Anda di halaman 1dari 5

Nama : Afredika Bagaskara

NPM : D1D016096

Topik : Pelayanan Publik : Maladministrasi

Judul : Upaya Meminimalisir Tindakan Maladmnistrasi yang Terjadi di Indonesia

1.1 Latar Belakang Masalah

Maladministrasi menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman


Republik Indonesia (“UU 37/2008”) diartikan sebagai perilaku atau perbuatan melawan
hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi
tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan
pemerintahan yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil bagi masyarakat dan
orang perseorangan. Untuk di negara berkembang sendiri seperti Indonesia , kegiatan
Maladministrasi masih banyak terjadi baik itu di sektor pelayanan kesehatan, pelayanan
pembuatan KTP, pelayanan pembuatan SIM, dsb. Terdapat berberapa bentuk Maladministrasi
diantaranya adalah penundaan berlarut, penyalahgunaan wewenang, penyimpangan prosedur,
pengabaian kewajiban hukum, tidak transparan, kelalaian, diskriminasi, tidak profesional,
ketidakjelasan informasi, tindakan sewenang-wenang, ketidakpastian hukum, dan salah
pengelolaan. Dari berbagai bentuk Maladministrasi tersebut lah bisa dikatakan bahwasannya
pelayanan publik yang ada di Indonesia masih dikategorikan kurang bagus dalam segi
pemberian pelayanan.

Menurut Hendra dkk menjelaskan bahwasannya yang termasuk bentuk tindakan


maladministrasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan aparatur pemerintah dikarenakan
adanya:

 Mis Conduct yaitu melakukan sesuatu di kantor yang bertentangan dengan kepentingan


kantor;
 Deceitful practice yaitu praktek-praktek kebohongan, tidak jujur terhadap publik.
Masyarakat disuguhi informasi yang menjebak, informasi yang tidak sebenarnya, untuk
kepentingan birokrat;
 Korupsi yang terjadi karena penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya, termasuk
didalamnya mempergunakan kewenangan untuk tujuan lain dari tujuan pemberian
kewenangan, dan dengan tindakan tersebut untuk kepentingan memperkaya dirinya,
orang lain kelompok maupun korporasi yang merugikan keuangan negara;
 Defective Policy Implementation yaitu kebijakan yang tidak berakhir dengan
implementasi. Keputusan-keputusan atau komitmen-komitmen politik hanya berhenti
sampai pembahasan undang-undang atau pengesahan undang-undang, tetapi tidak
sampai ditindak lanjuti menjadi kenyataan.
Dari berbagai tindakan yang dilakukan, salah satu contohnya ialah yang berhasil di
teliti oleh “JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS
2015”, mereka melakukan penelitian tindakan Maladministrasi di kota malang, Jawa timur.
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Malang selaku instansi yang mengeluarkan
perizinan. ada sekitar 50 pengaduan dari masyarakat antara lain tentang produk perizinan
yaitu keberatan izin tower (provider), keberatan izin usaha tertentu , keberatan izin reklame,
dari hal inilah akhirnya peneliti berhasil mengidentifikasi tindakan Maladministrasi yang
terjadi di BP2T kota malang yang mengacu pada teori Maladministrasi Caiden, yang
berjumlah 11 antara lain : overkill/ diseconomy, Inertia, Ineffective-ness, Under-and-over
organization, Tail casing, Wastage, Big stick syndrome, Negative demonstration, Time lags,
Suboptimization dan Professional fragmantation. Sampai akhirnya Ombudsman selaku
lembaga yang menaungi tindakan Maladministrasi melakukan berbagai tindakan untuk
mengurangi kegiatan Maladministrasi yaitu dengan menerapkan Peraturan Ombudsman RI
No. 4 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Di Lingkungan Ombudsman Republik
Indonesia. Dan ketika tindakan Maladministrasi bisa diminimalisir, maka secara tidak
langsung pelayanan publik akan meningkat. Seperti dikota-kota besar di Indonesia yang telah
menerapkan sistem pelayanan yang berbasis E-Goverment.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah nya yaitu mengapa kegiatan Maladministrasi masih sering terjadi di
Indonesia dan Apa sebenarnya penyebab terjadinya Maladministrasi ini?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan ialah untuk memberi pemahaman terhadap segala stakeholder
akan apa saja yang termasuk kegiatan Maladministrasi dan menemukan solusi dari kegiatan
Maladministrasi tersebut.

2.1 Review Literature

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia yang


mambahas tentang pengertian Maladministrasi sebagai sebuah perilaku atau perbuatan
melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari
yang menjadi tujuan wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban
hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara.
Jadi pada dasarnya ketika tindakan Maladministrasi dilakukan bukan hanya merusak citra
pelayanan tapi juga telah melanggar hukum. Lebih lanjutnya menurut Caiden kegiatan
Maladministrasi terbagi menjadi 11 yang mana telah di jelaskan dalam “JURNAL
PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015” yang di teliti oleh
Bambang Supriyono dkk adalah sebagai berikut overkill/ diseconomy, Inertia, Ineffective-
ness, Under-and-over organization, Tail casing, Wastage, Big stick syndrome, Negative
demonstration, Time lags, Suboptimization dan Professional fragmantation. Jurnal ini
mengidentifikasi adanya tindakan Maladmnistrasi yang dilakukan oleh intansi terkait yaitu
BP2T (badan perzinan pelayanan terpadu) dalam memberikan perizinan untuk membuka
suatu usaha yang mana terdapat penolakan dari masyakat. Hal ini termasuk sebagai tindakan
Maladministrasi karna BP2T tidak memperhatikan prosedur dari perizinan dan terkesan
memberikan perizinan melalui tindakan kecurangan. Dari hal inilah saya sepakat bahwsannya
intansi terkait sudah seharusnya mendapatkan teguran dari Ombudsman selaku badan yang
mengawasi tentang pelayanan publik. Sebenarnya Ombudsman mempunyai peraturan untuk
mengatasi kegiatan Maladministrasi yaitu yang tertuang dalam Peraturan Ombudsman RI
No. 4 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Di Lingkungan Ombudsman Republik
Indonesia, namun sayang peraturan tersebut tidak berjalan dengan baik karna kurang
sosialisasi yang dilakukan oleh Ombudsman Jawa timur hal itu disebabkan terbatasnya dana.
Saya sangat sepakat dengan apa yang disarankan oleh Bmbang Supriyono dkk, untuk
mengurangi kegitan Maladmnistrasi ialah dengan pengadaan sarana dan prasarana untuk
menunjang mekanisme pelayanan, kemudian melakukan sosialisasi secara intensif kepada
stakeholder terkait. Ketika hal ini telah dilakukan menurut saya akan mengurangi secara
perlahan kegiatan Maladministrasi baik yang ada di Jawa timur maupun daerah-daerah lain
yang ada di Indonesia.

Pada dasarnya orang yang menjalankan pelayanan publik disebut birokrat, yang mana
tugasnnya ialah untuk menjalankan organisasi pemerintahan yang berjalan dibidang
pelayanan publik. Dalam buku yang ditulis oleh Prof. Dr, Lijan Poltak Sinambela, dkk dalam
bukunya yang berjudul “Reformasi Pelayanan Publik” bahwasannya birokrasi yang ada di
indonesia dijalankan oleh seseorang yang disebut Birokrat. Pelayanan Publik yang baik ialah
pelayanan publik yang jauh dari kata KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), yang mana hal ini
telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Ketika pelayanan yang diberikan
terindikasi terdapat kecurangan hal itu sudah bisa dikatakan kegiatan maladministrasi. Dari
segi hukum pun ketika kegiatan maladmnistrasi sudah mencapai puncaknya(level paling
tinggi) akan mendapatkan hukuman pidana sesuai tingkatan perbuatannya. Peran pemerintah
pusat maupun daerah sudah seharusnya lebih aktif lagi untuk membantu mengurangi tindakan
Maladministrasi ini, saya sepakat dengan jurnal Dr. Khoirul Huda,SH.,M.Hum.”
PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TINDAKAN MAL-ADMINISTRASI DALAM
PELAYANAN PUBLIK” bahwa pemerintahlah instansi tertinggi untuk memberikan
pelayaan terhadap masyakat Indonesia. Ketika pemerintah dapat membuat peraturan baik itu
untuk pelayanan maupun untuk petugas (ASN), maka pelayanan yang baik akan tercipta dan
tindakan Maladministrasi akan bisa diminimalisir.

Ketika pelayanan publik telah bisa diperbaiki, maka pelayanan yang semulanya
manual bisa secara perlahan digantikan dengan pelayanan berbasis teknologi. Pelayanan yang
berbasis teknologi (E-Gov), mempunyai berbagai manfaat untuk memudahkan pelayanan
publik dalam pengimplementasiannya. Dalam buku yang ditulis Dr. Ir. Richardus Eko
Indrajit, M.Sc., MBA yang berjudul “Electronic Goverment”, terdapat berberapa manfaat
yang dihasilkan dari kegiatan E-Goverment yaitu :

 Merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) antara pemerintah dengan


masyarakat dan kalangan lainnya yang berkepentingan;
 Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholdernya (masyarakat,
kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di
berbagai bidang berkehidupan bernegara;
 Mengurangi secara signifikat soal biaya admnistrasi, relasi, dan interaksi yang
dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;
 Meberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lainnya sebagai mitra pemerintah dalam
proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian atau hasil tulisan dilakukan dengan cara mencari data di berbagai sumber
yang ada yaitu seperti buku Pelayanan Publik, manfaat E-Goverment, kemudian dari jurnal
penelitian yang ditulisi oleh JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS
2015, Cynthia Su’udia*), Bambang Supriyono**), Irwan Noor**) *) Jurusan Kebijakan Publik,
Magister Administrasi Publik, Universitas Brawijaya **) Dosen Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya. JURNAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TINDAKAN MAL-ADMINISTRASI
DALAM PELAYANAN PUBLIK, Dr. Khoirul Huda,SH.,M.Hum. Universitas Yudharta pasuruan . Dengan
metode yang digunakan yaitu mencari data dari berbagai sumber , hasil yang didapat
bahwasannya yang terjadi di kota malang, Jawa timur ialah didapatinnya tindakan
kecurangan yang dilakukan oleh BP2T (badan pelayanan perizinan terpadu) tentang perizinan
yang diberikan terhadap pengusaha-pengusaha yaitu seperti pemberian perizinan keberatan
izin tower (provider), keberatan izin usaha tertentu , keberatan izin reklame. Hal ini
bertentangan dengan masyarakat karna masyakat mengadukan hal ini ke Ombudsman. Dari
pengaduan inilah yang membuat Ombudsman melakukan tindakan terhadap BP2T dengan
memberikan teguran. Didalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif, data yang
dihasilkan digunakan untuk mencari apa dasar masalah yang sebenarnya terjadi , dari data
tersebutlah dijadikan sebagai kerangka penyajian penelitian. Kerangka penelitian dibuat
dengan sistematis serta data yang ditemukanpun berututan supaya para pembaca dapat
memahami dengan mudah apa maskud dari tulisan ini. Lebih lanjut tujuan utama penelitian
ini ialah tidak lain untuk membuat para stakeholder terkait seperti pemeberi layanan ataupun
yang diberikan layanan dapat mengerti akan pentingnya untuk menghindari tindakan yang
bersifat penyelewengan kekuasaan atau disebut juga sebagai tindakan Maladministrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Indrajit, Richardus Eko, ELECTRONIC GOVERMENT


Maladministrasi menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia (“UU 37/2008”)

teori maladminis-trasi Caiden yang berjumlah 11 bentuk maladministrasi, antara lain seperti
overkill/ diseconomy, Inertia, Ineffective-ness, Under-and-over organization, Tail casing, Wastage,
Big stick syndrome, Negative demonstration, Time lags, Suboptimization dan Professional
fragmantation.

Pengawsan Ombudsman dan Komisi pelayanan publik dalam rangka mengurangi Maladmnistrasi
(studi di ombudsman RI perwakilan jawa timur, komisi pelayanan publik dan badan perizinan
pelayanan terpadu kota malang) ,Cynthia Su’udia, Bambang Supriyono, Irwan Noor, Vol 4 No2
(2015), http://jurnalpendidikanprofesional.com/index.php/JPP/article/view/72 , tanggal akses : 22
mei 2019.

“Peraturan Ombudsman RI No. 4 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Di Lingkungan
Ombudsman RI”

Pertanggungjawaban hkum tindakan Maladministrasi dalam pelayanan publik, Dr. Khoirul Huda,
universitas Yudharta Pasuruan, Vol No 2(2014),
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/HERITAGE/article/view/828, tanggal akses : 22 mei 2019

Sinambela, lijan poltak, REFORMASI PELAYANAN PUBLIK, TEORI KEBIJAKAN DAN


IMPLEMENTASI, Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai