Anda di halaman 1dari 6

MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI

UNTUK MENGURANGI

RISIKO KECURANGAN
Manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan
tata

kelola

perusahaan

dan

juga

prosedur

pengendalian

untuk

meminimalisir risiko kecurangan, yang bisa dikurangi melalui kombinasi


antara tindakan pencegahan, tindakan antisipasi dan juga tindakan
pendeteksian.
Guna membantu manajemen dan juga dewan direksi dalam
menjalankan usaha-usaha melawan kecurangan, AICPA bekerjasama
dengan beberapa organisasi profesi menerbitkan Management Antifraud
Programs And Controls : Guidance to Help Prevent, Deter, And Detect
Fraud (Program dan Pengendalian Anti-Kecurangan bagi Manajemen:
Pedoman untuk Membantu Mencegah, Mengantisipasi, serta Mendeteksi
Kecurangan). Panduan atau pedoman tersebut mengidentifikasikan tiga
elemen guna mencegah, mengantisipasi, serta mendeteksi kecurangan:
1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi
Riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk
mencegah dan menghalangi fraud adalah mengimplementasikan
program serta pengendalian anti fraud , yang di dasarkan pada nilainilai inti yang dianut Perusahaan. Nilai-nilai semacam itu menciptakan
lingkungan yang mendukung perilaku dan ekspektasi yang dapat
diterima,

bahwa

pegawai

dapat

menggunakan

nilai

itu

untuk

mengarahkan tindakan mereka. Nilai-nilai itu membantu menciptakan


budaya jujur dan etika yang menjadi dasar bagi tanggung jawab
pekerjaan para karyawan. Menciptakan budaya jujur dan etika yang
tinggi mencakup enam unsur, yaitu :
a. Menetapkan Tone at the Top.
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab utnuk
menetapkan Tone at the Top terhadap perilaku etis dalam
perusahaan. Manajemen tidak dapat bertindak dengan caranya
sendiri dan berharap pihak-pihak lain dalam perusahaan berperilaku
dengan cara berbeda. Melalui tindakan komunikasinya, manajemen
dapat menunjukan bahwa perilaku yang tidak etis dan tidak jujur
akan dibiarkan, sekalipun hasilnya menguntungkan.

Tone at the Top yang dilandasi kejujuran dan integritas akan


menjadi dasar bagi perilaku yang lebih terinci, yang dapat
dikembangkan untuk memberikan pedoman yang lebih khusus
mengenai perilaku yang diperbolehkan dan dilarang. Tabel 11-3 hal
442 menyajikan contoh isi utama kode perilaku yang efektif.
b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif.
Dari riset yang dilakukan terlihat bahwa pelanggaran lebih
jarang terjadi bila karyawan mempunyai perasaan positif tentang
atasan mereka ketimbang bila mereka merasa diperalat, diancam,
atau diabaikan. Tempat kerja yang positif dapat mendongkrak
semangat

karyawan,

yang

dapat

mengurangi

kemungkinan

karyawan melakukan kecurangan terhadap perusahaan.


Karyawan juga harus bisa memperoleh nasihat dari dalam
sebelum mengambil keputusan yang akan berimplementasi legal
atau etis. Banyak organisasi menerapkan proses whistle-blowing
(membuka rahasia) bagi karyawan untuk melaporkan pelanggaran
aktual atau yang dicurigai atau pelanggaran yang potensial atas
kode perilaku atau kebijakan etika. Beberapa organisasi memiliki
nomor telepon hotline yang di tujukan kepada atau dipantau oleh
seorang pejabat etika atau individu lain yang dipercaya, yang
bertangung jawab menyelidiki dan melaporkan kecurangan atau
perbuatan legal.
c. Memperkerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat.
Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahana yang
dikelola dengan baik mengimplementasikan kebijakan penyaringan
yang efektif untuk mengurangi kemungkinan mempekerjakan dan
mempromosikan orang-orang yang tingkat kejujurannya rendah,
terutama yang akan menduduki jabatan yanng bertanggung jawab
atau penting. Kebijakan ini mencakup pengecekan latar belakang
orang-orang

yang

dipertimbangkan

akan

dipekerjakan

atau

dipromosikan menduduki jabatan yang bertanggung jawab atau


penting. Pengecekan latar belakang memverifikasi pendidikan,
riwayat pekerjaan, serta referensi pribadi calon karyawannya,
termasuk referensi tentang karakter dan integritas. Setelah seorang

pegawai diangkat, evaluasi yang berkelanjutan atas kepatuhan


pegawai itu pada nilai-nilai dan kode perilaku perusahaan juga akan
mengurangi kemungkinan kecurangan.
d. Pelatihan.
Semua pegawai harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan
menyangkut perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberitahu
tentang tugasnya untuk menyampaikan kecurangan aktual atau
yang dicurigai serta cara yang tepat untuk menyampaikannya.
Selain itu pelatihan kewaspadaan terhadap kecurangan juga harus
disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan khusus pegawai,
misalnya, pelatihan yang berbeda untuk agen pembelian dan agen
penjualan.
e. Konfirmasi.
Sebagian

Perusahaan

mengharuskan

pegawainya

untuk

secara periodik mengkonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi


kode perilaku. Pegawai diminta untuk menyatakan bahwa mereka
memahami ekspektasi Perusahaan serta sudah mematuhi kode
perilaku, dan mereka tidak mengetahui adanya pelanggaran.
Konfirmasi tersebut akan membantu mengokohkan kebijakan kode
perilaku dan juga membantu menghalangi pegawai melakukan
fraud atau pelanggaran etika lainnya. Dengan menindaklanjuti
pengungkapan dan ketidak tanggapan, auditr internal atau pihak
lain mungkin dapat membongkar masalah-masalah yang signifikan.
f. Disiplin.
Setiap pegawai harus

mengetahui bahwa mereka

akan

dimintai pertanggungjawaban jika tidak mengikuti kode perilaku


perusahaannya atau melanggar nilai dan norma, sehingga pegawai
akan merasa enggan untuk berbuat tidak etis yang merujuk pada
kecurangan. Penekanan pada pelanggaran kode perilaku, tanpa
memeperhatikan tingkat pegawai yang melakukan perbuaatan itu,
mengirimkan pesan yang jelas kepada seluruh pegawai bahwa
ketaatan pada kode perilaku dan standar etis lainnya memang

penting dan diharapkan. Penyelidikan secara tuntas atas semua


pelanggaran dan respon yang tepat secara konsisten dapat secara
efektif menghalangi kecurangan.

2. Tanggung

Jawab

Manajemen

untuk

Mengevaluasi

Risiko

Kecurangan
Kecurangan tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan
untuk melakukannya dan menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen
bertanggungjawab

untuk

mengidentifikasi

dan

mengukur

risiko

kecurangan, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko


yang teridentifikasi, serta mementau pengendalian internal yang
mencegah dan mencegah mendeteksi kecurangan.
1. Mengidentifikasi dan Mengukur Risiko Kecurangan.
Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan
pengakuan manajemen bahwa kecurangan mungkin terjadi, dan
hampir semua pegawai sanggup melakukan perbuatan tidak jujur
bila

situasinya

memungkinkan.

Pengakuan

ini

meningkatkan

kemungkinan bahwa program dan pengendalian yang efektif untuk


mencegah, mengahalangi, serta mendeteksi kecurangan akan
diterapkan. Gambar 11-3 hal 445 mengikhtisarkan faktor-faktor
yang

harus

dipertimbangkan

manajemen

yang

mungkin

ikut

menyebabkan terjadinya kecurangan dalam suatu organisasi


2. Mengurangi Risiko Kecurangan.
Manajemen bertanggung jawab
mengimplemntasikan

program

serta

untuk

merancang

pengendalian

dan
untuk

mengurangi risiko kecurangan, dan dapat mengubah aktivitas serta


proses bisnis yang rentan terhadap kecurangan utnuk mengurangi
insentif dan kesempatan untuk melakukan kecurangan. Sebagai
contoh, manajemen dapat mengoutsource operasi tertentu, seperti
pengalihan penagihan kas dari personil perusahaan ke sistem
lockbox

di

bank.

Program

dan

pengendalian

lainnya

dapat

diimlementasi di semua tingkat perusahaan, seperti pelatihan

tentang risiko kecurangan untuk semua pegawai, serta memperkuat


kebijakan pengangkatan dan promosi.
3. Memantau

Program

dan

Pengendalian

Pencegahan

Kecurangan.
Untuk bidang-bidang risiko kecurangannya tinggi, manajemen
harus

mengevaluasi

secara

periodik

apakah

program

dan

pengendalian antikecurangan yang tepat telah diimplementasikan


serta

berjalan

efektif.

Sebagai

contoh,

review

dan

evaluasi

manajemen atas hasil keuangan unit operasi atau anak perusahaan


akan

meningkatkan

kemungkinan

bahwa

hasil-hasil

yang

dimanipulasi akan terdeteksi.


Audit Internal memainkan peranan penting dalam memantau
aktivitas untuk memastikan bahwa program dan pengendalian anti
kecurangan telah berjalan efektif. Aktivitas Audit Internal dapat
mencegah sekaligus mendeteksi kecurangan. Auditor internal akan
membantu

menghalangi

mengevaluasi

kecurangan

pengendalian

internal

dengan
yang

memeriksa

mencurangi

dan
risiko

kecurangan. Mereka akan membantu mendekeksi kecurangan


dengan melaksanakan prosedur audit yang dapat mengungkapkan
pelaporan keuangan yang curang serta penyalahgunaan aktiva.
3. Pengawasan oleh Komite Audit
Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi
pelaporan keuangan serta proses pengendalian internal organisasi.
Dalam memenuhi tanggung jawab ini, komite audit memperhitungkan
potensi diabaikannya pengendalian internal oleh manajemen serta
mengawasi proses penilaian risiko kecurangan oleh manajemen, dan
program serta pengendalian anti kecurangan. Komite audit juga
membantu menciptakan tone at the top yang efektif tentang
pentingnya kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi
nol manajemen terhadap kecurangan.
Pengawasan

oleh

komite

audit

juga

berfungsi

sebagai

penghalang dilakukannya kecurangan oleh manajemen senior. Sebagai

contoh, untuk meningkatkan kemungkinan bahwa setiap upaya oleh


manajemen senior untuk melibatkan pegawai dalam melakukan atau
menutupi kecurangan dapat segera terungkap, pengawasan harus
mencakup:
a. Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal
kepada komite audit
b. Laporan periodik oleh pejabat etika tentang whistle-blowing
c. Laporan lain tentnag tidak adanya perilaku etis atau
kecurangan yang dicurigai

Anda mungkin juga menyukai