Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eilyn Serelia Widodo

NIM : 201901020210
Kelas : ACT 212
Seksi :Y

UJIAN AKHIR SEMESTER ETIKA BISNIS

SOAL 1

Untuk mengerti bagaimana penerapan prinsip objektivitas oleh seorang akuntan


dalam menjalankan tugasnya, kita perlu memahami terlebih dahulu pengertian dari prinsip
objektivitas bagi profesi akuntansi. Objektivitas dapat diartikan sebagai sikap yang tidak
memihak dan tidak dipengaruhi oleh pertimbangan pribadi atau golongan tertentu terkait
penentuan/pengambilan tindakan atau keputusan. Bagi akuntan, prinsip objektivitas
memberikan nilai dan kualitas atas jasa yang diberikan dimana di dalam prinsip ini
terkandung sikap jujur, adil, bebas dari kepentingan, tidak memihak, serta bebas dari
pengaruh pihak lain.

Dalam memberikan pelayanan/jasa, akuntan dituntut untuk menaati setiap aturan yang
menegaskan prinsip objektivitas seperti yang tertera dalam kode etik dan standar auditor.
Secara umum, akuntan dapat menunjukkan prinsip objektivitas dengan tidak membiarkan
opini atau keputusannya digoyahkan oleh konflik kepentingan, pengaruh orang lain, tekanan
dari pihak eksternal maupun internal, ataupun kepentingan pribadi. Akuntan harus dapat
bertindak tegas, adil, jujur, dan memiliki integritas dalam melaksanakan pekerjaannya. Secara
khusus, auditor sebagai salah satu profesi akuntan juga perlu menjalankan prinsip objektivitas
dalam melakukan audit. Auditor internal wajib melaksanakan penugasan yang diberikan
dengan jujur dan tidak menerima kompromi atas hal yang secara signifikan berdampak
terhadap kualitas audit. Kemudian, pemberian penugasan kepada auditor internal wajib
mengikutsertakan Cheaf of Accountance Executive (CAE) untuk menghindari bias dan
benturan kepentingan karena CAE akan menerima informasi secara berkala terkait
kemungkinan terjadinya bias dan benturan kepentingan. Auditor internal juga harus
mengungkapkan pelaksanaan tugas di luar audit dan melakukan review atas hasil pekerjaan
sebelum laporan audit diterbitkan. Selain itu, auditor internal dilarang menyarankan sistem
pengendalian kepada perusahaan apabila dilakukan dengan cara membuat, mendrafkan, dan
menjalankan prosedur/sistem tersebut.
SOAL 3

Fraud dapat diartikan sebagai perbuatan ilegal yang dilakukan secara sengaja demi
menguntungkan pelaku dan menimbulkan kerugian bagi organisasi/orang lain. Faktor-faktor
yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud dibagi menjadi faktor internal dan
eksternal.

 Faktor internal
Di sini, pelaku melakukan fraud karena keinginan dari dalam dirinya/organisasi demi
kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Faktor-faktor internal yang mendorong
pelaku untuk melakukan fraud dijabarkan sebagai berikut.

a) Penyalahgunaan keahlian
Seseorang yang memiliki keahlian di salah satu sistem, sudah pasti mengetahui
kelemahan-kelemahan pada sistem tersebut. Tindakan fraud dapat terjadi karena
pelaku menyalahgunakan keahliannya untuk perbuatan yang negatif.

b) Gaya hidup
Seseorang yang menjalankan pola hidup konsumerisme, egoisme, dan hedonisme
yang berlebihan dapat mendorong orang tersebut untuk melakukan tindakan fraud.
Dengan memakai alasan ingin memuaskan keinginan dirinya dengan cepat dan tanpa
perjuangan, pelaku dapat melakukan perbuatan ilegal tanpa berpikir panjang.

c) Desakan kebutuhan
Kondisi terdesak dapat mendorong pelaku untuk terpaksa melakukan perbuatan fraud
dalam pekerjaannya, apalagi jika menyangkut dengan kebutuhan hidup pribadi
maupun keluarga.

d) Kebiasaan pribadi yang tidak baik


Sikap buruk atau tidak baik yang telah menjadi kebiasaan dapat menjadi faktor pelaku
untuk melakukan fraud dikarenakan pelaku sudah terbiasa untuk melakukan
perbuatan ilegal.

e) Konsep profit maximization dan naluri ekspansif


Secara umum, tujuan utama perusahaan berorientasi pada laba yang maksimal dimana
laba tersebut akan digunakan untuk memperluas cakupan perusahaan. Namun, apabila
fokus perusahaan hanya mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya, perusahaan
tersebut akan menggunakan segala cara untuk memperoleh keuntungan tanpa
mempertimbangkan apakah tindakan tersebut etis atau tidak etis. Hal inilah yang
mendorong pelaku untuk melakukan perbuatan fraud.

 Faktor eksternal
Di sini, fraud terjadi karena hal-hal eksternal yang mendorong pelaku melakukan
perbuatan ilegal. Faktor-faktor eksternal yang mendorong pelaku untuk melakukan fraud
dijabarkan sebagai berikut.

a) Persaingan yang tidak sehat


Ketika seseorang melihat bahwa orang lain dapat berhasil meskipun cara yang
dilakukan itu ilegal, hal tersebut mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan
yang sama. Konsep pikiran yang berdasarkan universalisasi partikularitas
menyebabkan pelaku untuk melakukan perbuatan fraud demi keuntungan
pribadi/golongan tertentu.

b) Harapan yang terlalu tinggi dari pimpinan


Karyawan atau manajer seringkali dituntut untuk mewujudkan target/harapan
perusahaan yang seringkali terlalu sulit untuk diraih karena melampaui kapasitas
karyawan atau manajer tersebut. Hal inilah yang mendorong pelaku untuk melakukan
tindakan fraud demi bertahan di perusahaan.

c) Adanya kesempatan
Kesempatan/celah dapat mendorong pelaku untuk melakukan perbuatan fraud.

d) Ketidakpastian hukum
Ketika pelaku fraud tidak ditindak dengan tegas, hal ini akan mendorong pelaku
untuk lebih berani dalam melakukan perbuatan ilegal dalam perusahaan.

ANALISA KASUS

1. Berdasarkan kasus tersebut, perbuatan fraud sudah terletak pada saat Pak Herwan secara
sengaja memberikan tugas kepada Pak Aulia untuk mengubah data-data di laporan
keuangan dengan meningkatkan angka penjualan dan mengubah data pembelian bahan
baku dalam rangka mendapatkan penambahan alokasi dana yang akhirnya berujung
kepada keuntungan bagi Pak Herwan. Selain itu, rekayasa informasi yang dibuat oleh Pak
Herwan untuk mengelabui pimpinan bahwa jumlah persediaan untuk bahan baku semakin
menipis dan kenaikan harga bahan baku di pasaran sangatlah tidak etis mengingat hal
tersebut dapat menimbulkan kerugian besar bagi kelangsungan perusahaan.
2. Penugasan yang diberikan oleh Bapak Herwan kepada Bapak Aulia Putra sangatlah tidak
etis. Dalam kasus tersebut, Bapak Aulia Putra sebagai akuntan perlu mengutamakan sikap
kejujuran dan objektif dalam mempertimbangkan fakta dan tidak memihak dalam
mengemukakan opininya. Meskipun menghadapi risiko dipecat dari perusahaan, Bapak
Aulia perlu menyatakan pendapatnya bahwa apa yang dicanangkan oleh Bapak Herwan
merupakan perbuatan yang tidak etis. Bapak Aulia harus mengambil keputusan dengan
mementingkan integritas dan objektivitas, yakni menolak tugas yang diberikan Bapak
Herwan. Bahkan, apabila muncul skenario dimana Bapak Herwan menjanjikan imbalan
tertentu kepada Bapak Aulia apabila ia bersedia memenuhi tugas tersebut, Bapak Aulia
harus secara tegas mengambil keputusan untuk menolak tugas tersebut tanpa kompromi
dengan Bapak Herwan.

3. Dari kasus tersebut, Bapak Aulia Putra dihadapkan oleh ancaman intimidasi (intimidation
threats) dimana Bapak Herwan menghalangi Bapak Aulia sebagai akuntan untuk
melaksanakan tugas/pekerjaannya secara jujur dan objektif karena ingin memenuhi
kepentingan Bapak Herwan dan prestasinya. Ancaman baik dipecat ataupun dimutasi dari
pekerjaannya dialami oleh Bapak Aulia apabila ia menolak tugas yang diberikan oleh
Bapak Herwan. Untuk mengatasi ancaman tersebut, Bapak Aulia perlu
mengkomunikasikan apa yang ia alami ke pihak terkait baik dalam perusahaan maupun
aparat hukum. Selanjutnya, perusahaan akan memantau dan mendisiplinkan Bapak
Herwan melalui teguran atau sanksi. Kemudian, untuk menghindari terulang kembalinya
kasus fraud tersebut, perusahaan perlu menyeleksi calon karyawan yang akan bekerja di
perusahaan tersebut berdasarkan pendidikan, pelatihan yang diterima, karakter,
pengalaman kerja, dan pengembangan profesi berkelanjutan. Perusahaan juga perlu
menerapkan tata kelola korporasi yang baik (Good Corporate Governance) dimana salah
satu prinsip dasar GCG adalah independensi. Dalam prinsip dasar independensi,
perusahaan menegaskan bahwa masing-masing unit perusahaan/departemen tidak dapat
saling mendominasi, mengintervensi, ataupun mempengaruhi pihak lain sehingga
pengelolaan dan pengoperasian perusahaan dilakukan secara independen. Selain itu, nilai-
nilai perusahaan yang mengutamakan kejujuran, integritas, dan independensi perlu
disosialisasikan kepada seluruh bagian perusahaan sehingga nilai-nilai tersebut dapat
tertanam dalam masing-masing individu.

Anda mungkin juga menyukai