Dalam menjalankan kegiatan usahanya Bahrul tidak melakukan pembukuan melainkan melakukan
pencatatan dimana menurut Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-17/PJ/2015 Norma Penghitungan
Penghasilan Netto Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan kegiatan usaha berupa perkebunan
tebu adalah sebesar 11.5%. Istri tuan Bahrul, bernama Safitri, (belum memiliki NPWP) menjalankan
kegiatan usaha berupa jasa loundry dan juga tidak melakukan pembukuan, dengan besaran norma
yang diperkenankan adalah 40%. Penghasilan keduanya digabung dalam satu pelaporan. Pada tahun
2018 omset dari usaha perkebunan tebu Pak Bahrul mencapai Rp4.700.000.000 sedangkan omset
usaha istriya tercatat Rp550.000.000. Sehingga menurut ketentuan Pak Bahrul tidak lagi masuk dalam
kriteria Wajib Pajak dengan Omset Tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2018 dan melaporkan SPT Tahunan PPh OP 1770 dengan menghitung PPh terutang
berdasarkan ketentuan umum.
Pertanyaan:
1. Hitunglah penghasilan kena pajak, PPh Terutang, dan PPh Terhutang Tahun Pajak 2018
a.n. Tuan Bahrul!
2. Wanda adalah karyawati dengan status menikah dan belum memiliki anak, bekerja pada PT ABC
dengan gaji sebulan Rp9.000.000. Wanda membayar iuran pensiun ke Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan sebesar Rp50.000 per bulan. Berdasarkan surat
keterangan dari PEMDA tempat Wanda berdomisili yang diserahkan ke pemberi kerja, diketahui
bahwa suami Wanda tidak memiliki penghasilan apapun. Pada bulan Juli 2019 selain menerima gaji
ia juga menerima pembayaran atas kerja lembur sebesar Rp2.500.000. Hitunglah PPh Pasal 21 bulan
Juli 2019!
3. Klinik Madinah memperkerjakan seorang dokter spesialis kandungan,selama tahun 2020 jumlah
honorarium yang di bayarkan adalah sebegai berikut :
PPh Pasal 25 yang dibayar Januari sd Desember Rp.7.000.000,- / bulan ,PPh pasal 23 yang dipotong
oleh rekanan Rp.27.500.000,- .
Hitunglah PPh yang terhutang dan PPH pasal 29 yang harus di bayar?