Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KELOMPOK 3

Disusun Oleh :
Anastasya Sari Cahyaningrum (V0723010)
Destiana (V0723022)
Fajar Nur Adi Widodo (V0723030)
Hesti Nabila Mufidah G (V0723036)
Melani Eka Febrianti (V0723050)

D3 MANAJEMEN ADMINISTRASI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2024
Pelanggaran Hak dan Kewajiban dalam Penyalahgunaan Kekuasaan

Abstrak

Materi ini menggambarkan kasus konkret penyalahgunaan kekuasaan dalam bentuk


pelanggaran hak dan kewajiban yang terjadi dalam proyek penerbitan e-KTP (Kartu
Tanda Penduduk elektronik). Kasus korupsi e-KTP merupakan salah satu contoh
nyata dari bagaimana kekuasaan dapat disalahgunakan untuk keuntungan pribadi,
merugikan masyarakat secara luas. Dalam kasus ini, pejabat pemerintah yang
bertanggung jawab atas proyek e-KTP diduga terlibat dalam praktek korupsi,
termasuk menerima suap dari pihak swasta yang diberikan kontrak untuk
melaksanakan proyek tersebut. Penyalahgunaan kekuasaan ini tidak hanya
melanggar hak-hak masyarakat untuk mendapatkan layanan pemerintah yang baik
dan transparan, tetapi juga mengorbankan keuangan negara yang seharusnya
digunakan untuk kepentingan publik. Penegakan hukum yang tegas dan
pencegahan korupsi yang efektif menjadi kunci dalam menanggulangi pelanggaran
hak dan kewajiban yang terjadi dalam penyalahgunaan kekuasaan, seperti yang
terungkap dalam kasus korupsi e-KTP.

A. PENDAHULUAN setiap kewajibannya kepada


Sebagai warga negara negara. Dalam UUD 1945, hak
Indonesia memiliki hak dan dan kewajiban warga negara
kewajiban terhadap negara. Indonesia serta hak dan kewajiban
Kedua hal tersebut memiliki negara Indonesia diatur dalam
hubungan yang timbal balik. Pasal 27 sampai dengan 34 yang
Dimana negara memberikan hak- meliputi bidang: politik dan
hak yang harus didapatkan oleh pemerintahan, sosial, agama,
setiap warga negaranya(Juanda, pendidikan, dan pertahanan.
2017). Sebaliknya warga negara Menurut Prof. Dr. Notonegoro
berkewajiban untuk menjalankan hak adalah suatu kekuasaan untuk
menerima atau melakukan seharusnya diatur oleh undang-
sesuatu yang seharusnya diterima undang. Pelanggaran hak warga
atau dilakukan dan tidak dapat negara merupakan akibat dari
dilakukan atau diterima oleh kelalaian atau pengingkaran
pihak lain. Sedangkan kewajiban kewajiban, baik yang dilakukan
adalah sebagai kewajiban untuk oleh pemerintah maupun oleh
memberikan sesuatu yang harus warga negara itu sendiri. Sikap
diberikan dari bagian tertentu. yang egois dapat menjadi faktor
Dalam hal ini tidak dapat terjadinya korupsi. Seseorang
diberikan oleh pihak lain dan dengan sikap egois akan
dapat digugat dengan kuat jika melakukan segala cara untuk
tidak puas. Kewajiban juga memenuhi haknya, meskipun
diartikan sebagai sesuatu yang dengan mengabaikan hak orang
harus dilakukan. Dapat dipahami lain. Faktor lainnya adalah sikap
bahwa hak warga negara adalah intoleran dan kurangnya
kekuasaan warga negara untuk kesadaran berbangsa dan
melakukan sesuatu berdasarkan bernegara. Selain faktor dari
hukum. Dengan kata lain, hak warga negaranya sendiri terdapat
warga negara merupakan hak faktor dari luar yaitu sikap
istimewa yang mengharuskan Kurang Tegasnya Aparat Penegak
warga negara diperlakukan sesuai Hukum, Aparat penegak hukum
dengan hak istimewa tersebut. memegang peranan penting
Kewajiban warga negara bersifat dalam bernegara dan
wajib, tetapi tidak boleh bermasyarakat. Salah satu bentuk
ditinggalkan oleh warga negara pelanggaran hak dan kewajiban
dalam kehidupan bermasyarakat warga negara adalah
berbangsa dan bernegara. penyalahgunaan
Pelanggaran hak warga kekuasaan(Kalele, 2015). Pihak-
negara dapat terjadi ketika warga pihak yang memiliki jabatan
negara tidak dapat menikmati atau sedikit banyak melakukan
memperoleh haknya sebagaimana penyalahgunaan kekuasaan
dengan memakai wewenang tindakan korupsi sehingga
mereka untuk kepentingan masyarakat dapat ikut andil dalam
pribadi. membantu pemberantasan
korupsi.
B. PEMBAHASAN Salah satu faktor utama
Hubungan antara hak dan penyebab korupsi adalah
kewajiban warga negara dengan ketimpangan kekuasaan dan
kasus korupsi adalah kompleks. keterbukaan lembaga negara.
Kewajiban warga negara untuk Risiko korupsi meningkat ketika
membantu pemberantasan kekuasaan terkonsentrasi pada
korupsi adalah sebagai warga sejumlah kecil individu atau
negara dan sebagai agent of kelompok dan proses
change. Kasus korupsi, seperti pengambilan keputusan tidak
pengadaan barang dan jasa, jelas. Selain itu, kurangnya
merupakan kejahatan yang sangat penegakan hukum yang efektif
luar biasa yang dapat merusak hak dan hukuman yang tegas bagi
asasi manusia, termasuk hak-hak pelaku korupsi juga dapat menjadi
ekonomi, sosial, dan budaya. pemicu utama terjadinya korupsi.
Kewajiban warga negara adalah Ketika pelaku korupsi merasa bisa
mengambil tindakan cepat untuk lepas dari hukuman yang
mencegah gagalnya terpenuhi hak setimpal, maka motivasinya untuk
asasi manusia, yang terjadi ketika melakukan tindakan korupsi pun
dana yang disediakan oleh meningkat. Faktor ekonomi juga
pemerintah untuk pemenuhan berperan penting dalam
hak-hak tersebut dikorupsi. mendorong korupsi, terutama di
Pendidikan antikorupsi sejak dini negara-negara dengan tingkat
adalah salah satu cara untuk kemiskinan yang tinggi dan
memberantas korupsi. Dengan kesenjangan yang semakin
pendidikan antikorupsi sejak dini, lebar(Wicaksono & Prabowo,
masyarakat dapat meningkatkan 2022). Ketika individu atau
pengetahuan mengenai tindakan- kelompok merasa terpinggirkan
secara ekonomi, mereka Pemberantasan Korupsi (KPK),
cenderung mencari jalan pintas Badan Pemeriksa Keuangan
untuk mendapatkan kekayaan (BPK), dan Badan Pengawasan
secara ilegal melalui korupsi. Keuangan dan Pembangunan
Terakhir, faktor budaya dan moral (BPKP), atas permintaan
juga berperan dalam pemicu Gamawan Fauzi yang saat itu
korupsi. Budaya di mana praktik menjabat sebagai menteri dalam
korupsi dianggap normal atau negeri. Namun, sejumlah
dapat diterima secara sosial, dan kejanggalan sejak proses lelang
kurangnya kesadaran akan etika tender proyek e-KTP
dan integritas, dapat menciptakan menimbulkan kecurigaan korupsi
lingkungan yang kondusif bagi dari berbagai pihak, termasuk
berkembangnya korupsi. Oleh Komisi Pengawas Persaingan
karena itu, korupsi sering kali Usaha (KPPU), Government
didorong oleh kombinasi faktor- Watch, kepolisian, Konsorsium
faktor tersebut, sehingga semakin Lintas Peruri, dan bahkan KPK.
mempersulit upaya Berdasarkan penyelidikan dan
pemberantasan korupsi. Contoh bukti-bukti yang ditemukan, KPK
kasus penyalahgunaan jabatan menemukan adanya kerugian
yaitu Kasus Korupsi E-KTP(Sari negara sebesar Rp 2,314 triliun.
et al., 2017). Setelah berbagai penyelidikan
sejak 2012, KPK menetapkan
C. STUDI KASUS sejumlah orang sebagai tersangka
Kasus Korupsi E-KTP korupsi, termasuk pejabat
Kasus korupsi terkait Kementerian Dalam Negeri dan
pengadaan KTP elektronik di anggota Dewan Perwakilan
Indonesia pada tahun 2011 dan Rakyat (DPR). Pada 22 April
2012 merupakan peristiwa yang 2014, KPK menetapkan
dimulai pada awal 2010-an. Sugiharto, Pejabat Pembuat
Awalnya, proyek ini berjalan Komitmen (PPK) dari Direktorat
dengan pengawasan dari Komisi Jenderal Kependudukan dan
Catatan Sipil Kementerian Dalam terhadap pemerintah dan lembaga
Negeri, sebagai tersangka penegak hukum.
pertama dalam kasus korupsi e- Ketidakpercayaan publik
KTP. Sugiharto diduga terhadap pemerintah dapat
melakukan penyalahgunaan memicu aksi demonstrasi dan
wewenang dan memberikan suap unjuk rasa yang berujung pada
terkait proyek e-KTP di DPR ketidakstabilan politik.
untuk periode anggaran 2011- Menurunnya kualitas pelayanan
2013, melanggar Undang-Undang publik seperti pendidikan,
Pemberantasan Tindak Pidana kesehatan, dan infrastruktur.
Korupsi. Selain itu, ia juga diduga Melemahkan supremasi hukum
memperoleh keuntungan materi dan menciptakan ketidakadilan
sebesar 450.000 dolar AS dan Rp dalam sistem peradilan.
460 juta. Menurunnya kepercayaan publik
Dampak dari studi kasus terhadap hukum dapat memicu
terjadi kerugian negara dalam tindakan main hakim sendiri dan
kasus ini mencapai Rp 2,314 merusak tatanan sosial. Kasus
triliun, yang merupakan sumber korupsi e-KTP merupakan contoh
daya publik yang seharusnya penyalahgunaan kekuasaan yang
digunakan untuk membiayai memiliki dampak luas dan
program-program pembangunan kompleks. Dampak ini tidak
dan kesejahteraan rakyat. Kasus hanya dirasakan dalam jangka
ini merusak citra dan kepercayaan pendek, tetapi juga dapat
investor terhadap Indonesia, berdampak pada generasi
sehingga menghambat investasi mendatang. Oleh karena itu,
dan pertumbuhan ekonomi. Dana diperlukan upaya serius dari
yang seharusnya digunakan untuk pemerintah, lembaga penegak
pembangunan dan kesejahteraan hukum, dan seluruh elemen
rakyat terbuang sia-sia karena masyarakat untuk memberantas
dikorupsi. Kasus ini memicu korupsi dan mencegah terjadinya
krisis kepercayaan publik kasus serupa di masa depan.
Kesimpulannya, penanganan
D. KESIMPULAN kasus korupsi e-KTP harus
Kasus korupsi e-KTP merupakan menjadi perhatian serius semua
contoh nyata bagaimana pihak dengan memperkuat sistem
penyalahgunaan kekuasaan dapat pengawasan, meningkatkan
berujung pada pelanggaran hak transparansi, dan memastikan
dan kewajiban yang merugikan penindakan yang tegas.
masyarakat secara keseluruhan.
Kasus ini menyoroti kompleksitas
dan konsekuensinya, mulai dari
kerugian ekonomi terhadap
negara hingga kerusakan reputasi
dan pertanyaan mengenai
kepercayaan masyarakat terhadap
sistem hukum dan pemerintah.
Ketimpangan kekuasaan,
kurangnya transparansi, dan
lemahnya penegakan hukum
menjadi faktor utama yang
menyebabkan terjadinya kasus
korupsi seperti ini. Selain itu,
faktor ekonomi dan budaya juga
berperan dalam memburuknya
situasi, dengan keinginan akan
kekayaan dan norma-norma sosial
yang melemahkan integritas
sehingga memicu
penyalahgunaan kekuasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Juanda, E. (2017). HUKUM DAN KEKUASAAN. Jurnal Ilmiah Galuh Justisi,

5(2), Article 2. https://doi.org/10.25157/jigj.v5i2.796

Kalele, V. I. C. (2015). PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN OLEH

PENEGAK HUKUM DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA

KORUPSI. LEX ADMINISTRATUM, 3(6), Article 6.

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/administratum/article/view/9161

Sari, A. K., Sari, S., & Risdiyanto, B. (2017). ANALISIS SEMIOTIKA SOSIAL

PEMBERITAAN KASUS KORUPSI E-KTP DI SITUS

LIPUTAN6.COM. Professional: Jurnal Komunikasi Dan Administrasi

Publik, 4(1), Article 1. https://doi.org/10.37676/professional.v4i1.452

Wicaksono, G. S., & Prabowo, T. J. W. (2022). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Korupsi pada Pemerintah Daerah di Jawa Tengah

Menggunakan Teori Fraud Triangle. Owner : Riset Dan Jurnal Akuntansi,

6(1), Article 1. https://doi.org/10.33395/owner.v6i1.710

Anda mungkin juga menyukai