Anda di halaman 1dari 8

Studi Kelayakan Bisnis (SKB)

PEMBAHASAN
2.1 Lembaga-lembaga yang memerlukan studi kelayakan Bisnis (SKB) antara lain :

1. Investor

Apabila hasil dari SKB itu ternyata tidak layak untuk direalisasikan, maka dapat mulai
mencari pendanaannya,misalnya investor atau pemilik modal yang berkenan untuk mendanai
proyek yang akan dilakukan. Kemudian studi kelayakan bisnis yang telah dibuat akan dipelajari
oleh calon investor yang mempunyai kepentingan langsung sehubungan dengan keuntungan
yang akan diperolehnya dan jaminan keselamatan terhadap modal yang ditanamkan. Investor
berkepentingan dengan SKB suatu proyek yaitu untuk mengetahui apakah proyek tersebut
mempunyai prospek atau tingkat keuntungan yang lebih besar dari pada risikonya. Semakin
tinggi tingkat risiko semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diminta investor.

2. Kreditur/Bank

Bank merupakan salah satu pihak yang yang dapat memberikan pendanaan. Dimana
pihak bank perlu mempelajari studi kelayakan bisnis yang telah dibuat termasuk dalam
mempertimbangkan sisi lainnya, misalnya bonafiditas(kemampuan) dan jaminan yang tersedia
yang dimiliki perusahaan sebelum pihak bank memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak.
Kreditur/Bank biasanya lebih memperhatikan segi keamanaan dana yang dipinjamkan pada
debitur, mereka mengharapkan dana yang dipinjamkan serta bunga yang bisa dibayar oleh
debitur tepat waktu.

3. Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini juga memerlukan studi kelayakan bisnis sebagai data dan bahan
laporan perusahaan. Karena bagaimanapun juga secara langsung atau tidak langsung, kebijakan
pemerintah akan mempengaruhi adanya kebijakan perusahaan. Misalnya kebijakan pemerintah
pada sektor ekonomi seperti adanya penghematan devisa negara, kegiatan ekspor non-migas,
pemakaian tenaga kerja secara massal. Meninjau dari kebijakan pemerintah tersebut, maka
setiap proyek bisnis yang membantu kebijakan pemerintah akan menjadi lebih diprioritaskan
untuk bisa berkembang maju.

2.2 Hasil SKB (Study Kelayakan Bisnis)

Hasil Studi Kelayakan Bisnis adalah berupa dokumentasi lengkap dalam bentuk tertulis.
Dokumentasi ini memperlihatkan bagaimana rencana bisnis memiliki nilai – nilai positif bagi
aspek – aspek yang diteliti, sehingga akan dinyatakan sebagai proyek bisnis yang layak. Atau
justru sebaliknya. Mengenai struktur penulisan laporan, hingga saat ini belum ada bentuk atau
jenis penulisan tertentu yang dianggap baku. Namun demikian, kecenderungan standar penulisan
tetaplah ada.

2.3 Etika Dalam SKB (Study Kelayakan Bisnis)

Etika merupakan nilai moral yang dijunjung tinggi masyarakat dalam segala aspek,
termasuk dalam melakukan suatu usaha pasti juga ada sebuah etika di dalamnya yakni etika
bisnis. Etika bisnis dijadikan acuan untuk menjalankan suatu usaha dimana ia mengatur segala
cara dalam menjalankan usaha atau bisnis dalam segala aspek, mulai dari yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, maupun masyarakat.Hal tersebut juga berperan penting dalam studi
kelayakan bisnis sebab etika tersebut dapat menjamin kedua belah pihak tidak merasa saling
dirugikan satu sama lain.

Terlalu ketat terhadap etika adalah sulit karena terkadang dalam studi ini muncul hal-hal
yang tak terduga sebelumnya, sehingga diperlukan jalan tengah antara aturan-aturan yang ketat
dan relativisme etika, sehingga diharap kan muncul konsensus berupa etika bagi penilaian
kelayakan bisnis yang akan dapat dijadikan sebagai pedoman antara penilai dan kliennya.
Akhirnya, studi kelayakan bisnis hendaknya dapat mengantisipasi dilema-dilema etika dan
berusaha untuk menyesuaikan metodologinya. Studi kelayakan bisnis yang beretika memerlukan
integritas pribadi dari penilai/peneliti dengan klien. Ada beberapa etika dalam studi kelayakan
bisnis diantaranya yaitu :

1) Etika Peneliti pada Responden

Dalam melakukan pengumpulan data, lindungi hak-hak respon den, misalnya responden
tidak akan merasa dirugikan baik secara fisik maupun mental. Jika peneliti berhubungan
langsung dengan responden, jelaskanlah secara langsung tujuan dan manfaat-man faat yang akan
didapat dari studi ini sehingga responden maklum Adakalanya peneliti terpaksa melakukan
penipuan misalnya dalam rangka menjaga kerahasiaan pihak ketiga. Penipuan sebaiknya tidak
dipakai sebagai usaha untuk menaikkan tingkat respons. Jika ada kemungkinan bahwa data dapat
merugikan responden, perlu mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu di mana batasan-
batasan tersebut dirinci. Bagi kebanyakan studi kelayakan bisnis, biasanya cukup dinyatakan
secara lisan saja. Pemberitahu an kemudian kepada responden tentang hasil studi yang bersum
ber dari data responden akan membuat responden mempunyai pandangan yang sangat positif
terhadap penelitian. Tidak perlu seluruh hasil studi, tetapi cukuplah dari suatu aspek tertentu saja
dan dapat diinformasikan, misalnya dengan cara-cara statistik. Yang penting adalah bahwa
responden tidak hanya sekadar habis manis sepah dibuang, tentu saja yang bersangkutan meng
hendaki hasil studi itu. Di dalam pengumpulan data dari para res ponden, perlu diingat hak atas
kebebasan pribadi, misalnya orang mempunyai hak untuk menolak diwawancarai sehingga
peneliti harus meminta izin terlebih dahulu..

2) Etika Peneliti pada Klien


Dalam suatu studi kelayakan bisnis,pertimbangan-pertimbangan etis terhadap klien juga
perlu diperhatikan karena klien juga memilki hak atas penelitian yang dilaksanakan secara etis.
Klien ingin identitasnya tidak diketahui, misalnya dalam melakukan riset pasar suatu produk
baru atau klien akan masuk pada pasar yang baru sehingga identitasnya tidak mau diketahu oleh
pesaing. Peneliti harus menghargai keinginan itu dan membuat rencana yang menjaga identitas
kliennya. Klien mempunyai hak untuk mendapatkan hasil studi yang berkualitas. Tetapi kadang-
kadang klien berpersepsi lain tentang apa yang dimaksud berkualitas itu, sehingga peneliti harus
mengarahkan dan menjelaskannya.

3) Etika Peneliti pada Asisten

Peneliti biasanya dibantu oleh para asisten peneliti. Tidak etis jika menugaskan seorang
asisten untuk melakukan sesuatu, misalnya melakukan wawancara langsung di suatu tempat yang
kurang aman sehingga bisa terjadi terancam secara fisik Akibatnya dapat saja asisten peneliti
memalsukan instrumen penelitian. Seharus nyalah peneliti menyediakan fasilitas lain yang
membuat asisten tadi merasa aman. Peneliti harus menuntut perilaku etis dari para asistennya.
Perilaku asisten berada di bawah pengawasan langsung peneliti, sehingga jika, asisten berbuat
curang maka yang ber tanggung jawab adalah peneliti, sehingga semua asisten selain di beri
pelatihan dan supervisi yang baik juga diberi bekal mental yang kuat untuk tidak melakukan
tindakan penyelewengan.

4) Etika Klien

Bisa saja terjadi atau bahkan sering terjadi dimana peneliti suatu studi kelayakan bisnis
diminta oleh kliennya untuk mengubah data, mengartikan data dari segi yang menguntungkan,
menghilangkan bagian-bagian dari hasil analisis data yang dianggap merugikannya, dan
sebagainya. Hal seperti ini merupakan contoh perilaku tidak etis dari klien. Apabila peneliti
menuruti kehendak klien yang seperti ini, maka hal ini merupakan pelanggaran terhadap standar-
standar etika. Hal-hal seperti ini bisa saja terjadi oleh beberapa sebab. Misalnya, bayaran yang
diterima lebih tinggi dari sewajarnya

2.4 Bisnis Di Bidang Jasa

Pengertian studi kelayakan untuk industri jasa yang baik perlu didukung oleh pengertian
jasa itu sendiri.Termasuk di dalamnya aspek-aspek yang menciptakan peluang untuk
berkembangnya bisnis jasa itu sendiri, isu isu strategis yang perlu diperhatikan oleh para
penyedia jasa, serta hal-hal penting perihal jasa lainnya. Memberikan porsi yang seimbang antara
bisnis di bidang manufaktur dan jasa akan menambah wawasan pembaca dalam rangka bergiat
pada studi kelayakan bisnis ini.

A. Perkembangan Bisnis Jasa


Sejumlah ahli telah berupaya membuat definisi mengenai jasa, namun hingga sekarang
belum ada satu pun yang diterima secara utuh. Zeithaml dan Bitner (1996) mencoba merangkum
banyak pendapat para ahli tentang definisi jasa sebagai: Semua aktivitas ekonomi yang
outputnya bukanlah produk atau konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produknya
dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (seperti:
kenyamanan, liburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip adalah intangible bagi
pembeli pertamanya.Lingkungan bisnis jasa ini akan menghadirkan sejumlah implikasi penting
terhadap perkembangan bisnis jasa ke depan, misalnya:

 Akan terjadi inovasi jasa, misal seperti saat ini dengan munculnya belanja barang
melalui internet. Sistem seperti ini beberapa waktu yang lampau belum ada, khususnya
di Indonesia.

 Makin meningkatnya partisipasi konsumen terhadapap jasa, misalnya bahwa konsumen


mulai mencari-cari sendiri berita-berita yang dibutuhkan dan tersedia di internet,
sehingga peran surat kabar menjadi berkurang.

 makin meningkatnya kandungan jasa pada barang-barang misalnya lebih mudah, atau
bauran aktivitas di tempat rekreasi.

B. Perbedaan Barang dan Jasa

Zeithaml dan Bitner menggambarkan perbedaan karakteristik yang membedakan antara


barang dan jasa. Jasa memiliki karakteristik dalam hal-hal seperti intangibilitas, keberagaman,
simultanitas produksi dan konsumsi jasa, serta kerentanan (prishability). Sudah tentu, barang
akan memiliki karakteristik kebalikan dari jasa. Berikut adalah paparan keempat karakterisik jasa
tersebut:

 Intangibilitas (intangible).

Jasa secara prinsip adalah intangible, walaupun sering mencakup tindakan tangible.
Konsekuensi yang muncul akibat dari sifat intangibilitas adalah bahwa jasa tidak dapat dilihat,
dirasakan, maupun dicicipi atau disentuh. Oleh karena itu, jasa tidak dapat disimpan, akibatnya
fluktuasi permintaan jasa sulit untuk dikendalikan. Selanjutnya, bahwa jasa tidak dapat
dipatenkan, akibatnya suatu konsep jasa akan mudah ditiru oleh pesaing. Juga, bahwa jasa sulit
dikomunikasikan kepada konsumen, karena itu, kualitas jasa sulit untuk dinilai oleh konsumen.
Selain itu, penentuan harga jasa juga sulit karena biaya pemrosesan jasa sulit dibedakan mana
biaya tetapnya dan mana yang termasuk biaya variabel.

 Keberagaman.

Output jasa bervariasi sehingga juga sulit distandarkan. Misalnya, meskipun untuk suatu
jasa yang sama, setiap individu konsumen ingin dipenuhi keinginannya dengan cara yang
berbeda-beda. Sebab lain misalnya adalah apabila bisnis jasa itu bersifat padat karya. Jasa
bersifat unjuk kerja (kinerja), dimana setiap karyawan berbeda-beda dalam unjuk karyanya
padahal konsumen berkehendak bahwa unjuk kerja tersebut konsisten.

 Simultansitas Produksi dan Konsumsi.

Dalam produksi barang, biasanya barang dibuat terlebih dahulu baru kemudian dijual
untuk dikonsumsi. Dalam produksi jasa, jasa biasanya dijual terlebih dahulu, lalu diproduksi dan
di konsumsi secara simulran. Kenyataan yang demikian ini, seringkali berarti bahwa konsumen
harus berada di tempat di mana jasa yang diminta akan diproses, sehingga konsumen melihat
atau bahkan terlibat dalam proses produksi.

 Kerentatan (prishability).

Jasa tidak dapat disimpan, dijual lagi, atau dikembalikan. Misalnya rambut yang sudah
dicukur tidak dapat dikembalikan kepada asalanya, jam praktek dokter, dan jasa sambung
telepon. Ketiga contoh ini akan menjawab perihal kerentanan jasa. Sebelum melakukan
pengembangan usaha, hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan
komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan itu layak atau tidak layak.

C. Industri manufaktur dan Industri Jasa

Istilah manufaktur berasal dari dua kata bahasa latin, yaitu manus dan factus yang berarti
manus adalah tangan dan factus adalah mengerjakan. Jadi manufaktur artinya mengerjakan
dengan tangan atau proses pembuatan produk yang dikerjakan dengan tangan. Pengertian
manufaktur sekarang adalah proses pembuatan produk dengan bantuan mesin dan pengontrolan
bahkan dikerjakan secara automatis penuh, tetapi tetap melalui pengawasan secara manual.
Contoh industri Manufaktur, yaitu: Industri semen, obat-obatan, otomotif, elektronika, pakaian,
makanan & minuman, tekstil, sepatu, barang keperluan rumah tangga, dan lain lain.

Industri pelayanan/jasa yaitu industri yang bergerak dibidang pelayanan atau jasa, baik
untuk melayani dan menunjang aktivitas industri yang lain maupun langsung memberikan
pelayanan/jasa kepada konsumen. Contoh Industri Jasa, yaitu: Asuransi, Bursa efek, Perbankan,
Transportasi, Pendidikan, Perdagangan, Perawatan kesehatan, Telekomunikasi, dan lain lain.

Studi Kelayakan Bisnis tidak didominasi oleh industri-industri manufaktur yang


memproduksi barang, melainkan oleh semakin berkembangnya industri jasa yang mungkin
bahkan lebih pesat dari pada industri manufakturnya. Banyak faktor yang mempengaruhi bisnis
bergerak kearah bisnis jasa, diantaranya yaitu :

 Perubahan regulasi pemerintah.

 Swastanisasi perusahaan-perusahaan pemerintah organisasi nirlaba.

 Komputerisasi dan inovasi teknologi.


 Perkembangan waralaba (franchising).

 Ekspansi leasing dan bisnis persewaan.

 Pertumbuhan pusat-pusat jasa dalam perusahaan manufaktur.

 Tekanan finansial terhadap organisasi-organisasi publik dan nirlaba, dan

 internasionalisasi bisnis jasa

2.5 Sumber-Sumber Data Dan Informasi Dalam SKB

Secara umum, SKB membutuhkan 2 jenis dari golongan data yang merupakan data
kualitatif berupa sejarah atau sebuah pernyataan dari perusahaan dan juga data kuantitatif yang
merupakan data berisi angka seperti jumlah dari anggaran dan jumlah dari level produksi.
Sedangkan untuk masalah dari sumber data sendiri juga di golongkan ke dalam 2 golongan yaitu
sumber data primer dan juga data sekunder.

Kedua jenis dan golongan sumber data tersebut merupakan 2 jenis yang berbeda dimana
data primer merupakan jenis data yang akan di dapatkan ketika melakukan survey dan data
sekunder adalah data yang didapatkan secara langsung di lapangan. Data tersebut bisa di
dapatakan dengan memerlukan dana, tenaga dan waktu yang cukup, ini akan tergantung pada
seberapa banyak data yang dibutuhkan.

Data dan informasi pada studi kelayakan bisnis bisa didapatkan dari sumber-sumber
terpercaya, misalnya lembaga yang berwenang seperti Bank UOB, Badan Pusat Statistik,
lembaga riset, dll.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Studi kelayakan bisnis yang juga sering disebut studi kelayakan proyek adalah penelitian
tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan
berhasil, sedangkan proyek memiliki arti pendirian suatu usaha baru atau pengenalan suatu
barang atau jasa baru ke dalam produk mix yang sudah ada.

Lembaga yang memerlukan studi kelayakan Bisnis (SKB) antara lain :

1.Investor

2.Kreditur/Bank

3.Pemerintah

Hasil Studi Kelayakan Bisnis adalah berupa dokumentasi lengkap dalam bentuk tertulis.
Secara umum, SKB membutuhkan 2 jenis dari golongan data yang merupakan data kualitatif
berupa sejarah atau sebuah pernyataan dari perusahaan dan juga data kuantitatif yang merupakan
data berisi angka seperti jumlah dari anggaran dan jumlah dari level produksi.

SARAN

Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila pembaca kurang merasa
puas denga hasil yang kami sajikan, tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang telah di dapat. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran tentang pembahasan makalah yang ada diatas.

Anda mungkin juga menyukai