BENTURAN KEPENTINGAN
DISUSUN OLEH:
Shally Liyal Khairah P00320222 074
Septy Khalista P00320222 073
Fadillah Agustina P00320222 052
Anggun Khairul Nisa P00320222 044
DOSEN PENGAMPU:
KASAD, SKM. M. Kes
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam,
berkat hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya,
dan para yang setia hingga hari pembalasan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing pada mata
kuliah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, tidak sedikit kendala yang penulis hadapi,
namun berkat dorongan berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk
itu, kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala kekeliruan
dan kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PEMDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Pengertian Benturan Kepentingan...........................................................................2
B. Bentuk Situasi Benturan Kepentingan.....................................................................2
C. Sumber Penyebab Benturan Kepentingan................................................................3
D. Identifikasi Benturan Kepentingan..........................................................................4
E. Pencegahan Terjadinya Situasi Benturan Kepentingan...........................................4
F. Penanganan Situasi Benturan Kepentingan.............................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
ii
BAB I
PEMDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan menyalahgunakan
kewenangan untuk memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara. Salah satu faktor penyebab terjadinya tindak pidana
korupsi adalah adanya benturan kepentingan (Conflict of Interest) yang merupakan
suatu kondisi dimana pertimbangan pribadi mempengaruhi dan/atau dapat
menyingkirkan profesionalitas seorang pejabat dalam mengemban tugas. Hal ini dapat
meyebabkan pelayanan publik yang memburuk, kebijakan yang tidak efisien dan tidak
efektif, keputusan dan tindakan yang berpotensi menguntungkan pribadi atau orang lain,
serta kerugian yang ditimbukan bagi orang lain atau negara, yang tentunya tindakan ini
mempertanyakan integritas dari seorang pelayan publik.
Untuk itu, pemerintah perlu mereformasi diri dalam menata birokrasi menuju ke
arah pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme dengan menciptakan lingkungan positif yang bebas dari
adanya benturan kepentingan (Conflict of Interest).
Benturan kepentingan adalah situasi dimana terdapat konflik kepentingan seseorang
yang memanfaatkan kedudukan dan wewenang yang dimilikinya (baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja) untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau golongannya sehingga
tugas yang diamanatkan tidak dapat dilaksanakan dengan obyektif dan berpotensi
menimbulkan kerugian kepada pihak tertentu (Nofitri, 2021).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan bentuk situasi benturan kepentingan?
2. Bagaimana sumber penyebab benturan kepentingan?
3. Bagaimana identifikasi dan pencegahan benturan kepentingan?
4. Bagaimana penanganan situasi benturan kepentingan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
8. Situasi dimana adanya kesempatan penyalahgunaan jabatan;
9. Situasi dimana seseorang dapat menentukan sendiri besarnya gaji/remunerasi;
10. Situasi bekerja lain di luar pekerjaan pokoknya;
11. Situasi yang memungkinkan penggunaan diskresi yang menyalahgunakan
wewenang;
12. Situasi yang memungkinkan untuk memberikan informasi lebih dari yang telah
ditentukan, keistimewaan maupun peluang bagi calon Penyedia Barang/Jasa
untuk menang dalam proses Pengadaan Barang/Jasa; dan/atau
13. Situasi dimana terdapat hubungan afiliasi/kekeluargaan antara Pejabat dengan
pihak lainnya yang memiliki kepentingan atas keputusan dan/atau tindakan
sehubungan dengan jabatannya.
3
5. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi
pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan yang disebabkan karena aturan,
struktur dan budaya Instansi/Perusahaan yang ada.
6. Kepentingan pribadi (vested interest) yaitu keinginan mengenai suatu hal yang
bersifat pribadi.
4
6. Ikut serta dalam proses pengambilan keputusan apabila terdapat potensi adanya
Benturan Kepentingan.
7. Memanfaatkan jabatannya dengan memberikan perlakuan istimewa kepada
keluarga, kerabat, kelompok dan/atau pihak lain atas beban
Instansi/Perusahaan.
8. Melakukan transaksi dan/atau menggunakan harta/aset Instansi/Perusahaan
untuk kepentingan pribadi, keluarga atau golongan.
9. Menerima, memberi, menjanjikan hadiah/cinderamata dan atau
hiburan/entertainment dalam bentuk apapun yang berkaitan dengan
kedudukannya di Instansi/Perusahaan, termasuk dalam rangka hari raya
keagamaan atau acara lainnya.
10. Mengijinkan mitra kerja atau pihak lainnya memberikan sesuatu dalam bentuk
apapun kepada Insan dalam instansi dan atau di luar instansi.
11. Menerima refund dan keuntungan pribadi lainnya yang melebihi dan atau
bukan haknya, dari pihak manapun dalam rangka kedinasan atau hal-hal yang
dapat menimbulkan potensi Benturan Kepentingan.
12. Bersikap diskriminatif dan tidak adil serta melakukan kolusi untuk
memenangkan satu atau beberapa pihak dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa di Instansi/Perusahaan.
13. Memanfaatkan informasi Instansi/Perusahaan dan data bisnis
Instansi/Perusahaan untuk kepentingan di luar Instansi/Perusahaan.
14. Terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan
Instansi/Perusahaan pesaing dan/atau Instansi/Perusahaan Mitra Kerja atau
calon Mitra Kerja lainnya.
15. Baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
kegiatan Pengadaan Barang/Jasa di Instansi/Perusahaan, yang pada saat
dilaksanakan perbuatan tersebut untuk seluruh dan sebagian yang
bersangkutan, sedang ditugaskan untuk melaksanakan pengurusan dan
pengawasan terhadap kegiatan yang sama.
16. Memanfaatkan dan menggunakan hak cipta Instansi/Perusahaan yang dapat
merugikan kepentingan atau menghambat perkembangan Instansi/Perusahaan.
5
F. Penanganan Situasi Benturan Kepentingan
1. Prinsip Dasar
Insan Instansi/Perusahaan yang dirinya berpotensi dan atau telah berada dalam
situasi Benturan Kepentingan DILARANG untuk meneruskan kegiatan/
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang terkait dengan situasi Benturan
Kepentingan tersebut. Untuk selanjutnya yang bersangkutan dapat mengundurkan
diri dari tugas yang berpotensi terdapat Benturan Kepentingan tersebut atau
memutuskan untuk tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait
dengan kegiatan yang terdapat Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud,
kecuali apabila dengan pertimbangan tertentu yang semata-mata untuk kepentingan
Instansi/Perusahaan, maka Direksi dapat meminta yang bersangkutan untuk tetap
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan tersebut.
1. Perangkapan Jabatan yang berpotensi terjadinya Benturan Kepentingan
oleh Insan Instansi/Perusahaan dimungkinkan untuk dilaksanakan selama
terdapat kebijakan dan peraturan Instansi/Perusahaan yang mengatur
mengenai hal tersebut.
2. Insan Instansi/Perusahaan yang berpotensi dan atau telah berada dalam
situasi Benturan Kepentingan wajib membuat dan menyampaikan Surat
Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan terhadap kondisi tersebut
kepada Atasan Langsung, dengan contoh format sebagaimana diatur dalam
Lampiran II.
3. Insan Instansi/Perusahaan juga wajib membuat Surat Pernyataan Potensi
Benturan Kepentingan apabila memiliki hubungan sedarah dalam
hubungan keluarga inti dengan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris Instansi/Perusahaan dalam Lampiran III.
2. Mekanisme Pelaporan Benturan Kepentingan
a. Apabila terjadi situasi Benturan Kepentingan, maka wajib melaporkan hal
tersebut melalui:
1) Atasan Langsung
Pelaporan melalui Atasan Langsung dilakukan apabila pelapor adalah
Insan yang terlibat atau memiliki potensi untuk terlibat secara langsung
dalam situasi Benturan Kepentingan. Pelaporan dilaksanakan dengan
6
menyampaikan Surat Pernyataan Potensi Benturan Kepentingan kepada
Atasan Langsung.
2) Sistem Pelaporan Pelanggaran/Whistle Blowing System
Pelaporan melalui Sistem Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing
System dilakukan apabila pelapor adalah Insan atau pihak-pihak lainnya
(Pelanggan, Mitra Kerja dan Stakeholders) yang tidak memiliki
keterlibatan secara langsung, namun mengetahui adanya atau potensi
adanya Benturan Kepentingan di Instansi/Perusahaan. Pelaporan melalui
Sistem Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing System dilaksanakan
sesuai dengan mekanisme tersendiri yang mengatur mengenai Sistem
Pengaduan Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing System di
Instansi/Perusahaan.
b. Pelaporan atas terjadinya Benturan Kepentingan, harus dilakukan dengan
itikad baik dan bukan merupakan suatu keluhan pribadi atas suatu
kebijakan Instansi/Perusahaan tertentu ataupun didasari oleh kehendak
buruk/fitnah.
3. Sanksi Terhadap Benturan Kepentingan
Setiap Insan yang terbukti melakukan tindakan Benturan Kepentingan akan
ditindaklanjuti berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku di
Instansi/Perusahaan (Askrindo Syariah, 2018).
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Benturan Kepentingan adalah situasi dimana penyelenggara negara, memiliki atau
patut diduga memiliki kepentingan pribadi, terhadap setiap penggunaan wewenang,
sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusan dan/atau tindakannya. Identifikasi
Benturan Kepentingan, yaitu Satuan kerja wajib mengidentifikasi potensi situasi
benturan kepentingan, Satuan kerja menjabarkan situasi hubungan afiliasi dan
kepentingan pribadi, Satuan kerja menyusun mekanisme identifikasi untuk mendeteksi
pelanggaran kebijakan penanganan benturan kepentingan, dan Identifikasi penanganan
benturan kepentingan didokumen-tasikan dalam dokumen – dokumen resmi
Untuk menghindari situasi Benturan Kepentingan, maka tidak boleh atau dilarang
untuk Melakukan perbuatan/tindakan atau menempatkan diri pada posisi yang dapat
menimbulkan benturan kepentingan, Memiliki saham atau melakukan investasi,
Memiliki usaha yang berhubungan langsung atau terkait dengan aktivitas
Instansi/Perusahaan, Merangkap bekerja di Instansi/Perusahaan lain atau memegang
jabatan pada lembaga lembaga/ institusi lain, dan sebagainya. Setiap Insan yang terbukti
melakukan tindakan Benturan Kepentingan akan ditindaklanjuti berdasarkan peraturan
dan ketentuan yang berlaku di Instansi/Perusahaan.
B. Saran
Bagi mahasiswa agar lebih memahami bagaimana identifikasi, pencegahan dan
penanganan dari benturan kepentingan sehingga dapat terhindar dari hal tersebut dan
mampu menjadi agen perubahan dengan menciptakan lingkungan yang anti korupsi,
kolusi, nepotisme dan suap,
8
DAFTAR PUSTAKA
BET Cipelang, (2021). Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan, Jawa Barat: Balai
Embrio Ternak Cipelang.