Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL ILMIAH

ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK


“ANALISIS TINDAKAN MALADMINISTRASI PENYUAPAN DALAM PEMBUATAN SURAT
IZIN MENGEMUDI”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika Administrasi Publik

Dosen Pengampu : Yeni Widyastuti, M.Si

Disusun Oleh :
Irviani Putri 6661210135
Deanra Salsabila 6661210139
Firda Rodhatul Aisy 6661210162

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
ANALISIS TINDAKAN MALADMINISTRASI PENYUAPAN DALAM PEMBUATAN SURAT
IZIN MENGEMUDI

1
Deanra Salsabila, 2 Firda Rodhatul Aisy, 3
Irviani Putri

Program Studi Administrasi Publik - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jalan Raya Palka Km. 3 Sindangsari Kecamatan
Pabuaran Kabupaten Serang Provinsi Banten - 42163

6661210135@untirta.ac.id,
6661210139@untirta.ac.id,
6661210162@untirta.ac.id,

ABSTRAK
Maladministrasi adalah tindakan melawan hukum dan etika dalam proses pelayanan
yang melibatkan publik. Jika dalam suatu proses pelayanan publik terjadi maladministrasi,
maka penyelenggara wajib untuk mengganti, memperbaiki, atau ganti rugi sebagai
konsekuensi dalam penyelenggaraan publik dalam bentuk tanggung jawab dan kewajiban
sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang mengatur mengenai penyelenggaraan
pelayanan publik.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode studi literatur yaitu data yang
dimuat dalam analisa ini diperoleh dari literatur, buku, majalah, penelitian sebelumnya, dan
referensi lain yang mendukung untuk menjawab permasalahan dalam analisa yang
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tindakan maladministrasi yaitu
penyuapan dalam pembuatan surat izin mengemudi (SIM) yang saat ini banyak dilakukan.

Kata Kunci : maladministrasi, pelayanan publik, penyuapan

Pendahuluan

Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan bersih merupakan dambaan


masyarakat. Terdapat dua aspek dalam upaya menciptakan pemerintahan yang baik (good
governance) yaitu pelayanan kepada masyarakat (pelayanan publik) dan penegakan hukum
yang adil. Keduanya bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kepastian hukum
dan keadilan. Prinsip-prinsip yang dicapai dalam pelaksanaan good governance secara
nyata mampu menciptakan sistem pemerintahan yang lebih bersih dan akuntabel dan
menciptakan sistem pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik. Prinsip-prinsip good
governance yang dimaksud yaitu transparansi, partisipasi, efisiensi dan efektivitas,
akuntabilitas, keterbukaan, tatanan hukum yang baik rule of law, ketanggapan, equity dan
visi strategis. Peningkatan pelayanan publik harus mendapatkan perhatian utama dari
pemerintah

karena pelayan publik merupakan hak-hak sosial dasar dari masyarakat (social
rights) ataupun fundamental right. Apabila pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, maka masyarakat sebagai penerima pelayanan
akan merasa puas dengan apa yang didapatkan sehingga masyarakat dapat menilai bahwa
pelayanan yang diterima berkualitas dan mampu mewujudkan penyelenggaraan pemerintah
yang baik (good governance) yang jujur, bersih dan transparan. Namun ternyata ada saja
pihak yang melakukan Peran pemerintah untuk mewujudkan penyelenggaran pelayanan
publik sudah dilakukan dari aspek regulasi yaitu dengan dikeluarkannya Undang- Undang
nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik. Upaya tersebut dianggap kurang maksimal,
pada kenyataannya kondisi pelayanan publik di Indonesia memiliki citra yang kurang baik
ada saja pihak yang melakukan Maladministrasi yang akhirnya merugikan masyarakat dan
juga termasuk kedalam pelanggaran etika dalam administrasi public.

Maladministrasi merupakan serapan dari bahasa inggris, yaitu maladministration


yang dapat diartikan sebagai pemerintahan yang buruk. Dalam Undang-undang nomor 37
Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia pada Pasal 1 ayat (3) disebutkan
bahwa maladministrasi adalah perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui
wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang
tersebut termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaran
pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan yang
menimbulkan kerugian materiil maupun immateriil bagi masyarakat atau orang
perseorangan.

Maladministrasi merupakan salah satu penyakit dalam konteks pelayanan publik


yang secara langsung akan menimbulkan dampak yaitu kerugian bagi masyarakat dan
secara tidak langsung juga dapat menimbulkan kerugian bagi negara. Dalam Peraturan
Ombudsman Nomor 26 Tahun 2017 disebutkan 10 (sepuluh) bentuk maladministrasi yaitu
penundaan berlarut, penyimpangan prosedur, tidak memberikan pelayanan, tidak kompeten,
penyalahgunaan wewenang, permintaan imbalan, tidak patut, berpihak, diskriminatif, konflik
kepentingan. Jika kita cermati, semua tindakan yang tercantum dalam bentuk-bentuk
maladministrasi di atas sangat berpotensi menjadi tindakan korupsi. Seandainya korupsi
adalah sebuah rumah, maka maladministrasi dapat kita ilustrasikan sebagai pintunya,
karena sebelum terjadi tindakan korupsi, sebagian besar pasti diawali oleh tindakan
maladministrasi yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam konteks
pencegahan maladministrasi, salah satu upaya yang dilakukan oleh Ombudsman Republik
Indonesia adalah melakukan penilaian kepatuhan terhadap standar pelayanan publik pada
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan artikel ilmiah ini adalah
dengan menggunakan metode kualitatif studi kepustakaan, merupakan metode
pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, dengan mengumpulkan informasi yang relevan
melalui literatur buku, jurnal, dan situs internet. serta berbagai laporan yang berkaitan
dengan masalah yang ingin dipecahkan.

Hasil Dan Pembahasan

Penelitian ini penulis menganalisis tindakan maladminidtrasi penyuapan dalam


pembuatan surat izin mengemudi (SIM). Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif
studi kepustakaan, dengan cara mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen, jurnal,
internet serta laporan yang berkaitan dengan masalah yang sedang kami analisa.

Maladministrasi adalah Tindakan awal atau sebuah pintu menuju korupsi, karena
adanya madministrasi yang artinya permainan nakal yang dibuat oleh para administrator
pelayanan public yang bisa menimbulkan kerugian bagi negara. Maladministrasi disebabkan
oleh rendahnya kesadaran para pegawai dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat.

Masyarakat menginginkan pelayanan publik yang berkualitas, untuk memenuhi


kemauan masyarakat maka pelayan publik harus mengoptimalkan kerjanya dalam memberi
pelayanan. Dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) mempunyai prosedur yang
mudah dipahami jika terjadi ketidak pahaman maka sudah kewajiban pelayan publik
memberi tahu secara singkatnya supaya masyarakat mengerti dan memberi petunjuk jika
diperlukan dalam pembuatan SIM atau menggunakan jasa pelayanan publik lainnya. Dalam
pembuatan SIM seharusnya ada proses fisik yaitu seperti tes lapangan dengan jalur yang
sudah disediakan, tetapi banyak calon pengemudi yang menggunakan cara singkat atau
illegal. Dalam peraturan pemerintah No. 60 tahun 2016 tentang jenis dan tarif pembuatan
SIM mengeluarkan tarif sesuai dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (BNBP) yaitu1
1
Indah Maryani, D.P.(2021). Budaya Hukum Pembuatan SIM Melalui Calo Legal Atau Illegal?
sebesar SIM A, SIM B1, SIM B2 sebesar Rp. 120.000, SIM C, SIM C1, SIM C2 Rp. 100.000,
dan SIM D, SIM D1 sebesar Rp. 50.000. itu semua adalah harna normal yang diberikan oleh
pemerintah untuk masyarakat sesuai Undang-Undang, jika harga yang diberikan melebihi
harga yang tercantum maka pelayanan publik telah melanggar peraturan yang sudah
ditetapkan.

Ada juga beberapa masyarakat yang menggunakan orang dalam dalam artian
mempunyai kenalan yang bekerja dalam pelayanan publik, cara seperti ini yang membuat
para calon pengemudi biasanya tidak melakukan tes mengemudi hanya melakukan
pengisian formulir yang diperlukan untuk pembuatan data SIM. Dengan tambahan
memberikan harga yang lebih kepada pegawai, setelah itu semua prosedur proses
pembuatan SIM semua diserahkan kepada pegawai, masyarakat hanya tinggal menunggu
jadi. Pada akhirnya semua ini akan menjadi tanggung jawab pemerintah karena ini semua
sudah masuk dalam penyelewengan wewenang pertanggung jawaban yang dipakai untuk
alasan pribadi.

Kemunculan Ombudsman untuk menilai kepatuhan terhadap standar pelayanan


publik pada kementerian/lembaga pemerintah daerah, tujuan adanya penilaian kepatuhan
yang diadakan ombudsman antara lain perbaikan peningkatan pelayanan publik serta
pencegahan maladministrasi melalui implementasi komponen standar pelayanan pada
setiap unit pelayanan publik. Adanya penilaian ini untuk mendorong kepatuhan terhadap
standar pelayanan publik dalam rangka mempercepat peningkatan kualitas pelayanan
publik2. Ombudsman secara tidak langsung mencegah korupsi yang dimulai dari
maladministrasi kecil-kecilan yang dijalankan pada saat pembuatan SIM. Soenaryanti
Hartono merumuskan dua puluh substansi masalah yang berkompetensi Ombudsman
yaitu3:

1. Penundaan berlarut

2. Tidak menangani

3. Lalai akan kewajiban

4. Persengkokolan

5. Kolusi dan nepotisme

2
Ringkasan Eksekutif Penilaian Kepatuhan Standar Pelayanan Publik Tahun 2021. hal. 6
3
Nirahua, S. E. (2013). Good Governance Sebagai Instrumen Preventif Tindak Pidana Korupsi[1].
Fakultas Hukum, Universitas Pattimura.
6. Tidak adil

7. Dengan nyata berpihak

8. Pemalsuan

9. Melanggar undang-undang

10. Tindakan bertentangan dengan ketentuan yang berlaku atau perbuatan melawan hukum
dan kepatutan

11. Diluar kompetensi

12. Tidak berkompeten (tidak cakap atau tidak mampu)

13. Intervensi

14. Menyimpangi prosedur

15. Tindakan semena-mena

16. Penyalahgunaan kewenangan

17. Tindakan tidak patut atau tidak layak

18. Permintaan imbalan uang/korupsi

19. Menguasai tanpa hak

20. Menggelapkan barang bukti

Beberapa pembuatan SIM yang dicirikan dengan adanya tindakan maladministrasi


mempunyai 20 substansi masalah yang dirumuskan oleh Soenaryanti Hartono yang
berkompensi ombudsman. Seperti memberikan biaya tambahan untuk mempercepat proses
pembuatan sesuai dengan ciri menyimpang prosedur yang telah ditentukan negara,
termasuk menyalahgunakan wewenang, pemalsuan, lalai akan kewajiban melanggar
undang-undang, bahkan meminta imbalan lebih yang menyebabkan pintu korupsi terbuka.
Maka dari itu diperlukannya pengawasan dan penilaian yang berskala untuk memantau
perkembangan pelayanan publik supaya hal yang tidak diinginkan terjadi. Jika sudah terjadi
akan menjadi hal biasa atau dilumpuhkan oleh masyarakat terlebih lagi yang mempunyai
kekuasaan dan mempunyai orang dalam yang bisa membantunya. Karena tidak sedikit dari
masyarakat yang melakukan tindakan seperti itu, para pegawai pelayanan publik pun tidak
sedikit yang tetap menerima kemauan masyarakat tersebut karena mereka juga
mendapatkan uang lebih yang diberikan oleh masyarakat yang melakukan penyuapan
dalam pembuatan SIM atau pembuatan jasa lainnya dalam pelayanan publik.

Simpulan

Maladministrasi adalah tindakan melawan hukum dan etika dalam proses pelayanan
yang melibatkan publik. Maladministrasi adalah Tindakan awal atau sebuah pintu menuju
korupsi, karena adanya maladministrasi yang artinya permainan nakal yang dibuat oleh para
administrator pelayanan publik yang bisa menimbulkan kerugian bagi negara.
Maladministrasi disebabkan oleh rendahnya kesadaran para pegawai dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat. Dalam konteks pencegahan maladministrasi, salah
satu upaya yang dilakukan oleh Ombudsman Republik Indonesia adalah melakukan
penilaian kepatuhan terhadap standar pelayanan publik pada kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah. Masyarakat menginginkan pelayanan publik yang berkualitas, untuk
memenuhi kemauan masyarakat maka pelayan publik harus mengoptimalkan kerjanya
dalam memberi pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. 2012. Ilmu Administrasi Negara. Kajian Konsep, Teori, dan Fakta dalam
Upaya Menciptakan Good Governance. Bandung. CV Pustaka Setia.

Bowden. E. 1976. Mal-adminsitration: A Thematic Analysis of Nigerian Case Studies in the


Ccontext of Administrative Initiative. Human Organization 35 (4):392-399.

Diansari, M. (2016). Analisis Kualitas Pelayanan Surat Ijin Mengemudi Kendaraan Motor
(SIM C) di Polres Semarang 2016 . Departemen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, 14.

Fahri, R. (n.d.). ANALISIS PELAYANAN PUBLIK PADA PEMBUATAN SURAT IZIN


MENGEMUDI KENDARAAN RODA EMPAT (SIM A) DI SATLANTAS POLRESTA
PEKANBARU. 8.

Indah Maryani, D. P. (2021). BUDAYA HUKUM PEMBUATAN SIM MELALUI CALO LEGAL
ATAU ILLEGAL? Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Nia Wijayanti, N. F. (n.d.). KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN


MENGEMUDI BERMOTOR (SIM C) DI KANTOR SATUAN LALU LINTAS POLRESTA
BANJARMASIN. 10.

Nirahua, S. E. (2013). GOOD GOVERNANCE SEBAGAI INSTRUMEN PREVENTIF


TINDAK PIDANA KORUPSI[1]. Fakultas Hukum Universitas Pattimura.

Ringkasan Eksekutif Penilaian Kepatuhan Standar Pelayanan Publik Tahun 2021. (2021).
52.

Anda mungkin juga menyukai