Anda di halaman 1dari 4

Nama : REDIKA PASARIBU

Npm : 2015310203
Kelas : VI reg 1 Cluster 1 A
UTS ETIKA BISNIS
JAWABAN:
1. ) Stockholder memiliki saham finansial terhadap keuangan perusahaan, tetapi
stakeholder memiliki atau tidak memiliki kepentingan terhadap keuangan perusahaan.
Stockholder juga dapat bertindak sebagai stakeholder, tetapi stakeholder bukanlah
bagian dari pemegang saham.
Stockholder memiliki tanggung jawab dan pengaruh terhadap apa yang terjadi pada
perusahaan, sedangkan shareholder hanya terkena dampaknya saja. Shareholder
memiliki sebagian dari perusahaan, sedangkan stakeholder tidak memiliki bagian dari
perusahaan.

2. ) Tanpa etika dalam berbisnis, persaingan antar perusahaan dapat menjadi tidak sehat,
konsumen menderita, terjadi pencemaran lingkungan atau menimbulkan praktek
monopoli perdagangan.

3. ) Stakeholders primer, sekunder dan marjinal.


Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan perlu
menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut stakeholders primer,
stakeholders yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang biasa
diabaikan disebut stakeholders marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap
perusahaan meskipun produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari
waktu ke waktu.
Contoh steakholder primer:
Masyarakat dan tokoh masyarakat, masyarakat Yang terkait dengan proyek, yakni
masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak
(kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Sedangkan
tokoh masyarakat adalah anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu
sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat. Di sisi lain, stakeholders utama adalah
juga pihak manajer Publik yakni lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam
pengambilan dan implementasi suatu keputusan.
Contoh steakholder skunder:
1. Lembaga(Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung
jawab langsung.
2. Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan
secara langsung dalam pengambilan keputusan.
3. Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang
bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki concern
(termasuk organisasi massa yang terkait).
4. Perguruan Tinggi yakni kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam
pengambilan keputusan pemerintah serta Pengusaha (Badan usaha) yang terkait
sehingga mereka juga masuk dalam kelompok stakeholder pendukung.
5. Pengusaha (Badan usaha) yang terkait
Contoh steakholder marjinal
1. Pemerintah Kabupaten
2. DPR Kabupaten
3. Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.

4.
1.Etika Bisnis Dan Budaya Perusahaan PT Telkom
Telkom senantiasa memegang teguh moral dan etika yang merupakan landasan penerapan
GCG. Seiring waktu pembelajaran kami dalam mengelola GCG, maka penerapannya
membentuk kesadaran hukum dan menghasilkan karyawan yang peka terhadap tanggung
jawab sosial serta dicintai pelanggan

2. Etika Bisnis PT Pupuk Indonesia (Persero)


Kebijakan Larangan Gratifikasi dan anti Suap Perusahaan telah menerapkan kebijakan yang
melarang pemberian dan penerimaan setiap bentuk uang, hadiah atau kenikmatan atau
manfaat, pemberian diskon, pinjaman, penyediaan fasilitas akomodasi, transportasi atau halhal
sejenis lainnya yang terkait dengan bisnis perusahaan kepada dan dari pejabat, rekan kerja,
mitra bisnis atau pihak-pihak lain atau dari siapapun yang terkait dengan kedudukan atau
tugasnya sebagai petugas senior atau karyawan Perusahaan yang diduga akan mempengaruhi
pengambilan suatu keputusan.
3. Pedoman Etika Perusahaan Semen Indonesia

Perseroan senantiasa mendorong kepatuhan terhadap standar etika dan berkomitmen untuk
mengimplementasikannya, serta mewajibkan seluruh pimpinan dari setiap tingkatan
bertanggungjawab untuk memastikan bahwa pedoman perilaku dipatuhi dan dijalankan dengan
baik pada jajaran masing-masing.

5.
1.Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisidan masalah yang
terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.Dengan kata lain, etika bisnis yang
pertama bertujuan untukmengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya
secarabaik dan etis. Karena lingkup bisnis yang pertama ini lebih seringditujunjukkan
kepada para manajer dan pelaku bisnis dan lebih seringberbicara mengenai bagaimana
perilaku bisnis yang baik dan etis itu.

2.Etika bisnis bisa menjadi sangat subversife. Subversife karena ia mengunggah,


mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakatuntuk tidak dibodoh – bodohi,
dirugikan dan diperlakukan secara tidakadil dan tidak etis oleh praktrek bisnis pihak mana
pun. Untukmenyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawandan
masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidakboleh dilanggar oleh praktek
bisnis siapapun juga.

3.Etika bisnis juga berbicara mengenai system ekonomi yang sangatmenentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu
barangkali lebih tepatdisebut sebagai etika ekonomi.

6.
1. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka melewati jalan pintas, bahkan menghalalkan
segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan pendekatan etika bisnis, seperti
memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan
memanipulasi laporan keuangan.

2. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.


Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai-nilai pribadi yang
dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang ingin dicapainya, atau
konflik antara nilai-nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik yang dilakukan oleh sebagian
besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa gagal karena mereka
mengejar tujuan dengan mengalahkan peraturan.

3. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.


Hal ini diperkeruh oleh banyak sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di
satu sisi mencengangkan luas dan di sisi lain memberi kesempatan bagi pihak yang mencari
dukungan elit politik guna keberhasilan bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa
keuntungan.

4. Lemahnya penegakan hukum.


Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas dan tetap memangku
jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis
norma-norma etika.
5. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk memastikan kode etik bisnis dan
manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus
menangani penyusunan dan penegakan kode etik bisnis dan manajemen.

Anda mungkin juga menyukai