 12 B ayat (1), maka

selama pemberian tersebut tidak berhubungan dengan jabatan atau pekerjaannya maka

pemberian tersebut bukan merupakan tindak pidana korupsi. Oleh karenanya setiap

pemberian seperti disinggung pada pembahasan tentang gratifikasi, perlu dicermati latar

belakangnya.

 Konflik kepentingan didefinisikan sebagai situasi dimana seseorang Karyawan yang

mendapatkan kekuasaan dan kewenangan berdasarkan peraturan perseroan memiliki atau

di-duga memiliki kepentingan pribadi atas setiap penggunaan wewenang yang di-milikinya

sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya.

Bentuk konflik kepentingan yang dapat timbul dari pemberian gratifikasi ini antara lain:

3
a) Penerimaan gratifikasi dapat membawa pemberian dan kewajiban timbal balik atas sebuah

pemberian sehingga independensi pengawasan pekerjaan dapat terganggu;

b) Penerimaan gratifikasi dapat mempengaruhi objektivitas dan penilaian profesional

Karyawan;

c) Penerimaan gratifikasi dapat digunakan sedemikian rupa untuk mengaburkan terjadinya

tindak pidana korupsi dan lain-lain.

• Pemerasan mengacu terhadap KUHP pasal 368 adalah tindakan dengan maksud untuk

menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melanggar hukum. Memaksa orang dengan

kekerasan atau ancaman kekerasan supaya orang itu memberikan sesuatu barangnya atau

orang ketiga atau supaya dia mengutang atau menghapus piutang. Secara sederhana

gratifikasi yang diberikan, didasarkan atas permintaan adalah pemerasan.

• Kata suap dapat diartikan sebagai pemberian atau hadiah yang diterima atau diberikan

dengan maksud untuk mempengaruhi secara jahat atau korup. Pemaknaan suap sering

dikaitkan dengan gratifikasi, sehingga sering gratifikasi dianggap suap, lebih tepatnya

gratifikasi yang cenderung dilatarbelakangi oleh niatan pemberi untuk memperoleh

keuntungan.

Langkah-langkah Mengenali Gratifikasi

Hal-hal yang perlu dicermati dalam mengenali sebuah pemberian yang mengarah pada gratifikasi

yaitu kenali atau ketahui latar belakang/motif pemberian tersebut, dan bagaimana cara pemberian

dilakukan? Pemberian yang dilakukan secara tidak terbuka dan diberikan hanya kepada orang-

orang tertentu, perlu diwaspadai. Hal ini berbeda jika pemberian yang dilakukan kepada semua

pihak. Berapa nilai pemberian tersebut? Pada kondisi ini pemberian yang berulang-ulang pada

4
periode tertentu dalam jumlah yang relatif kecil, perlu dicermati. Siapa yang memberi? Dalam

kondisi ini pemberian yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki jabatan setara, atau lebih

rendah perlu dicermati. Selanjutnya pelajari/ cermati apakah pihak pemberi memiliki hubungan

dalam hal pekerjaan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan? Landasan untuk menentukan

suatu pemberian atau penerimaan dikategorikan gratifikasi atau bukan umumnya adalah: tidak

bertentangan dengan tugas dan kewajiban; tidak melanggar jabatan; kegiatan memang ada/terjadi;

tidak melanggar Standar Biaya Umum dan tidak melanggar kode etik.

Membentuk Program Pengendalian terkait dengan Gratifikasi

Program Pengendalian merupakan upaya pencegahan tindak pidana korupsi melalui pengendalian

gratifikasi. Dengan program ini, maka proses pelaporan gratifikasi dapat dilakukan melalui unit

kerja yang melaksanakannya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam membangun

program pengendali adalah sebagai berikut:

1. Menyusun tata nilai/standar nilai

Tata nilai/standar nilai dalam organisasi, tidak lepas dari upaya mewujudkan visi dan misi

organisasi dan tata nilai tersebut sifatnya spesifik bagi organisasi yang bersangkutan.

2. Menyusun kode etik

Kode Etik atau dalam Bahasa Inggris disebut a code of etic atau code of conduct, adalah suatu

dokumen formal yang mengatur perilaku yang diharapkan pada suatu organisasi dan orang yang

bekerja dalam organisasi tersebut.

Sebagai contoh adanya pelarangan untuk menerima atau meminta secara langsung atau tidak

langsung gratifikasi dari pihak ketiga dalam bentuk apapun dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi atau sesuatu hal yang tidak dibenarkan oleh ketentuan peraturan perseroan yang berlaku.

5
3. Membentuk Unit Pengendalian

Unit Pengendalian adalah unit yang melaksanakan program pengendalian gratifikasi pada unit

Kepatuhan dan Manajemen Resiko perseroan. Dalam membentuk unit ini perlu dipertimbangkan

Struktur Organisasi, Sumber Daya Manusia, Prosedur Kerja dan Fasilitas.

4. Mengoperasionalkan Program Pengendalian

Kegiatan operasional Program Pengendalian, tidak hanya menangani pelaporan penerimaan

gratifikasi semata, tetapi juga melakukan upaya membangun munculnya kesadaran setiap

karyawan melaporkan atas pelanggaran etika yang terjadi dan tindak lanjutnya dapat segera

dilaksanakan penanganannya.

5. Melakukan Evaluasi Berkesinambungan

Evaluasi atas kegiatan unit pengendali merupakan kegiatan untuk mengukur tingkat keberhasilan

program pengendalian gratifikasi dalam sebuah organisasi. Selain itu evaluasi ini dapat pula

dipakai untuk mengukur tingkat kesadaran pegawai dalam pelaporan maupun pengandalian

gratifikasi.

6. Melakukan Pengembangan Program Pengendali

Sebagai organisasi yang dinamis, unit pengendalian diharapkan tidak hanya melakukan pekerjaan

rutinitas semata, tetapi juga mampu secara terus menerus mengembangkan diri ke arah yang lebih

baik. Sistem pelaporan gratifikasi atau pelanggaran atas kode etik yang mudah dan cepat namun

tetap menjamin kerahasiaan pelapor melalui pengembangan teknologi informasi. Oleh karena itu

seluruh Karyawan dalam unit kerja perseroan harus mengetahui dan memahami peraturan

gratifikasi perseroan sebagaimana gambaran berikut ini :

6
a. Mencantumkan ketentuan/persyaratan larangan penerimaan, pemberian gratifikasi

(hadiah/cinderamata dan hiburan/entertainment) dalam setiap pengumuman dalam

proses pengadaan barang dan jasa di Perseroan.

b. Menugaskan kepada seluruh Fungsi yang secara langsung berhubungan dengan

vendor/supplier/Pihak Ketiga untuk menyampaikan Surat Edaran tentang larangan

penerimaan/pemberian Gratifikasi.

c. Menugaskan kepada seluruh Fungsi Corporate, Fungsi Operasional di lingkungan

perseroan, untuk melakukan sosialisasi/menginformasikan bahwa perseroan telah

memberlakukan pedoman penerimaan dan pemberian gratifikasi (hadiah/cinderamata

dan hiburan/entertainment) ini kepada seluruh pihak terkait, dalam mata rantai supply

di lingkungan perseroan.

d. Menugaskan Unit Kepatuhan dan Manajemen Risiko memonitor

pelaksanaan/implementasi isi pedoman/peraturan dan memberikan laporan secara

berkala kepada Pimpinan Perseroan mengenai implementasinya termasuk laporan-

laporan yang timbul setelah adanya peraturan gratifikasi.

7
LAMPIRAN

CONTOH FORMULIR LAPORAN GRATIFIKASI

8
9

Anda mungkin juga menyukai