Anda di halaman 1dari 5

1. Jelaskan proses hakim dalam hukum acara pidana dan perdata !

Jawab :
Proses hakim hokum acara pidana
• Berdasarkan pasal 203 ayat (1) KUHAP, maka yang diartikan dengan perkara-perkara
dengan acara singkat adalah perkara-perkara pidana yang menurut Penuntut Umum
pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana.
• Pengajuan perkara pidana dengan acara singkat oleh Penuntut Umum ke persidangan
dapat dilakukan pada hari-hari persidangan tertentu yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan
Negeri yang bersangkutan.
• Dalam acara singkat ini, maka setelah sidang dibuka oleh Ketua Majelis Hakim dan
setelah pertanyaan formil terhadap Terdakwa diajukan maka Penuntut Umum dipersilahkan
menguraikan tentang tindak pidana yang didakwakan secara lisan dan dicatat dalam Berita
Acara Sidang sebagai pengganti Surat Dakwaan (pasal 203 ayat (3) KUHAP).
• Tentang hal registrasi atau pendaftaran perkara-perkara pidana dengan acara singkat
ini, baru didaftarkan oleh Panitera/Panitera Muda Pidana setelah Hakim memulai dengan
pemeriksaan perkara.
• Apabila pada hari sidang yang ditentukan, Terdakwa dan atau Saksi-saksi utamanya
tidak datang, maka Majelis cukup menyerahkan kembali berkas perkara kepada Jaksa secara
langsung tanpa ada penetapan, sebaiknya dengan buku pengantar (ekspedisi).
• Apabila dari pemeriksaan dimuka sidang terdapat hal-hal yang menunjukkan bahwa
perkara pidana itu tidak bersifat sederhana, Majelis mengembalikan berkas perkara kepada
Jaksa Penuntut Umum dengan suatu surat penetapan dengan nomor pendaftaran Pengadilan
Negeri.
• Tentang penerimaan perkara-perkara pidana dengan acara singkat oleh Pengadilan
Negeri berlaku acara sebagaimana disebutkan dalam bab mengenai perkara-perkara pidana
biasa yakni diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan melalui Panitera tetapi dengan
perbedaan bahwa berkas-berkas perkara pidana dengan acara singkat tidak perlu didaftarkan
dulu pada waktu penerimaan.
• Putusan tidak dibuat secara khusus tetapi dicatat dalam Berita Acara Sidang atau
putusan menjadi satu dengan Berita Acara Sidang.

Proses hakim hokum acara Perdata

• Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali persidangan yang
dinyatakan tertutup untuk umum);
• Para pihak (penggugat dan tergugat) diperintahkan memasuki ruang sidang;
• Para pihak diperiksa identitasnya (surat kuasanya), demikian pula diperiksa surat ijin
praktik dari organisasi advokat (jika dikuasakan kepada Advokat);
• Apabila kedua belah pihak lengkap maka diberi kesempatan untuk menyelesaikan
dengan perkara secara damai (melalui mediasi);
• Majelis Hakim menawarkan apakah akan menggunakan mediator dari lingkungan PN
atau dari luar (sesuai PERMA RI No.1 Tahun 2008);
• Apabila tidak tercapai kesepakatan damai, maka persidangan dilanjutkan dengan
pembacaan surat gugatan oleh penggugat/kuasanya;
• Apabila perdamaian berhasil maka dibacakan dalam persidangan dalam bentuk akta
perdamaian yang bertitel DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN Yang Maha
Esa;
• Apabila tidak ada perubahan acara, selanjutnya jawaban dari tergugat; (jawaban berisi
eksepsi, bantahan, permohonan putusan provisionil, gugatan rekonvensi);
• Apabila ada gugatan rekonvensi tergugat juga berposisi sebagai penggugat
rekonvensi;
• Replik dari penggugat, apabila digugat rekonvensi maka ia berkedudukan sebagai
tergugat rekonvensi;
• Pada saat surat menyurat (jawab jinawab) ada kemungkinan ada gugatan intervensi
(voeging, vrijwaring, toesenkomst);
• Sebelum pembuktian ada kemungkinan muncul putusan sela (putusan provisionil,
putusan tentang dikabulkannya eksepsi absolut, atau ada gugat intervensi);
• Pembuktian
• Dimulai dari penggugat berupa surat bukti dan saksi;
• Dilanjutkan dari tergugat berupa surat bukti dan saksi;
• Apabila diperlukan, Majelis Hakim dapat melakukan pemeriksaan setempat (tempat
objek sengketa);
• Kesimpulan dari masing-masing pihak;
• Musyawarah oleh Majelis Hakim;
• Pembacaan Putusan Majelis Hakim;
• Isi putusan Majelis Hakim dapat berupa Gugatan dikabulkan (seluruhnya atau
sebagian); Gugatan ditolak, atau Gugatan tidak dapat diterima;
2. Jelaskan apa yang dimaksud objek sengketa dan alat bukti menurut UU TUN !
Jawab :
objek sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) adalah suatu penetapan tertulis
yang menimbulkan suatu akibat hukum karena tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan
memberikan kerugian atau potensi kerugian terhadap pihak masyarakat.
Sedangkan alat bukti yang dimaksud adalah alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184
ayat (1) KUHAP yaitu Keterangan Saksi; Keterangan Ahli; Surat; Petunjuk; Keterangan
Terdakwa.

3. Sebelumnya, jaksa terikat dengan Surat Edaran Jaksa Agung (SEJA) tentang pedoman
penuntutan. SEJA tersebut kemudian dicabut dan diganti dengan Pedoman No 3
Tahun 2019 tentang Penuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum.
4. Persidangan dilakukan secara terbuka untuk umum dengan maksud agar proses
pemeriksaan terhadap saksi-saksi, ahli, barang bukti, dan terdakwa bisa dilihat oleh
siapapun. Artinya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Proses tersebut menjadi prinsip dasar
atau asas utama pada seluruh persidangan pengadilan di Indonesia.

Asas sidang terbuka untuk umum ditegaskan pada Pasal 13 Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (“UU Kekuasaan Kehakiman”) yang
berbunyi:
1. Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali
undang-undang menentukan lain.
2. Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
3. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) mengakibatkan putusan batal demi hukum.

Berdasarkan asas tersebut, semua pemeriksaan persidangan dan pembacaan putusan


pada Mahkamah Konstitusi, peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha
negara, dan peradilan militer wajib dilakukan dalam sidang secara terbuka.

Regulasi dan Penerapan Asas Sidang Terbuka untuk Umum di Masa COVID-19

Namun, berkaitan dengan adanya pandemi COVID-19, persidangan dengan asas


terbuka untuk umum sedikit sulit digunakan

Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan COVID-19 sebagai bencana


nasional. Penetapan tersebut dinyatakan melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun
2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.

Kondisi ini menurut saya dapat memengaruhi seluruh kegiatan yang berhubungan di
dalam pengadilan. Walaupun dalam undang undang kekuasaan Kehakiman pada
prinsipnya sidang dapat dilaksanakan terbuka untuk umum, tapi terdapat asas dalam
hukum yang berbunyi salus populi suprema lex esto, yang berarti keselamatan rakyat
merupakan hukum tertinggi bagi suatu negara. Jadi, dapat disimpukan berdasarkan
asas yang tertera tersebut, dapat dikatakan bahwa hukum bisa menyesuaikan dengan
kondisi yang terjadi, dengan pertimbangan situasi dan kondisi serta keselamatan
rakyat.
5. Jimly Asshiddiqie (2006) menyebut setidaknya ada 4 fungsi lembaga perwakilan yaitu
fungsi legislasi, pengawasan, deliberatif dan resolusi konflik, dan fungsi perwakilan.
Diantara keempatnya, Asshiddiqie menyebut fungsi yang paling pokok adalah fungsi
perwakilan (representasi). Dalam hubungan itu, ia membedakan antara pengertian
representation in presence dan representation in ideas. Pengertian pertama bersifat
formal, yaitu keterwakilan yang dipandang dari segi kehadiran fisik. Sedangkan,
pengertian yang kedua bersifat substantif, yaitu perwakilan atas dasar aspirasi atau
idea.
Dalam pengertian yang formal, keterwakilan itu sudah dianggap ada apabila secara
fisik dan resmi, wakil rakyat yang terpilih sudah duduk di parlemen. Akan tetapi,
secara substansial, keterwakilan rakyat itu sendiri baru dapat dikatakan tersalur
apabila kepentingan nilai, aspirasi, dan pendapat rakyat yang diwakili benar-benar
telah diperjuangkan dan berhasil menjadi bagian dari kebijakan yang ditetapkan oleh
lembaga perwakilan rakyat yang bersangkutan, atau setidak-tidaknya aspirasi mereka
itu sudah benar-benar diperjuangkan sehingga mempengaruhi perumusan kebijakan
yang ditetapkan oleh parlemen.

6. Doktrin ini memiliki peranan penting karena doktrin ini dikemukakan oleh seorang
ilmuwan hukum yang bisa mempengaruhi jurisprudensi dan bisa menjadi kaedah
hukum, karena itu doktrin itu dapat menjadi bagian dari sumber hukum positif.
Menurut Bernard Arief Sidharta, istilah lain doktrin adalah ajaran. Ajaran itu juga
dapat disamakan dengan doktrin, doktrin ini merupakan tampungan dari norma
sehingga dokrin menjadi sumber hukum. Jika kita mengutip pendapat Apeldoorn,
maka doktrin hanya bertugas membantu dalam pembentukan norma; doktrin itu harus
dipindahkan lebih dahulu ke dalam norma yang langsung misalnya putusan hakim
atau peraturan perundang-undangan, sehingga doktrin itu menjadi sumber tidak
langsung dalam penerapan hukum. ajaran atau doktrin merupakan pandangan atau
pendapat ilmuwan hukum terhadap suatu masalah tertentu, pendapat ilmuwan hukum
tersebut merupakan pandangan kritis yang didapat melalui pemikiran yang mendalam.
Pendapat ilmuwan hukum tersebut dapat dikemukakan untuk memecahkan masalah
tertentu. Doktrin sendiri tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi masalah tertentu,
tetapi hanya ingin membantu memecahkan masalah tertentu.

8. jelaskan alasan yang dapat digunakan dalam mengajukan gugatan TUN


Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) adalah: a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang
baik.

9. penerimaan kekuasaan untuk beracara di muka peradilan dapat


diklasifikasikan menjadi 3 golongan berdasarkan kriteria pengangkatan atau izin
diberikan sebutkan dan jelaskan 3 golongan tersebut
= Seperti kuasa pada umumnya, kuasa khusus adalah sebuah perikatan yang dibangun
berdasarkan adanua pemberi dan penerima, meskipun dalam hal ini para praktisi
bersilang pendapat tentang apakah kuasa khusus bersifat ikatan sepihak atau ikatan
timbal balik. Mengenai hal ini akan dibahas pada bagian tersendiri dalam tulisan ini.
Untuk dan atas nama pemberi kuasa.bahwa tindakan yang dilakukan oleh penerima
kuasa adalah semata-mata untuk kepentingan pemberi kuasa dan akibat hukum yang
timbul dari tindakan penerima kuasa mengikat terhadap pemberi kuasa sepanjang
penerima kuasa tidak melampaui batasan yang telah ditentukan.Pada hal-hal atau
tindakan yang terbatas pada apa yang tertulis atau dikuasakan. Artinya bahwa
tindakan yang boleh dilakukan oleh Penerima Kuasa adalah terbatas pada hal-hal
yang tertulis atau dikuasakan secara khusus, sehingga dalam hal ini surat kuasa harus
secara detail dan lengkap menyebut apa saja tindakan yang boleh dilakukan penerima
kuasa untuk dan atas nama pemberi kuasa

10. sebutkan sumber-sumber hukum pidana


Sumber Hukum Pidana di Indonesia
1. KUHP
2. Undang-undang di luar KUHP
3. Hukum adat.
Ada juga pidana umum dan hukum pidana khusus.
Hukum pidana umum bersumber dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
baik KUHP tentang ketentuan umum, KUHP kejahatan, serta KUHP tentang
pelanggaran.
Hukum pidana khusus merujuk pada aturan-aturan hukum pidana yang menyimpang
dari hukum pidana umum serta berlaku khusus bagi orang-orang tertentu.

Anda mungkin juga menyukai