Standar Pelayanan (SP) adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Manfaatnya adalah memberikan kepastian penerimaan pelayanan oleh pengguna pelayanan. SP disusun dengan berpedoman pada PermenPANRB Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan. Terdapat 14 komponen dalam SP yang dibagi menjadi 2 bagian. Pertama bagian service delivery atau penyampaian pelayanan yang terdiri dari 6 komponen 1) Persyaratan 2) Sistem, mekanisme dan prosedur 3) Jangka waktu pelayanan 4) Biaya/ tarif 5) Produk pelayanan 6) Penanganan pengaduan, saran dan masukan. Bagian ini wajib untuk dipublikasikan kepada masyarakat melalui berbagai media informasi unit kerja seperti ruang pelayanan, website resmi, media sosial (IG, Facebook, Twitter). Kedua bagian manufacturing atau berkaitan dengan proses pengelolaan pelayanan di internal organisasi yang terdiri dari 8 komponen 1) Dasar hukum 2) Sarana dan prasarana, dan/ atau fasilitas 3) Kompetensi pelaksana 4) Pengawasan internal 5) Jumah pelaksana 6) Jaminan pelayanan 7) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan 8) Evaluasi kinerja pelaksana
2. Pengetahuan terkait tugas dan kewenangan jabatan
Memahami tugas dan tanggung jawab sesuai SOTK. Penugasan tambahan yang dituangkan dalam SK dapat dimengerti dan dipahami dengan baik. Misalnya sebagai pengelola pengaduan dapat memahami rincian tugas dan tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan pengaduan, mengkoordinasikan respon aduan, menindaklanjuti/ menjawab aduan serta secara periodik melakukan rekap.
3. Pengetahuan tentang lembaga Ombudsman
Segala bentuk jasa pelayanan dalam bentuk barang maupun jasa menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah, lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun di lingkungan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ombudsman hadir untuk mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang di dalamnya termasuk BUMN serta badan swasta maupun perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu. Selain itu, tujuan dibentuknya Ombudsman yaitu untuk membantu menciptakan dan atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme melalui peran serta masyarakat. Ombudsman pada mulanya dikenal dengan nama Komisi Ombudsman Nasional yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI No.44 Tahun 2000 tentang Pembentukan Komisi Ombudsman Nasional. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/57856/keppres- no-44-tahun-2000. Keppres ini dimaksudkan untuk membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif dalam pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme serta meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat memperoleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secara adil. Pada tahun 2008 DPR mengesahkan UU Ombudsman. UU No.37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI menjelaskan bahwa Ombudsman merupakan lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah termasuk yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD, badan hukum milik negara, swasta atau perseorangan yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan atau pendapatan dan belanja daerah. Ombudsman bertugas menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh BUMN, BUMD dan badan hukum milik negara yang melakukan penyelenggaraan pelayanan publik dan kemudian berwenang untuk melakukan pemeriksaan substansi atas laporan tersebut. Selain itu, berikut rangkuman tugas yang dilimpahkan kepada Ombudsman, di antaranya: 1) Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik 2) Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan 3) Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman 4) Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan public 5) Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan 6) Membangun jaringan kerja 7) Melakukan upaya pencegahan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik 8) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang Setelah Ombudsman menerima laporan, Ombudsman akan melakukan pemeriksaan terhadap laporan dan akan menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman. Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Ombudsman diharapkan mendukung terwujudnya pemerintahan yang good governance. Dari sisi hukum administrasi, pengawasan diperlukan untuk menjamin agar pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan norma hukum atau ketentuan peraturan perundang-undangan dan perlindungan hukum bagi masyarakat atas tindak badan atau pejabat tata usaha negara dapat diupayakan. Adanya Ombudsman juga turut membuat masyarakat dapat mengawasi pelaksanaan pelayanan publik agar penyelenggara negara lebih bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang terbaik demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
4. Pengetahuan tentang bentuk-bentuk maladministrasi
Maladministrasi merupakan perilaku atau perbuatan melawan hukum dan etika dalam proses administrasi pelayanan publik. Maladministrasi ada berbagai macam seperti penyimpangan prosedur, penyalahgunaan wewenang, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum, tindakan diskriminatif, permintaan imbalan, dan lainnya. Tidak hanya oleh Pemerintah, tindakan Maladministrasi bisa jadi juga dilakukan oleh BUMN, BUMD, BHMN maupun badan swasta atau bahkan perseorangan. Maladministrasi adalah sebuah perbuatan melanggar hukum. Terdapat beberapa jenis tindakan maladministrasi yang sering terjadi. Pertama, penundaan berlarut, yaitu dalam proses pemberian pelayanan umum kepada masyarakat, seorang pejabat publik secara berkali-kali menunda atau menulur waktu sehingga proses administrasi tersebut tidak tepat waktu sebagaimana yang telah ditentukan, sehingga mengakibatkan pelayanan publik yang tidak ada kepastian. Kedua, penyalahgunaan wewenang yaitu tindakan seorang pejabat publik yang menggunakan wewenangnya (hak dan kekuasannya untuk bertindak) melebihi apa yang seharusnya dilakukan sehingga tindakan tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, serta menjadikan pelayanan publik tidak dapat diterima secara baik oleh masyarakat. Ketiga, penyimpangan prosedur yaitu dalam proses pelayanan publik ada tahapan kegiatan yang dilalui untuk mendapatkan pelayanan publik yang baik, namun dalam proses pelayanan publik seringkali terjadi pejabat publik tidak mematuhi tahapan yang telah ditentukan dan secara patut sehingga masyarakat tidak memperoleh pelayanan publik secara baik. Bentuk maladadministrasi dari komponen SP 1) Persyaratan. Penambahan persyaratan yang tidak sesuai peraturan Persyaratan yang sengaja mempersulit prosedur 2) Sistem, mekanisme dan prosedur Prosedur tambahan yang tidak sesuai dengan peraturan atau ketentuan pada SP Penyimpangan prosedur 3) Jangka waktu pelayanan Penundaan proses pelayanan Jangka waktu pelayanan melebihi ketentuan SP tanpa konfirmasi 4) Biaya/ tarif Tarif di luar ketentuan Pungutan liar Permintaan imbalan oleh petugas pelayanan 5) Produk pelayanan Produk pelayanan tidak sesuai SP 6) Penanganan pengaduan, saran dan masukan. Pengaduan tidak direpon atau tidak ditindaklanjuti 7) Dasar hukum Dasar hukum masih lama (sudah dicabut) 8) Sarana dan prasarana, dan/ atau fasilitas Sarpras tidak layak pakai, kedaluarsa atau dalam kondisi rusak 9) Kompetensi pelaksana Pelaksana pelayanan tidak kompeten Pelaksana pelayanan tidak menerapkan 5S Pelaksana pelayanan melakukan tindak diskriminasi 10)Pengawasan internal Tidak ada evaluasi mutu layanan secara berkala 11)Jumlah pelaksana Diberlakukan jam istirahat bagi petugas pelayanan 12)Jaminan pelayanan Tidak ada jaminan validitas produk layanan 13)Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan Tidak ada sarana penunjang keamanan seperti Apar, jalur evakuasi, titik kumpul, tangga darurat dll 14)Evaluasi kinerja pelaksana Tidak ada instrumen mengukur kepuasan pelanggan Tidak ada sarana pengaduan
5. Pengetahuan tentang layanan yang ramah kelompok marginal/rentan
Undang-Undang No. 8/2016 tetang Penyandang Disabilitas, mengatur tentang hal-hak penyandang disabilitas. Salah satu hak pada pasal 19 yaitu meliputi hak memperoleh akomodasi yang layak dalam pelayanan publik secara optimal, wajar, bermartabat, tanpa diskriminasi, serta hal pendamingan, penerjemah dan penyediaan fasilitas yang mudah diakses di tempat layanan publik tanpa tambahan biaya. Ketentuan tersebut kemudian diatur pula dalam SE Menteri PANRB nomor 66 Tahun 2020 tentang Penyediaan sarana Prasarana Bagi Kelompok Rentan dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Terdapat 14 sarpras bagi kelompok rentan yang perlu untuk disediakan bagi pengguna layanan terdiri dari 1) Kursi roda/tongkat/krek; 2) Pintu masuk yang mudah di akses; 3) Jalan landai dengan pegangan rambat; 4) Lift khusus kelompok rentan dilengkapi huruf braile; 5) Selasar yang menghubungkan semua ruang; 6) Toilet khusus kelompok rentan; 7) Loket khusus kelompok rentan; 8) Ruang tunggu khusus kelompok rentan; 9) Guiding block khusus kelompok rentan; 10) Parkir khusus kelompok rentan yang mud ah diakses; 11) Alat bantu tunanetra, alat bantu tunarungu; 12) Arena bermain anak; 13) Ruang laktasi/menyusui; 14) Fasilitas lain sebagai pendukung layanan bagi kelompok rentan (Petugas pemandu, petugas yang mampu berbahasa isyarat).
6. Frekuensi Pengawasan Internal
Pengawasan pegawai oleh atasan langsung. Pemberian reward dan punishment pada pegawai yang dilakukan setiap bulan/tribulan/semester. Rapat evaluasi pengaduan bersama tim yang dilakukan setiap bulan.
7. Ketersediaan jumlah petugas sesuai dengan Analisis Beban Kerja (ABK)
Pemenuhan jumlah pegawai di lingkungan perangkat daerah/unit kerja didasarkan pada ABK yang telah ditetapkan. Upaya optimalisasi kinerja terus dilakukan di tengah keterbatasan jumlah pegawai yang ada. Jumlah petugas pelayanan kami terdiri dari ......
8. Ketersediaan kegiatan penjaminan mutu untuk pelayanan yang diberikan
Jaminan mutu pelayanan yang diberikan telah dituangkan dalam salah satu komponen SP yaitu jaminan pelayanan. Dalam komponen ini juga dituangkan kompensasi yang akan diberikan kepada penerima pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan SP yang telah dipublikasikan. Misalnya produk pelayanan akan kami antarkan atau kirim ke rumah pengguna layanan apabila waktu pelayanan melebihi SP.
9. Ketersediaan jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan
Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan telah dituangkan dalam SP pada komponen Jaminan Kemanan dan Keselamatan. Contohnya jika terjadi kebakaran atau bencana alam, terdapat fasilitas seperti Apar, jalur evakuasi, titik kumpul, tangga darurat dll
Evaluasi kinerja pelaksana dilaksanaka secara periodik melalui pemantauan atasan langsung penilaian Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) setelah menerima pelayanan pemberian reward dan punishment yang dievaluasi secara periodik
11. Ketersediaan dasar hukum atas standar pelayanan yang diterapkan
Dasar hukum penyusunan standar pelayanan telah dicantumkan pada bagian manufacturing komponen dasar hukum. Dasar hukum sebagai acuan kami dalam teknis penyelenggaraan layanan.
12. Ketersediaan sarana, prasarana, dan fasilitas bagi pengguna layanan
Sarana prasarana yang kami sediakan di unit kerja kami saat ini Ruang tunggu yang dilengkapi dengan AC, TV, Wifi, minuman gratis, bahan bacaan, Tempat parkir gratis dengan pengelolaan dan pengaturan petugas parkir Toilet pengunjung yang bersih dan nyaman Ruang laktasi dan sarana bermain Ruang ibadah, fotocopy gratis, charger box Ruang pelayanan mandiri (komputer untuk pengguna bila ada)
13. Ketersediaan sarana prasarana bagi pengguna dengan perlakuan khusus
Sesuai dengan Surat Edaran Menteri PAN RB Nomor 66 tahun 2020 tentang Penyediaan sarana Prasarana Bagi Kelompok Rentan dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik terdapat 14 sarpras bagi kelompok rentan yang perlu disediakan. Pada unit kerja kami saat ini sarpras bagi disabilitas dan kelompok rentan yang disediakan adalah berupa……….