Anda di halaman 1dari 3

ISU

PENYELEWENGAN ETIKA PELAYANAN PUBLIK

Oleh:

Ida Bagus Nyoman Maheswara

30.1054

KELAS : I-2 / 18

PROGRAM STUDI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI SULAWESI UTARA

2022
Adanya Praktik Maladministrasi di Kasus Joko Tjandra

Perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh penyelenggara pemerintah dalam


pelayanan publik dalam membuat keputusan pemerintah harus memperhatikan syarat materiil
dan syarat formil agar keputusan tersebut sah, dan setiap keputusan yang diambil harus
mampu dipertanggung jawabkan. Tanggung jawab jabatan berkenaan dengan legalitas ,
tindakan pemerintah berkaitan dengan pendekatan terhadap kekuasaan pemerintah. Tanggung
jawab pribadi berhubungan dengan fungsional atau pendekan perilaku dalam hukum
administrasi. Tanggung jawab pribadi berkaitan dengan maladministrasi dalam wewenang
maupun public servis.
Peranan hukum administrsi negara dalam melakukan kontrol terhadap jalanya setiap
badan-badan negara maupun pejabat pemeritahan yang menjalakan setiap tugasnya maupun
perbuatan melakukan pelanggaran baik itu korupsi ataupun penyalahgunaan wewenang yang
merugikan semua pihak baik itupada pemerintahan maupun individu dan perlindungan
hukum dalam HAN. Pengawasan terhadap pemrintah agar dapat melaksanakan ketaatan
berdasarkan undang-undang yang telah ditetapka secara yuridis serta pengawasan terhadap
keputusan yang meletakan keputusan kepada individu ataupun pihak pemerintahan. Salah
satu isu isu penyelewengan etika dalam pelayanan publik adalah adanya praktik
Maladministrasi di Kasus Joko Tjandra.
Ombudsman melakukan investigasi atas kasus DPO Joko Soegiarto Tjandra.
Hasilnya, ada maladiminstrasi dalam kasus Djoko Tjandra tersebut. Kewenangan investigasi
ini sesuai ketentuan Pasal 7 huruf d Undang-undang Nomor 37 tahun 2008 tentang
Ombudsman. Dimana investigasi atas prakarsa sendiri bisa dilakukan terhadap dugaan
maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Serangkaian permintaan
keterangan dilakukan kepada Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara, Ditjen Imigrasi,
Inspektur Jenderal Kemenkum HAM, Ditjen Dukcapil dan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
dan ahli dilakukan mulai Juli hingga Agustus 2020.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisa peraturan perundang-undangan serta
dokumen, Tim Pemeriksa Ombudsman berpendapat terjadi maladministrasi," kata Anggota
Ombudsman, Adrianus Meliala dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Rabu
(7/10). Dia menyebutkan, maladministrasi pada kejaksaan berupa penyimpangan prosedur
dan penyalahgunaan wewenang. Sedangkan pada kepolisian berupa penundaan berlarut,
penyimpangan prosedur, dan penyalahgunaan wewenang. Ombudsman mendapati, kesalahan
tak hanya dilakukan Kejaksaan dan Kepolisian. Kesalahan pada Ditjen Imigrasi berupa
tindakan tidak kompeten dan penyimpangan prosedur. "Dan pada Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan berupa tindakan tidak patut," lanjut Adrianus dalam Laporan Akhir Hasil
Pemeriksaan itu. Berkenaan hal itu, Ombudsman menyampaikan tindakan korektif antara lain
memperbaiki sistem dan kualitas pelayanan publik bagi masing-masing instansi. Ombudsman
menuntut, Ketua Mahkamah Agung, Jaksa Agung, Kapolri, Menteri Hukum dan HAM serta
Mendagri, agar dilakukan tindakan korektif.
Khususnya, terkait proses pemeriksaan terhadap pihak internal maupun pihak
eksternal yang diduga terkait dengan kasus Joko Tjandra, pembaharuan dan perbaikan pada
SPPT-TI, SIMKIM dan SIAK untuk memuat Daftar DPO dan Red Notice, pembuatan dan
perbaikan peraturan pada masing-masing instansi tersebut. "Kami akan memantau
pelaksanaan tindakan korektif tersebut dan meminta tindak lanjut dalam waktu 30 hari," tegas
Ninik Rahayu, anggota Ombudsman lainnya. Ninik menyampaikan, perlunya sinergi yang
efektif antar aparat penegak hukum agar penyelesaian permasalahan DPO Joko Tjandra
secara lebih obyektif, transparan dan akuntabel. Ombudsman diharap persoalan yang sama
tidak terulang kembali di masa mendatang.
Faktor yang mempengaruhi munculnya maladministrasi ada dua yaitu faktor internal
dan faktor ekternal. Faktor internal berupa kepribadian yang berasal dari dalam diri
seseorang. Faktor kepribadian ini berwujud dari suatu niat,kemauan, doronganyang tumbuh
di dalam diri sesorang dalam melakukan praktik maladministrasi itu sendiri lemahnya mental
seseorang akan mempengaruhi tindakan yang akan di perbuat , kurangnya peningkatan iman ,
ketakwaan terhadap agama yang dianut setiap orang berbeda. Keadaan sosial, Walaupun
sebenarnya mereka tahu tentang perbuatan yanngdilakukakn tersebut. ketika peluang
kesempatan itu muncul tak jarang mereka manfaatkan dengan cara yang salah dengan
melakukan maladminitrasi. Tak jarang tuntutan ekonomi , tuntutan keluarga saat ini yang
menjadi pendorong dalam melakukan maladministrasi
Adapun faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang
melakukan tindakan mal-administrasi, bisa berupa lemahnya peraturan,lemahnya lembaga
kontrol, lingkungan kerja dll peraturan perundang-undangan dimana mereka berkerja,
merupakan suatu tatanan nilai yang dibuat untuk di ikuti dan dipatuhi oleh para pegawai
dalam menjalankan tugas dankewajiban yang diberikan kepadanya. Adapun cara pencegahan
dan mengatasi maladministrasi yaitu di hadirkannya lembaga Ombusdman yaitu lembaga
yang mengawasi kewenangan penyelenggaran pelayanan publik baik yang diselenggarakan
oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang di selenggarakan
BUMN,BUMD maupun badan swasta yang dana nya berasal dari APBN dan APBD . Serta
selanjutnya yaitu menegakan kewenangan hukum dengan tegas jika melakukan pelanggaran
yang melanggar asas-asas umum pemerintahan keterlibatan masyarakat juga perlu dalam
mengatasi dan pencegahan praktik maladministrasi tersebut. Masyarakat cukup pintar dalam
mengkritik perbuatan maladministrasi tersebut sehingga jika terdapat maladministrasi dapat
langsung mengajukan pengaduan kelembaga yang berwenang agar di tindak dengan tegas.

Anda mungkin juga menyukai