Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

DAMPAK KORUPSI TERHADAP KESEHATAN


MASYARAKAT

Nama:Salsabila Erwani
NIM:PO7125119033

DOSEN PEMBIMBING:
1.Masayu Nurhayati,S.Pd,M.Pd
2.Yufen Widodo,SKM,MDSc

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN D3 KEPERAWATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Dampak Korupsi Terhadap
Kesehatan Masyarakat ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Masayu
Nurhayati,S.Pd,M.Pd dan bapak Yufen Widodo, SKM,MDSc pada mata kuliah Pendidikan
Budaya Anti Korupsi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang korupsi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Masayu Nurhayati,S.Pd,M.Pd dan bapak Yufen
Widodo, SKM,MDSc , selaku dosen pada mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang,14 Febuari 2020 

Salsabila Erwani
Daftar Isi
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
A. Penyebab Terjadinya Korupsi Dalam Pelayanan Kesehatan....................5
B. B.DAMPAK KORUPSI DALAM KESEHATAN MASYARAKAT........................ 9
PENUTUP .............................................................................................................................12
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 13

SOAL ......................................................................................................................................14
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia kejadian korupsi sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk bagi
seluruh sistem kehidupan sehingga perlu diberantas secara serius. Selain itu hal yang penting
adalah pencegahan dini mengenai korupsi baik itu dilingkungan keluaga, sekolah dan
masyarakat.Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi
yaitu dengan dibekali pengetahuan tentang korupsi dan pemberantasannya sehingga
mahasiswa dapat menerapkan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupannya sehari-hari
sehingga dapat terbentuk karakter anti korupsi bagi dirinya dan diharapkan menjadi Agents of
Change di lingkungan sekitar. Peranan Mahasiswa dalam pemberantasan korupsi diuraikan
dalam bagian Prolog sebagai pengantar bagi Mahasiswa untuk membangkitkan motivasi dan
percaya diri sehingga dapat berperan sebagai Agent of Change pemberantasan korupsi
melalui pencegahan korupsi.
LANDASAN TEORI

A.Penyebab Terjadinya Korupsi Dalam Pelayanan Kesehatan

Korupsi menyebabkan kerugian keuangan negara. Peralatan kesehatan dan obat yang dibeli
jauh lebih mahal, tetapi tak berkualitas. Dalam banyak kasus, pemerintah memaksa
mengadakan alat yang ternyata berbeda dengan kebutuhan rumah sakit dan puskesmas.

Korupsi pun jadi biang keladi buruknya pelayanan kesehatan. Peralatan tidak memadai dan
kekurangan obat merupakan dua masalah utama yang paling banyak dikeluhkan masyarakat
terkait dengan rumah sakit milik pemerintah dan puskesmas. Korupsi membuat masyarakat
sulit mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Gambar .1 teori penyebab korupsi

Sumber:ciptakarya berdaya 2020

Ada dua faktor penyebab korupsi


1.Faktor Internal
Faktor internal sangat berhubungan dengan perilaku manusia karena berasal dari diri
manusia dan mengarah pada sifat yang dimiliki manusia diantaranya:
-Sifat tamak manusia
Sifat tamak atau rakus adalah sifat yang dimiliki manusia yang selalu kurang atas
apa yang dimilikinya atau kurangnya rasa syukur. Seseorang yang memiliki sifat tamak selalu
mempunyai  hasrat dalam dirinya untuk menambah harta dan kekayaan yang bisa membuat
dirinya melakukan tindakan yang dinamakan korupsi.
-Moral yang kurang kuat
Seseorang yang memiliki sifat kurang konsisten  atau moralnya yang kurang kuat
akan lebih mudah melakukan tindakan korupsi baik pengaruh yang berasal dari luar, dari
dalam dirinya, atasan atau bawahan.
-Gaya hidup yang konsumtif
Gaya hidup konsumtif sangat berhubungan dengan pendapatan seseorang jika pendapatan
seseorang lebih kecil dari gaya hidup tersebut, maka tidak menutup kemungkinan orang
tersebut melakukan tindakan korupsi karena pendapatan yang tidak seimbang dengan apa
yang telah di konsumsinya
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar diantaranya:
-Politik
Politik merupakan suatu faktor yang di dalamnya banyak kecurangan mulai
bawahan sampai atasan dalam setiap organisasi dalam politik banyak orang yang bermain-
main yang tidak jujur didalamnya. Orang-orang yang suka melakukan kompromi dari situlah
muncul tindakan korupsi yang biasanya bersifat tertutup.
-Ekonomi
Di dalam ekonomi  setiap orang mengenal pendapatan dan kebutuhan dan apabila
pendapatan lebih rendah daripada kebutuhan maka seseorang akan melakukan segala cara
yang di dalamnya terdapat suatu tindakan korupsi.
-Hukum
Di dalam suatu hukum dapat terjadi korupsi, karena banyak orang yang tersusun
secara struktural yang mampu memunculkan permainan-permainan curang. Aturan yang
berada dalam hukum tidak semuanya berjalan murni tetapi ada manipulasi di dalamnya tanpa
sepengetahuan banyak orang. Hukum akan secara mudah dipermainkan oleh siapa saja yang
didalamnya baik oleh pakar hukum, ataupun ahli hukum yang lain, sehingga tidak menutup
kemungkinan terjadi tindakan korupsi.
-Organisasi
Kurangnya adanya sikap keteladanan pemimpin
Posisi pemimpin dalam suatu lemabag formal maupun informal mempunyai pengaruh
penting bagi bagi bawahannya. Apabila pemimpin tidak bisa memberikan keteladanan yang
baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar
bawahannya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
-Tidak ada kultur organisasi yang benar
Kulturr organisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur
organisasi tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif .
-Kurang memadainya sistem akuntabilitas
Intitusi pemerintahan umumnya pada satu sisbelum dirumuskan dengan jelas visi dan misi.
Akibatnya, terhadap  instansi pemerintah sulit melakukan penilaian.
-Kelemahan sistem pengendalian manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi.
Semakin longgar atau lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin
terbuka perbuatan tindak korupsi anggota di dalamnya.
-Lemahnya pengawasan
Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal (pengawasan
fungsional dan pengawasan langsung pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal
(pengawasan darin legislatif dan masyarakat)
Pengawasan ini kurang bisa efektif karena beberapa faktor diantaranya adanya tumpang
tindih pengawasan pada berbagai instanti, kurangnya profesional pengawas serta kurangnya
kepatuhan pada etika hukum maupun pemerintahan oleh pengawasan sendiri.
Dilihat dari penyebab secara spesifik yaitu penyebab korupsi pada pelayanan kesehatan
Inilah beberapa benyebabnya pada lingkungan kesehatan yaitu:
-Tenaga Medis bergaji rendah
Para tenaga medis yang bekerja di lingkungan kesehatan baik itu dokter,perawat
Bidan,apoteker dan lain lainnya.Jika gaji atau upah yang mereka dapatkan terlalu kecil yang
memungkinkan si pekerja merasa kekurangan dengan uang yang di dapatkan untuk
memenuhi kehidupannya maka kemungkinanan mereka akan melakukan korupsi pada saat
bekerja.Contohnya seorang perawat yang ditempatkan dalam administrasi rekam medis
pasien pada suatu ketika kertas administrasi habis nah perawat tersebut diperintahkan untuk
membeli kertas,jenis kertas yang seharusnya dibeli harus dengan kualitas yang bagus untuk
mendapatkan kertas yang berkualitas bagus maka perawat tersebut harus mengeluarkan uang
yang sedikit lebih banyak,tetapi karena perawat tersebut menginginkan keuntungan dalam
pembelian kertas tersebut maka ia membeli kertas dengan kualitas yang rendah dengan harga
yang lumayan murah untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
-Adanya ketidakseimbangan antara sistem layanan kesehatan
Tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah. Ini tercermin dari kendala
masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa rumah sakit. Pasien yang
menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya di rumah.
"Prosesnya itu sendiri masih belum membantu. Sampai hari ini masih kita lihat antrian
panjang di beberapa rumah sakit. Mereka, pasien yang menderita penyakit berat, harus
menunggu 1 bulan di rumah, hal-hal tersebut yang mesti kita sikapi dengan baik," ucap
Luthfi. Akibatnya, banyak masyarakat di daerah Medan yang akhirnya memilih Penang,
Malaysia, untuk berobat ketimbang di Indonesia. "Pasien kita yang lokasinya di Medan,
mereka memilih nyebrang ke Penang. RS di Medan memberikan rekomendasinya ke
Penang. Sebetulnya bukan karena promosi mereka lebih bagus, tapi memang pelayanan kita
yangkurang.
-Kekurangan pasokan peralatan medis
Beberapa peralatan medis yang kurang memadai memberikan dampak yang cukup
serius terhadap petugas medis dalam melakukan pelayanan kesehatan seperti dalam
pembeliatan alat dan bahan seperti obat-obatan,alat –alat pemeriksaan medis yang akan
dipergunakan di puskesmas,rumah sakit maupun tempat-tempat pelayanan kesehatan
-Kurangnya transparansi dalam fasilitas kesehatan
Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala untuk memeriksaa keaadaan suatu
struktur dalam sebuah tempat pelayanan kesehatan baik pemeriksaan administrasi,alat
barang,dan fasilitasnya untuk menghindari adanya tindakan penyalahgunaan kewenangan
dalam mengurus sebuah tatanan pelayanan kesehatan yang berdampak pada banyak orang
terutama masyarakat luas.
-Faktor budaya.
Korupsi di Indonesia seakan-akan menjadi kebutuhan seperti makanan pokok yang di
konsumsi oleh semua lapisan penyelenggara Negara dan lapisan masyarakat kecil, korupsi
seakan – akan sudah menjadi kebudayaan yang legal dan tidak dilarang baik dari pandangan
agama maupun hukum.
Kita bisa temui disekeliling kita, mulai dari hal yang terkecil seperti membeli obat
obatan dan alat kesehatan dalam lingkungan medis Mental korupsi ternyata tanpa kita sadari
sudah mulai ditanamkan pada masyarakat. Semua aktivitas di indonesia ternyata tidak pernah
lepas dari yang namanya praktek korupsi.
Korupsi seakan menjadi cerminan dari kepribadian bangsa itu sendiri apakah sudah
menjadi budaya atau bukan itu semua tergantung masyarakat yang menilai. Mengatasi
persoalan korupsi ini merupakan tugas yang sangat berat, akan tetapi tidak mustahil untuk di
lakukan. Dibutuhkan tekad yang kuat, kesungguhan dan keinginan bersama dari semua
kalangan masyarakat untuk mengatasi hadirnya budaya korupsi sebagai karakter bangsa.
B.DAMPAK KORUPSI DALAM KESEHATAN MASYARAKAT
Korupsi masih membayangi penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dampak
buruknya merugikan keuangan negara dan menurunkan kualitas layanan juga secara langsung
mengancam nyawa masyarakat.
Korupsi terjadi di pembuat kebijakan hingga unit penyedia layanan, seperti rumah sakit dan
pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pada tingkat daerah, beberapa kepala daerah
ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena terlibat korupsi proyek dan anggaran
kesehatan, antara lain Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko, Wali Kota Tegal Siti
Mashita, dan mantan Gubernur Banten Atut Chosiyah. Begitu pula tingkat penyedia
pelayanan, tidak sedikit pemimpin atau pegawai rumah sakit dan puskesmas yang berurusan
akhirnya masuk bui karena korupsi.
Obat dan alat kesehatan dari banyak celah korupsi, pelayanan daan alat kesehatan dan
obat merupakan dua sektor paling rawan. Berdasarkan tren pemberantasan korupsi anggaran
kesehatan 2010-2015, pengadaan alat kesehatan menempati urutan puncak sektor paling
banyak korupsi. Dalam rentang lima tahun, setidaknya ada 107 kasus korupsi pengadaan alat
kesehatan yang ditangani aparat penegak hukum. Nilai kerugian Rp 543 miliar.
Banyak faktor penyebab pengadaan alat kesehatan jadi obyek utama korupsi. Pertama,
alokasi anggarannya besar. Seiring pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu kedokteran,
semakin banyak alat yang digunakan untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Hampir semua tindakan medis menggunakan bantuan alat kesehatan.
Apalagi, di sisi lain, pemerintah daerah berlomba ”menaikkan kelas” rumah sakit. Syarat
utama yang harus dipenuhi: memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medik, seperti
medik umum dan spesialis. Semua itu menuntut ketersediaan alat kesehatan. Semakin tinggi
tipe, semakin banyak fasilitas dan jenis pelayanan yang harus disediakan. Artinya, makin
banyak alat yang mesti dimiliki.
Kedua, alat kesehatan memiliki banyak substitusi. Satu jenis barang dengan fungsi
dan spesifikasi yang sama bisa diproduksi banyak perusahaan. Kualitas dan harga berbeda-
beda. Sebenarnya hal tersebut sangat lumrah dalam dunia bisnis. Namun, yang jadi masalah
adalah perbedaan harga sering kali dimanfaatkan sebagai peluang untuk korupsi.
Dari banyak kasus korupsi, khususnya di daerah, modus yang digunakan dengan
mencari keuntungan dari selisih harga. Dalam pengusulan anggaran, spesifikasi mengacu
pada barang yang berkualitas tinggi; umumnya diproduksi perusahaan dari Eropa atau
Amerika. Akan tetapi, realisasinya, barang yang dibeli berkualitas lebih rendah dengan harga
yang jauh lebih murah.
Ketiga, lemahnya pengawasan. Selain jenisnya banyak, spesifikasi alat kesehatan
umumnya lebih rumit. Tidak semua orang bisa memahami dan membedakan antara alat
berkualitas rendah dan tinggi. Karena cukup rumit, tak banyak yang mau dan mampu
mengawasi pengadaan alat kesehatan. Akibatnya, berbagai manipulasi dan penyelewengan
dengan mudah dilakukan. Selain mencari selisih harga, modus lain yang sering digunakan:
mark up harga, penyunatan anggaran, manipulasi pembelian.

Gambar.2 modus korupsi di sektor kesehatan

Sumber:direktorat pengaduaan masyarakat kpk


Hal serupa terjadi dalam pengadaan obat. Hampir semua aktivitas pelayanan
kesehatan berkaitan dengan obat. Walau sebagian besar harganya tidak semahal alat
kesehatan, alokasi anggaran yang disediakan hampir sama besar, jenisnya pun sangat banyak,
dan jarang yang mengetahui detail teknis atau spesifikasinya.
Walau secara umum modus korupsi dalam pengadaan obat tidak jauh berbeda dengan
pengadaan alat kesehatan, ICW menemukan modus yang lebih unik, yaitu membeli atau
mengadakan obat yang mendekati masa kedaluwarsa. Rekanan atau panitia pengadaan bisa
mendapat rente yang lebih besar karena potongan harganya jauh lebih tinggi sehingga harga
obat jauh lebih murah.
Dampak Korupsi menyebabkan kerugian keuangan negara. Peralatan kesehatan dan
obat yang dibeli jauh lebih mahal, tetapi tak berkualitas. Dalam banyak kasus, pemerintah
memaksa mengadakan alat yang ternyata berbeda dengan kebutuhan rumah sakit dan
puskesmas.
Korupsi pun jadi biang keladi buruknya pelayanan kesehatan. Peralatan tidak
memadai dan kekurangan obat merupakan dua masalah utama yang paling banyak
dikeluhkan masyarakat terkait dengan rumah sakit milik pemerintah dan puskesmas. Korupsi
membuat masyarakat sulit mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Selain itu, dampak paling berbahaya dari korupsi kesehatan adalah secara langsung
mengancam nyawa masyarakat. Berbagai peralatan yang dibeli dari proses yang korup sangat
mudah rusak, pelayanan purnajualnya buruk, dan tak presisi dalam mendiagnosis kondisi
pasien. Peralatan tak bisa memberikan informasi akurat yang dapat menyebabkan tenaga
medis salah melakukan tindakan medis. Begitu pula dengan obat. Jika masih tetap digunakan,
obat kedaluwarsa justru jadi ancaman serius bagi pasien.
Langkah penting mempersempit ruang korupsi kesehatan, khususnya terkait alat
kesehatan dan obat, adalah mendorong penggunaan e-katalog dan e-purchasing. Selain
mempermudah, proses pengadaan pun tidak lagi berbelit-belit. Keduanya memberi kepastian
spesifikasi teknis dan acuan harga.
Terakhir, terkait penegakan hukum. Selama ini pertimbangan yang memperberat
hukuman pelaku korupsi kesehatan hanya besaran kerugian negara dan aturan yang dilanggar,
sedangkan dampak yang ditimbulkan dari praktik korupsi kerap diabaikan. Padahal, korupsi
kesehatan secara langsung bisa mengancam nyawa masyarakat. Karena itu, agar timbul efek
jera, dampak korupsi harus didorong menjadi bahan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
vonis.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi merupakan tindakan buruk yang dilakukan oleh aparatur birokrasi serta orang-orang
yang berkompeten dengan birokrasi. Korupsi dapat bersumber dari kelemahan-kelemahan
yang terdapat pada sistem politik dan sistem administrasi negara dengan birokrasi sebagai
prangkat pokoknya.Keburukan hukum merupakan penyebab lain meluasnya korupsi. Seperti
halnya delik-delik hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia
masih begitu rentan terhadap upaya pejabat-pejabat tertentu untuk membelokkan hukum
menurut kepentingannya. Dalam realita di lapangan, banyak kasus untuk menangani tindak
pidana korupsi yang sudah diperkarakan bahkan terdakwapun sudah divonis oleh hakim,
tetapi selalu bebas dari hukuman. Itulah sebabnya kalau hukuman yang diterapkan tidak
drastis, upaya pemberantasan korupsi dapat dipastikan gagal. Meski demikian,pemberantasan
korupsi jangan menajadi “jalan tak ada ujung”, melainkan “jalan itu harus lebih dekat ke
ujung tujuan”. Upaya-upaya untuk mengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau dari struktur
atau sistem sosial, dari segi yuridis, maupun segi etika atau akhlak manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Elvi Trinovani, M.Si.2016.Modul bahan ajar pendidikan budaya anti korupsi. Jakarta
Selatan. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan.
TimPenulis.2011. Buku pendidikan budaya anti korupsi di perguruan tinggi. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia.
Adwirman, S.H.2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Jakarta Selatan.
Pusat Pendidikan dan Pelatiha Tenaga Kesehatan.
Syarief S 2006.Patofisiologi korupsi di bidang kesehatan.Jakarta Pusat.Sekretaris Jendral
Pemberantasan Korupsi.
Zulyadi Rizkan 2017. Kerugian Keuangan Negara Dalam Pengadaan Alat Kesehatan Di
Indonesia.Yogyakarta.Universitas Islam Indonesia
Gone Jack Bologne.2020. Gambar .1 teori penyebab korupsi.
https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/teori-teori-
penyebab-korupsi.
Indonesia CNN .2015. Gambar.2 modus korupsi di sektor kesehatan.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150409153541-23-45448/modus-korupsi-
dalam-jaminan-kesehatan-nasional.
SOAL
1.Seorang perawat gigi tidak bekerja ia hanya mengandalkan rekan sejawatnya saja,padahal
perawat gigi itu ada di puskesmas, di puskesmas ia hanya bermain handphone tanpa pedulu
dengan pasien yang datang serta rekan sejawatnya yang bekerja,prilaku diatas termasuk
dalam perbuatan?
A.Korupsi Waktu
B.Korupsi uang
C.Korupsi pasien
D.Korupsi Hari
E.Korupsi Pasien
2.Seorang bidan melakukan korupsi di puskesmas mungkin karena orang terdekatnya seperti
keluarga,anak-anak,yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidup.Termasuk kedalam....
A.Aspek Hukum
B.Aspek politik atau tekanaan kelompok
C.sikap masyarakat terhadap korupsi
D.Aspek organisasi
E.Aspek sosial
3.Di suatu rumah sakit besar seorang apoteker memberikan obat kepada pasien,diamana obat
tersebut tidak boleh diberikan secara sembarangan hanya dengan resep dokter,tetapi pasien
tersebut datang tanpa resepdan memaksakan agar diberikan obat dengan memberikan uang
lebih kepada apoteker tersebut ,Tindakan yang seharusnya dilakukan oleh apoteker
tersebut adalah......
A.Mengambil uang tersebut untuk kepentingan pribadi
B.Mengasihkan obat tersebut tanpa mengambil uangnya
C.Menolaknya secara halus karena hal tersebut melanggar aturan dan menyuruh
pasien tersebut berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter
D.Mengusir pasien tersebut
E.Memberikannya obat baru setelah itu baru disuruh untuk konsultasi ke dokter

Anda mungkin juga menyukai