Anda di halaman 1dari 7

Isu Etika Signifikan dalam dunia bisnis dan profesi

1. Benturan kepentingan

Pengaturan tentang “benturan kepentingan” juga diatur dalam keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-
32/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan No IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.
“Benturan Kepentingan’ adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan
kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris, pemegang saham utama perusahaan atau dengan
pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham utama. “Perusahaan” yang dimaksud
dalam ketentuan ini adalah emiten atau perusahaan publik.

Beberapa bentuk benturan kepentingan yang sering terjadi dan dihadapi oleh penyelenggara negara
adalah:

1. Situasi yang menyebabkan pejabat/pegawai menerima gratifikasi atau pemberian atau 


penerimaan hadiah atas suatu keputusan;

2. Situasi yang menyebabkan penggunaan aset jabatan/instansi untuk kepentingan


pribadi/golongan;

3. Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan/instansi dipergunakan untuk kepentingan


pribadi/golongan;

4. Situasi perangkapan jabatan yang memiliki hubungan langsung atau tidak langsung, sejenis atau
tidak sejenis, sehingga menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan
lainnya;

5. Situasi dimana Pejabat/Pegawai memberikan akses khusus kepada pihak tertentu untuk tidak
mengikuti prosedur dan ketentuan yang seharusnya diberlakukan;

6. Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak mengikuti prosedur karena adanya
pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi;

7. Situasi dimana kewenangan penilaian suatu obyek kualifikasi dan obyek tersebut merupakan
hasil dari si penilai;

8. Situasi di mana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan;

9. Situasi Moonlighting atau outside employment (bekerja lain di luar pekerjaan pokoknya);

10. Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan wewenang;

11. Situasi yang memungkinkan untuk memberikan informasi lebih dari yang telah ditentukan
Kementerian, keistimewaan maupun peluang bagi calon penyedia Barang/Jasa untuk menang
dalam proses Pengadaan Barang/Jasa;

12. Situasi dimana keputusan/kebijakan dipengaruhi pihak lain yang membutuhkan;

13. Pemberian izin dan/atau persetujuan dari pegawai yang diskriminatif;

14. Melakukan komersialisasi pelayanan publik; dan


15. Situasi yang menyebabkan proses pengawasan tidak sesuai dengan prosedur karena adanya
pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi.

Jenis benturan kepentingan yang sering terjadi adalah:

1. Kebijakan yang berpihak akibat pengaruh/hubungan dekat/ ketergantungan/pemberian


gratifikasi;

2. Pemberian izin yang diskriminatif;

3. Pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/rekomendasi/pengaruh dari


pejabat pemerintah;

4. Pemilihan partner/rekanan kerja berdasarkan keputusan yang tidak profesional;

5. Melakukan komersialisasi pelayanan publik;

6. Penggunaan asset dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi/ golongan;

7. Pengawas ikut menjadi bagian dari pihak yang diawasi;

8. Melakukan pengawasan atau penilaian atas pengaruh pihak lain dan tidak sesuai norma,
standar, dan prosedur;

9. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai; dan

10. Putusan/Penetapan Pengadilan yang berpihak akibat


pengaruh/hubungan dekat/ketergantungan/pemberian gratifikasi.

Berbagai hal bisa menjadi sumber benturan kepentingan antara lain:

1. Penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau tindakan yang tidak sesuai
dengan tujuan atau melampaui batas-batas pemberian wewenang yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan.

2. Perangkapan jabatan, yaitu pejabat/pegawai yang menduduki dua atau lebih jabatan publik
sehingga tidak bisa menjalankan jabatannya secara profesional, independen, dan akuntabel.

3. Hubungan afiliasi (pribadi, golongan), yaitu hubungan yang dimiliki oleh pejabat/pegawai
dengan pihak tertentu, baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan maupun hubungan
pertemanan yang dapat mempengaruhi keputusannya.

4. Gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma dan fasilitas lainnya.

5. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan
pelaksanaan kewenangan pejabat/pegawai yang disebabkan karena struktur dan budaya
organisasi yang ada.
6. Kepentingan pribadi, yaitu keinginan/kebutuhan pejabat/pegawai mengenai suatu hal yang
bersifat pribadi.

7. Penyalahgunaan wewenang, yaitu pejabat/pegawai membuat keputusan atau tindakan yang


tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas pemberian wewenang yang diberikan
oleh peraturan perundang-undangan.

Pejabat atau pegawai yang berpotensi menghadapi benturan kepetingan dalam pelaksanaan tugasnya,
yang sekiranya akan berdampak pada menurunnya kualitas keputusan yang akan diambil, maka wajib
mengidentifikasi dan melaporkan potensi benturan kepentingan dan penyebab potensi terjadinya
benturan kepentingan. Selanjutnya, atasan atau petugas yang menerima laporan akan adanya potensi
terjadinya benturan kepentingan melakukan telaahan awal terhadap potensi benturan kepentingan
tersebut dan merekomendasikan tindakan pencegahan yang dimungkinkan. Seluruh unit kerja
diwajibkan melaksanakan identifikasi potensi benturan kepentingan yang terkait dengan pelaksanaan
tugas dan fungsi baik di tingkat strategis (eselon I) maupun di tingkat manajerial operasional (eselon II
dan eselon III di bawahnya).

Tata Cara Mengatasi Terjadinya Benturan Kepentingan

1. Seorang warga masyarakat yang terkait dalam pengambilan keputusan dapat melaporkan atau
memberikan keterangan adanya dugaan benturan kepentingan pejabat dalam menetapkan
keputusan dan/atau tindakan.

2. Laporan atau keterangan tersebut disampaikan kepada atasan langsung pejabat pengambil
keputusan dan/atau tindakan dengan mencantumkan identitas jelas pelapor dan melampirkan
bukti-bukti terkait.

3. Atasan langsung pejabat tersebut memeriksa tentang kebenaran laporan masyarakat paling
lambat 3 (tiga) hari kerja.

4. Apabila hasil dari pemeriksaan tersebut tidak benar maka keputusan dan/atau tindakan pejabat
yang dilaporkan tetap berlaku.

5. Apabila hasil pemeriksaan tersebut benar maka dalam jangka waktu 2 (dua) hari keputusan
dan/atau tindakan tersebut ditinjau kembali oleh atasan dari atasan langsung tersebut dan
seterusnya.

6. Pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan dari tindak lanjut hasil pemeriksaan terjadinya
benturan kepentingan dilaksanakan oleh unsur pengawasan.

Kurangnya pemahaman terhadap benturan kepentingan dapat menimbulkan penafsiran yang beragam
terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu, Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kementerian Dalam Negeri menyadari akan pentingnya manajemen pengelolaan terhadap
potensi adanya benturan kepentingan pada unit organisasi maupun Pejabat/Pegawai di lingkungan
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri. Dengan adanya aturan yang
tegas tentang penanganan benturan kepentingan akan tercipta tata kelola pemerintahan yang baik di
lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri maupun dalam
berinteraksi dengan par222 2 a pemangku kepentingan lainnya
2. Etika dalam tempat kerja

Terdapat banyak contoh dalam dunia perniagaan, pentadbiran, korporat, maupun di sekttor kerajaan
dan bukan kerajaan yang mengetengahkan peri pentingnya guna tenaga profesional, kewujudan kode
etika atau piawaian tingkah laku sering dikaitkan dengan kekerapan salah laku yang rendah (Matthews,
1998; White, 1992; Sabitha,1999). Ini bermakna dengan adanya garis panduan atau kode etika yang
piawai, ia sedikit sebanyak dapat bantu membendung gejala tingkah laku yang tidak wajar di kalangan
profesional tertentu dalam organisasi kerja.

Persoalan juga ditanya tentang bagaimanakah etika kerja boleh dihayati oleh para pekerja. Adakah ia
sedia wujud dalam diri seseorang (nature) atau bolehkah ia dipelajari (nurture).

6 Etika di Tempat Kerja yang Dapat Meningkatkan Kariermu

Etika sangat penting diterapkan di segala lini kehidupan, termasuk di tempat kerja. Khusus untuk tempat
kerja, menerapkan etika di tempat kerja sangatlah bermanfaat.

Bagi karyawan, menerapkan etika di kantor bisa melatih diri untuk bersikap baik saat menghadapi situasi
kerja atau saat berhadapan dengan orang-orang di kantor.

Etika di kantor juga punya benefit  positif bagi si karyawan itu sendiri. Salah satunya adalah mampu
meningkatkan karier si karyawan tersebut.

1. Perhatikanlah Penampilanmu Saat di Kantor

Di kantor, penampilan menjadi salah satu hal penting yang patut diperhatikan. Untuk menerapkan etika
di tempat kerja ini, kamu mesti tahu dulu bagaimana karakteristik kantormu. Kalau kantormu tipikal
perusahaan formal, maka kamu wajib kenakan pakaian yang formal. Misalnya: celana kain, kemeja
putih, dasi, dan juga jas.

Memerhatikan penampilanmu di kantor bisa membantumu menyesuaikan diri dengan budaya kantor,
sekaligus menampilkan citra profesionalitasmu.

2. Jagalah Kerapian

Selain memerhatikan pakaian, kamu juga harus memerhatikan kerapian dirimu. Mulai dari kerapian
pakaian hingga meja kerja harus kamu perhatikan baik-baik.

Terlepas apa pun pakaian yang dikenakan (pakaian formal atau santai), pastikan kalau pakaian yang
dikenakan terlihat rapi di mata orang lain.

Hal serupa juga berlaku buat meja kerjamu nanti. Jangan biarkan meja kerjamu berantakan tak keruan.

Tatalah meja kerjamu serapi mungkin, baik sebelum hingga setelah bekerja. Selain terlihat lebih rapi,
meja kerja yang rapi juga bisa bikin kerjamu nyaman. Jadi, jangan lupa merapikan meja kerjamu, ya!
3. Hormatilah Semua Orang yang Ada di Kantormu

Setiap orang pasti ingin dihormati. Begitu pun dengan semua orang yang ada di kantormu. Untuk itu,
cobalah untuk menghormati semua orang yang ada di kantormu. Ada beberapa bentuk penghormatan
yang bisa kamu lakukan untuk menerapkan etika di tempat kerja ini.

Contoh: bila atasanmu menyuruhmu rapat, maka cobalah datang tepat waktu sesuai jam yang
dijanjikan. Bahkan, kalau perlu datanglah seawal mungkin sebelum rapat dimulai.

4. Pisahkan Kehidupan Pribadi dengan Urusan Pekerjaan

Karyawan terkadang sulit sekali memisahkan kehidupan pribadinya dengan pekerjaan yang tengah urusi.
Bila ingin kariermu meningkat, maka cobalah untuk memisahkan kehidupan pribadu dengan urusan
pekerjaanmu.

Menerapkan hal ini di tempat kerja memang lumayan tricky.  Namun, bukan berarti kamu tak bisa
melakukannya. Untuk menerapkan etika di tempat kerja ini, kamu bisa melakukannya dengan tidak
memikirkan kehidupan atau masalah pribadimu saat bekerja.

Jadi, saat tengah sibuk dengan kerjaan, cobalah untuk memfokuskan pikiranmu pada pekerjaanmu.

5. Jadilah Pribadi yang Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab merupakan sikap positif sekaligus etika di tempat kerja yang baik. Bila ingin kariermu
meningkat, maka etika di tempat kerja ini juga patut kamu terapkan.

Ada banyak bentuk sikap tanggung jawab yang bisa kamu lakukan. Misalnya: bila kamu diberi
kepercayan untuk mengerjakan suatu project,  maka kamu harus bertanggung jawab dengan cara
mengerjakan project  tersebut dengan sebaik-baiknya.

Kamu juga harus bertanggung jawab juga dengan hasil project  yang kamu garap nanti, terlepas hasilnya
baik atau malah gagal total. Dan bila gagal total, janganlah cari-cari alasan. Tapi, evaluasilah dan
perbaikilah untuk ke depannya.

6. Jadilah Pribadi yang Lebih Peduli

Ini adalah etika di tempat kerja terakhir yang harus kamu terapkan. Apalagi, jika kamu hendak
meningkatkan kariermu. Etika di tempat kerja ini di berbagai situasi, terutama saat kamu di kantor.Etika
di tempat kerja ini bisa kamu terapkan pula saat berinteraksi dengan rekan kerjamu.

Bila teman kerjamu terlihat agak murung, cobalah untuk mendekati dan menanyakan mengapa ia
seperti itu. Kalau perlu, berilah dia semacam penghiburan atau motivasi agar bisa lebih ceria seperti
biasanya.

Menerapkan etika di tempat kerja sangat layak diterapkan. Menerapkan etika di tempat kerja akan
melatihmu untuk bersikap baik saat menghadapi lingkungan kantor atau orang-orang di kantor. Selain
itu, etika di kantor juga bisa membuat kariermu ke depan kian meningkat.
3. Aktivitas bisnis internasional – masalah budaya

Aktivitas bisnis internasional telah meningkat secara spektakuler. Pasar terpanas sering kali berada di
negara lain, dan peluang di luar negeri lebih besar. Seiring berkembangnya ketergantungan antar
negara, jumlah persoalan domestik murni semakin berkurang. Tren ini semakin meningkat. Organisasi
yang menyepelekan arena internasional--atau terjebak di dalamnya---akan terpinggirkan dalam
perdagangan. Peningkatan kesadaran global menjadi urusan uang yang paling praktis. Solusi tradisional
terhadap masalah kurangnya perencanaan antar budaya di Amerika adalah menyewa warga asing untuk
bernegosiasi dengan pihak asing. Hasilnya adalah masih terjadinya perundingan lintas budaya yang tidak
efektif, walaupun sekarang terjadi di bagian dalam organisasi: anatara negosiator dengan manajernya.
Strategi ini menyisakan masalah berkelanjutan yang tak terpecahkan bagi manajer Amerika.

4. Akuntabilitas Sosial

Akuntabilitas sosial merupakan proses keterlibatan yang konstruktif antara warga negara dengan
pemerintah dalam memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik, politisi dan penyelenggara pemerintah.
Tujuan dari akuntabilitas sosial adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang
ditimbulkan oleh berbagai aktivitas yang berkaitan dengan produksi perusahaan.

2) Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungan mencakup
financial dan managerial social accounting, social auditing.

3) Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang
relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan.

4) Untuk maksimalisasi kinerja akuntabilitas sosial harus menjalankan syarat pokok untuk pelaksanaan
akuntabilitas sosial, antara lain:

- Keberadaan Mekanisme yang Menjembatani Hubungan antara Negara dan Masyarakat

Mekanisme ini mempunyai makna strategis, sebab, pertukaran informasi, dialog dan negosiasi dapat
dilakukan oleh berbagai elemen baik dari negara maupun dari masyarakat melalui sejumlah mekanisme
tersebut. Contoh kongkret dari mekanisme yang menjembatani hubungan antara negara dan
masyarakat adalah keberadaan Dinas Komunikasi dan Informasi dari setiap Pemerintah Kabupaten dan
Kota.

- Keinginan dan Kapasitas dari Warga Negara dan Aktor-aktor Civil Society yang Kuat untuk Secara Aktif
Terlibat dalam Proses Akuntabilitas Pemerintah

Faktor ini sering kali berbenturan dengan sejumlah persoalan seperti: fakta lemahnya elemen Civil
Society dan adanya pemikiran bahwa warga negara kurang berdaya.

- Keinginan dan Kapasitas dari Politisi dan Birokrat untuk Mempertimbangkan Masyarakat

Banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa kepekaan politisi dan birokrat terhadap aspirasi
masyarakat dapat merubah pola interaksi antara negara dan masyarakat. Pada titik ini, pola interaksi
kedua elemen tersebut dapat semakin disinergikan sehingga terbentuk sebuah pola interaksi yang
bersifat timbal balik antara aktor-aktor yang berasal dari negara maupunmasyarakat.
- Lingkungan yang Memungkinkan

Dalam dunia ekonomi dan budaya, sebuah upaya perwujudan akuntabilitas sosial akan menjadi sia-sia
ketika lingkungan sosial dan ekonomi tidak menyediakan kesempatan bagi warga negara untuk
memperoleh akses partisipasi yang sama di kedua dunia tersebut.

5. Manajemen Krisis

Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah
jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis ‘normal’
yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi yang ada, dan
dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.

Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat beragam bentuk. Mulai dari bencana alam
seperti Tsunami, musibah teknologi (kebakaran, kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada karyawan
yang mogok kerja. Segala kejadian buruk dan krisis, berpotensi menghentikan proses normal bisnis yang
telah dan sedang berjalan, membutuhkan penanganan yang segera (immediate) dari pihak manajemen.
Penanganan yang segera ini dikenal sebagai manajemen krisis (crisis management).

Terdapat enam aspek yang mesti diperhatikan jika kita ingin menyusun rencana bisnis yang lengkap.
Yaitu tindakan untuk menghadapi:

1) Situasi darurat (emergency response),


2) Skenario untuk pemulihan dari bencana (disaster recovery),
3) Skenario untuk pemulihan bisnis (business recovery),
4) Strategi untuk memulai bisnis kembali (business resumption), Menyusun rencana-rencana
kemungkinan (contingency planning), dan

Dalam menghadapi krisis dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Sang pemimpin mesti mengetahui
tujuan dan strategi yang jelas untuk mengatasai krisis. Tentu harus dilandasi oleh rasa optimisme
terhadap penyelesaian krisis. Mintalah dukungan dari semua orang, dan tunjukkan bahwa perusahaan
mampu menghadapi krisis yang terjadi ini dengan baik. Tenangkan hati mereka. Ajaklah seluruh anggota
organisasi untuk terlibat dalam mencari dan menjalani solusi krisis yang telah disusun bersama.

Anda mungkin juga menyukai