Anda di halaman 1dari 8

Ombudsman adalah Lembaga Pengawas

Pelayanan Publik, Ini Tugas dan Cara


Lapornya
 Copy Link

17

Perbesar

Gedung Ombudsman RI (Liputan6.com/Setkab.go.id)

Liputan6.com, Jakarta Ombudsman adalah lembaga yang terbentuk berdasarkankan


Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia
yang disahkan dalam rapat paripurna DPR RI pada tanggal 9 September 2008.

Secara umum, ombudsman adalah sebuah lembaga yang menerima keluhan-keluhan


dari masyarakat terhadap pemerintah. Sederhananya, apabila masyarakat tidak puas
dengan pelayanan publik, bisa melaporkan hal tersebut kepada ombudsman. Nantinya,
lembaga ini akan menindaklanjuti laporan tersebut dan melakukan penyelidikan.

Di Indonesia, cikal bakal didirikannya ombudsman tertuang dalam


Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 44 tahun 2000 tentang
Komisi Ombudsman Nasional. Dengan keputusan tersebut, ombudsman
adalah lembaga negara dengan kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik.

Untuk lebih rinci, berikut ini ulasan mengenai pengertian ombudsman,


tugas, tujuan hingga fungsinya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com
dari berbagai sumber, Jum’at (6/8/2021).

Ombudsman adalah lembaga negara dengan kewenangan mengawasi


penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan ombudsman adalah
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan, termasuk
badan usaha milik negara, milik daerah, dan badan hukum milik negara
serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh
dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan
atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Sebenarnya, istilah ombudsman berasal dari Swedia


kuno umbuðsmann yang memiliki beberapa definisi. Istilah tersebut bisa
diartikan sebagai pengacara, agen, perwakilan, pelindung, atau delegasi
yang diminta orang lain untuk mewakili kepentingannya.

Columbia Encylopedia menjelaskan ombudsman adalah sebagai agen


pemerintah yang berfungsi sebagai mediasi antara masyarakat dengan
aparat pemerintah. Lembaga negara seperti ombudsman adalah akan
bertindak secara independen dan tidak berat sebelah.

Ombudsman merupakan Lembaga Negara yang bersifat mandiri dan tidak


memiliki hubungan organik dengan Lembaga Negara dan instansi
pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya (pasal 2 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik
Indonesia).

Ombudsman memiliki beberapa tujuan penting untuk mewujudkan masyarakat


Indonesia yang adil dan sejahtera. Berdasarkan Pasal 3 No.44 Tahun 2000 tentang
Komisi Ombudsman Indonesia, berikut beberapa tujuan dibentuknya ombudsman,
yaitu:

1.    Mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera.

2.    Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien,
jujur, terbuka, serta bebas dari KKN.

3.    Membantu menciptakan atau mengembangkan kondisi yang kondusif dalam


melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

4.    Menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan


praktik-praktik maladminsitrasi.

5.    Meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat dan


supermasi hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan.

Fungsi Ombudsman
Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan Pelayanan Publik yang
diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan Pemerintah baik Pusat maupun derah
termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara serta badan Swasta
atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.
Tugas Ombudsman di Indonesia

Kantor Ombudsman RI. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Tugas Ombudsman sangat erat hubungannya dengan keluhan masyarakat terhadap


suatu tindakan dari pejabat administrasi atau pelayanan publik. Oleh karena itu, tugas
ombudsman adalah yang paling utama melindungi masyarakat terhadap
penyalahgunaan wewenang, pelanggaran hak, dan keputusan yang tidak adil dari
aparat pemerintahan. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, ombudsman
adalah menerapkan beberapa prinsip seperti kepatutan, keadilan, non-diskriminasi,
tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan, dan kerahasiaan. Dikutip
dari ombudsman.co.id, berikut beberapa tugas ombudsman, yaitu:

1.    Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan


pelayanan publik.

2.    Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan.

3.    Menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan


ombudsman.

4.    Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladminsitrasi


dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

5.    Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga negara atau lembaga
pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan.

6.    Membangun jaringan kerja.

7.    Melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan


publik.

8.    Melakukan tugas lain yang diberikan oleh Undang-Undang.


Mengenal Maladministrasi
ARTIKEL • Senin, 01/03/2021 • Ian Dwi Heruyanto

    18595

SHARE


Maladministrasi merupakan perilaku atau perbuatan melawan hukum dan etika dalam
proses administrasi pelayanan publik. Maladministrasi ada berbagai macam seperti
penyimpangan prosedur, penyalahgunaan wewenang, termasuk kelalaian atau
pengabaian kewajiban hukum, tindakan diskriminatif, permintaan imbalan, dan lainnya.
Tidak hanya oleh Pemerintah, tindakan Maladministrasi bisa jadi juga dilakukan oleh
BUMN, BUMD, BHMN maupun badan swasta atau bahkan perseorangan.
Maladministrasi adalah sebuah perbuatan melanggar hukum. Terdapat beberapa jenis
tindakan maladministrasi yang sering terjadi. 
Pertama, penundaan berlarut, yaitu dalam proses pemberian pelayanan umum
kepada masyarakat, seorang pejabat publik secara berkali-kali menunda atau menulur
waktu sehingga proses administrasi tersebut tidak tepat waktu sebagaimana yang telah
ditentukan, sehingga mengakibatkan pelayanan publik yang tidak ada kepastian.
Kedua, penyalahgunaan wewenang yaitu tindakan seorang pejabat publik yang
menggunakan wewenangnya (hak dan kekuasannya untuk bertindak) melebihi
apa yang seharusnya dilakukan sehingga tindakan tersebut bertentangan
dengan ketentuan yang berlaku, serta menjadikan pelayanan publik tidak dapat
diterima secara baik oleh masyarakat.
Ketiga, penyimpangan prosedur yaitu dalam proses pelayanan publik ada
tahapan kegiatan yang dilalui untuk mendapatkan pelayanan publik yang baik,
namun dalam proses pelayanan publik seringkali terjadi pejabat publik tidak
mematuhi tahapan yang telah ditentukan dan secara patut sehingga masyarakat
tidak memperoleh pelayanan publik secara baik. Lalu apakah ada lembaga
khusus yang menangani maladministrasi?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
Ombudsman RI merupakan lembaga negara yang menangani maladministrasi dalam
pelayanan publik. Ombudsman bertugas untuk menerima laporan atas dugaan
maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; melakukan investigasi atas
prakarsa sendiri terhadap dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik (Pasal 7 Undang-Undang No. 37 Tahun 2008). Selama instansi yang
bersangkutan ditugaskan untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang seluruh atau
sebagian dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD, maka pelayanan instansi
tersebut menjadi wewenang pengawasan Ombudsman.
Oleh karena itu, kehadiran Ombudsman sebagai lembaga pengawas eksternal
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Pemerintahan dan
penyelenggaraan Negara yang baik dapat tercapai apabila asas-asas pemerintahan
umum yang baik ditegakkan. Maka, jika dikemudian hari kita menjadi korban
maladministari, jangan pernah takut melapor ke Ombudsman!

Ulasan Lengkap
Intisari:  

Ulasan:

Terima kasih atas pertanyaan Anda.

Definisi Maladministrasi

Maladministrasi menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008


tentang Ombudsman Republik Indonesia (“UU 37/2008”) diartikan
sebagai perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang,
menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum
dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh
Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang menimbulkan
kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan orang
perseorangan.[1]

Menurut Hendra Nurtjahjo dkk dalam buku Memahami


Maladministrasi (hal. 11-12) yang kami akses dari laman Ombudsman
RI menjelaskan definisi maladministrasi yaitu:
a.    Perilaku dan perbuatan melawan hukum,
b.    Perilaku dan perbuatan melampaui wewenang,
c.    Menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
wewenang itu,
d.    Kelalaian,
e.    Pengabaian kewajiban hukum,
f.     Dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
g.    Dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan,
h.    Menimbulkan kerugian materiil dan/atau immaterial,
i.      Bagi masyarakat dan orang perseorangan.
 
Bentuk-Bentuk Maladministrasi
Menjawab pertanyaan Anda, bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk
maladministrasi yang paling umum adalah penundaan berlarut,
penyalahgunaan wewenang, penyimpangan prosedur, pengabaian kewajiban
hukum, tidak transparan, kelalaian, diskriminasi, tidak profesional,
ketidakjelasan informasi, tindakan sewenang-wenang, ketidakpastian
hukum, dan salah pengelolaan.[2]
 
Hendra dkk menjelaskan yang termasuk bentuk tindakan maladministrasi
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan aparatur pemerintah dikarenakan
adanya:[3]
1.    Mis Conduct yaitu melakukan sesuatu di kantor yang bertentangan
dengan kepentingan kantor.
2.    Deceitful practice yaitu praktek-praktek kebohongan, tidak jujur
terhadap publik. Masyarakat disuguhi informasi yang menjebak, informasi
yang tidak sebenarnya, untuk kepentingan birokrat.
3.    Korupsi yang terjadi karena penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya,
termasuk didalamnya mempergunakan kewenangan untuk tujuan lain
dari tujuan pemberian kewenangan, dan dengan tindakan tersebut untuk
kepentingan memperkaya dirinya, orang lain kelompok maupun korporasi
yang merugikan keuangan negara.
4.    Defective Policy Implementation yaitu kebijakan yang tidak berakhir
dengan implementasi. Keputusan-keputusan atau komitmen-komitmen
politik hanya berhenti sampai pembahasan undang-undang atau
pengesahan undang-undang, tetapi tidak sampai ditindak lanjuti menjadi
kenyataan.
5.    Bureaupathologis adalah penyakit-penyakit birokrasi ini antara lain:
a.    Indecision yaitu tidak adanya keputusan yang jelas atas suatu
kasus. Jadi suatu kasus yang pernah terjadi dibiarkan setengah
jalan, atau dibiarkan mengambang, tanpa ada keputusan akhir
yang jelas. Biasanya kasus-kasus seperti bila menyangkut sejumlah
pejabat tinggi. Banyak dalam praktik muncul kasus-kasus yang di
peti es kan.
b.   Red Tape yaitu penyakit birokrasi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pelayanan yang berbelit-belit, memakan waktu
lama, meski sebenarnya bisa diselesaikan secara singkat.
c.    Cicumloution yaitu Penyakit para birokrat yang terbiasa
menggunakan katakata terlalu banyak. Banyak janji tetapi tidak
ditepati. Banyak kata manis untuk menenangkan gejolak masa.
Kadang-kadang banyak kata-kata kontroversi antar elit yang
sifatnya bisa membingungkan masyarakat.
d.    Rigidity yaitu penyakit birokrasi yang sifatnya kaku. Ini efek dari
model pemisahan dan impersonality dari karakter birokrasi itu
sendiri. Penyakit ini nampak,dalam pelayanan birokrasi yang kaku,
tidak fleksibel, yang pokoknya baku menurut aturan, tanpa melihat
kasus-perkasus.
e.   Psycophancy yaitu kecenderungan penyakit birokrat untuk menjilat
pada atasannya. Ada gejala Asal Bapak senang. Kecenderungan
birokrat melayani individu atasannya, bukan melayani publik dan
hati nurani. Gejala ini bisa juga dikatakan loyalitas pada individu,
bukan loyalitas pada publik.
f.     Over staffing yaitu Gejala penyakit dalam birokrasi dalam bentuk
pembengkakan staf. Terlalu banyak staf sehingga mengurangi
efisiensi.
g.    Paperasserie adalah kecenderungan birokrasi menggunakan
banyak kertas, banyak formulir-formulir, banyak laporan-laporan,
tetapi tidak pernah dipergunakan sebagaimana mestinya fungsinya.
h.   Defective accounting yaitu pemeriksaan keuangan yang cacat.
Artinya pelaporan keuangan tidak sebagaiamana mestinya, ada
pelaporan keuangan ganda untuk kepentingan mengelabuhi.
Biasanya kesalahan dalam keuangan ini adalah mark up proyek
keuangan.

Masih bersumber dari buku yang sama, ada pendapat lain mengenai bentuk
maladministrasi yang dilakukan oleh birokrat yaitu:[4]

1.    Ketidak jujuran (dishonesty), berbagai tindakan ketidak jujuran antara


lain: menggunakan barang publik untuk kepentingan pribadi, menerima
uang dll.
2.   Perilaku yang buruk (unethical behavior), tindakan tidak etis ini adalah
tindakan yang mungkin tidak bersalah secara hukum, tetapi melanggar
etika sebagai administrator.
3.    Mengabaikan hukum (disregard of law), tindakan mengabaikan hukum
mencakup juga tindakan menyepelekan hukum untuk kepentingan dirinya
sendiri, atau kepentingan kelompoknya.
4.  Favoritisme dalam menafsirkan hukum, tindakan menafsirkan hukum
untuk kepentingan kelompok, dan cenderung memilih penerapan hukum
yang menguntungkan kelompoknya.
5.    Perlakuan yang tidak adil terhadap pegawai, tindakan ini cenderung ke
perlakuan pimpinan kepada bawahannya berdasarkan
faktor like and dislike. Yaitu orang yang disenangi cenderung
mendapatkan fasilitas lebih, meski prestasinya tidak begus. Sebaliknya
untuk orang yang tidak disenangi cenderung diperlakukan terbatas.
6.    Inefisiensi bruto (gross inefficiency), adalah kecenderungan suatu
instansi publik memboroskan keuangan negara.
7.  Menutup-nutupi kesalahan, kecenderungan menutupi kesalahan dirinya,
kesalahan bawahannya, kesalahan instansinya dan menolak di liput
kesalahannya.
8.  Gagal menunjukkan inisiatif, kecenderungan tidak berinisiatif tetapi
menunggu perintah dari atas, meski secara peraturan memungkinkan dia
untuk bertindak atau mengambil inisiatif kebijakan.
 

Lembaga Ombudsman

Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai


kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk
yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah.[5] 

Tugas Ombudsman

Meluruskan pernyataan Anda soal kewenangan Ombudsman dalam


menangani maladministrasi, kami luruskan bahwa menangani
maladministrasi bukanlah kewenangan Ombudsman, melainkan tugas
Ombudsman seperti yang disebut dalam Pasal 7 UU 37/2008:

Ombudsman bertugas:

a.    menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam


penyelenggaraan pelayanan publik;
b.    melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
c.    menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan Ombudsman;
d.    melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
e. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau
lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan
perseorangan;
f.     membangun jaringan kerja;
g.    melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; dan
h.    melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.
 

Wewenang Ombudsman

Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Ombudsman berwenang:[6]

a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor,


atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada
Ombudsman;
b.    memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada
pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu
Laporan;
c.    meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang
diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari
instansi Terlapor;
d.    melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang
terkait dengan Laporan;
e.    menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan
para pihak;
f.   membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk
Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada
pihak yang dirugikan;
g.    demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan
Rekomendasi;
h.   menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan
Penyelenggara Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan
organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;
i.    menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar
terhadap undang-undang dan peraturan perundangundangan lainnya
diadakan perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.
 

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat. 

Dasar hukum:

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai