A. Pengertian korupsi
Menurut World Bank dalam Hari yakni mengemukakan bahwa korupsi adalah
setiap transaksi antar pelaku dari sektor swasta dan sektor publik melalui
utilitas bersama yang secara illegal ditransformasikan menjadi keuntungan
pribadi. Menurut transparency international, korupsi besar terdiri dari
tindakan yang dilakukan pemerintah yang mendistorsi kebijakan atau fungsi
1
Maulana, Z.Persepsi Masyarakat terhadapFaktor-faktor yang Mempengaruhi Korupsi Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Aceh Utara. (Jurnal Manajemen Dan KeuanganUnsam,
2016 ),. Hal. 573-581.
utama negara, yang memungkinkan para pemimpin untuk mendapatkan
keuntungan dengan mengorbankan kepentingan publik.2
2
Hariyani, H.F., dan Priyarsono, Dominicus Savino, Asmara, A. Analisis factor-faktor yang
mempengaruhiKosupsi di Kawasan Asia Pasifik. ( Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan ,
2016)., hal 32-44
3
Sayed HuseinAlatas, dikutipdari, Farid R. Faqih, mendulangRente di Lingkar Istana,
JurnalIlmuSoisalTransformatif, WacanaKorupsiSengketaantara Negara dan Modal, Edisi 14, tahun
III, 2002, hal 117
B. FaktorPenyebabKorupsi
1. Perilaku individu
2. FaktorKeluarga
3. Faktor Pendidikan
4. Sikap Kerja
7
Habib SultonAsnawi, MembongkarParadigmaPositivisme Hukum dalamPemberantasanKorupsi
di Indonesia PemenuhanHakAsasiManusiadalam Negara Hukum, Supremasi Hukum, Volume 2.
Number 2, December 2013, hlm. 350.
8
MohYamin, Pendidikan Anti…Op.Cit., hlm. 61.
uang. Biasanya yang ada dalam pikiran mereka sebelum melakukan
pekerjaan adalah apakah mereka akan mendapat untung atau tidak, untung
atau rugi dan sebagainya. Dalam konteks birokrasi, pejabat yang
menggunakan perhitungan ekonomi semacam itu pasti tidak akan
menyatukan manfaat. Sebenarnya yang terjadi adalah bagaimana masing
masing pekerjaan bertujuan menghasilkan keuntungan sendiri.9
9
Ibid.,,
dapat disimpulkan salah satu alasannya adalah lemahnya aspek
legislasi.10Sementara, menurut teori Ramirez Torres, korupsi adalah
kejahatan perhitungan, bukan hanya keinginan. Seseorang akan melakukan
tindakan korupsi jika hasil korupsi akan lebih tinggi dan lebih besar dari
hukuman yang didapat.11
6. Faktorpengawasan
Pengawasan dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal yang
dilakukan langsung oleh pimpinan dan pengawasan eksternal yang
dilakukan oleh instansi terkait, publik dan media. Pengawasan oleh
lembaga terkait bisa kurang efektif karena ada beberapa faktor, termasuk
pengawas yang tidak profesional, pengawasan yang tumpang tindih di
berbagai lembaga, kurangnya koordinasi antara pengawas, pengawas yang
tidakpatuh pada etika hukum atau etika pemerintah. Hal ini menyebabkan
pengawas sering terlibat dalam praktik korupsi. Padahal pengawasan
10
Isa Wahyudi, “AnalisisFaktor-Faktor yang MempengaruhiKorupsiAnggaranPendapatanBelanja
Daerah di Malang Raya”, Online Article, hlm. 2, online at https://www.academia.edu/3097182/
ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI-KORUPSI-ANGGARAN-
PENDAPATAN-BELANJA-DAERAH-APBD-DI-MALANG-RAYA?auto=download.
11
Bambang Waluyo, OptimalisasiPemberantasanKorupsi di Indonesia, JurnalYuridis, Volume 1,
Number 2, December 2014, hlm. 174.
12
Benny K. Harman, Langkah-Langkah StrategisMemberantasKorupsi di Indonesia,
JurnalMasalahMasalah Hukum, Volume, 40, Number 4, October 2011, hlm. 434.
13
Habib SultonAsnawi, MembongkarParadigma…Op.Cit., hlm. 350.
eksternal oleh masyarakat dan media juga masih lemah. Untuk alasan ini,
diperlukan reformasi hukum dan peradilan serta dorongan dari masyarakat
untuk memberantas korupsi dari pemerintah.14Semakin efektif sistem
pengawasan, semakin kecil kemungkinan korupsi akan terjadi. Sebaliknya,
jika korupsi benar-benar meningkat, itu berarti ada sesuatu yang salah
dengansistempemantauan.15
7. faktor politik
14
J. Smith, K. Obidzinski, Subarudi, and I. Suramenggala, “Illegal Logging Collusive Corruption
and Fragmented Governments in Kalimantan Indonesia”, The International Forestry Review,
2003, hlm. 294
15
1Sri Yuliani, KorupsiBirokrasiFaktorPenyebab dan Penanggulannya, Online Article, hlm. 5,
http:// sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/wp-content/uploads/sites/10/2011/06/KORUPSI-blog.pdf.
16
2Iza Rumesten, KorelasiPerilakuKorupsiKepala Daerah denganPilkadaLangsung,
JurnalDinamika Hukum, Volume 14, Number 2, May 2014, hlm. 353.
17
Vito Tanzi, Corruption around The Word Causes Conseques Scope & Cures, a Working Paper of
International Monetary Fund, May 1998, hlm. 560., available online at
https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/ wp9863.pdf
maupun dibawah telah memberikan kontribusi buruk bagi bangsa-
bangsa.18
Pada zaman reformasi, belajar dari pengalaman orde baru, di era ini
merespon dengan cepat terhadap tuntutan pemberantasan korupsi, kolusi
dan nepotisme dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pemberantasan korupsi.19Peraturan tersebut antara lain
yakni:
18
MohYamin, Pendidikan Anti…Op.Cit., hlm. 61.
19
Akhiar Salmi, 2011, “KebijakanPolitikDalamPemberantasanKorupsi Dari Masa ke
Masa”, Maria Hartiningsih (ed), dalamKorupsi yang Memiskinkan, Jakarta: Kompas, hlm
265.
1. Undang-undangNomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
disahkan dan diundangkan pada tanggal 19 Mei 1999
2. Undang-UndangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, disahkan dan diundangkan pada tanggal 16 Agustus
1999.
3. Undang-UndangNomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang UndangNomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, disahkan dan diundangkan pada tanggal 21 November
2001.
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, disahkan dan diundangkan pada tanggal 27
Desember 2002
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United
Nations Convention Against Corruption, 2003. Disahkan dan
diundangkan pada tanggal 18 April 2006.
6. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, disahkan dan diundangkan pada tanggal 29 Oktober
2009.
20
VisnuJuwono, MelawanKorupsi Sejarah PemberantasanKorupsi di Indonesia 1945-2014,
Jakarta: KepustakaanPopuler Gramedia, 2018, hlm.186.
21
Ibid
memberantas korupsi dan mendorong reformasi tata kelola pemerintahan
yang baik.22 pada masa Presiden SBY yang pertama, terjadi beberapa
kemajuan dalam reformasi tata kelola pemerintahan yang didorong oleh
para menteri profesional di bidang ekonomi maupun sektor-
sektorkeamanan dan lembaga-lembaga lain.23 Akan tetapi, pengamat juga
mengkritisi kelemahan politik SBY dengan memilih ‘reformasi hatihati’,
sehingga korupsi tetap problematis.24
D. KendalaPemberantasanKorupsi
Catatan lain yang menjadi tantangan KPK dan tantangan bangsa ini adalah
terus terjadinya corruptors fight back terhadap KPK. Delegitimasi dilakukan
dengan berbagaicara, baik dengan sarana hukum yang demokratis seperti
mengajukan Judicial Review keMahkamah Konstitusi RI, revisi UU KPK
untuk pembubaran dan pelemahan KPK, dan tekanan, intervensi serta
delegitimasi institusi KPK di ruang politik. Upaya pelemahan yang sama juga
pernah terjadi untuk sejumlah lembaga anti korupsi sebelum KPK ada,
sebagian dari tujuh institusi yang pernah ada tersebut dibubarkan ketika
hendak menyentuh korupsi kekuasaan.30
30
Febri Diansyah, LaporanPenelitian, “PenguatanPemberantasanKorupsimelaluiFungsiKoordinasi
dan SupervisiKomisiPemberantasanKorupsi (KPK),” Indonesia Corruption Watch (2011).
31
Putu DiahTrisnaPradanaSuari, “Peran KPK
dalamMelakukanOperasiTangkapTanganTerhadapPejabat Publik, JurnalFakultas Hukum
Universitas Lampung (2019).
2. Faktor Penegak Hukum Penegakan hukum tentu sangat bergantung pada
individu/orang yang bekerja sebagai penegak hukum di instansi
penegakan hukum salah satunya KPK. Ditinjau dari segi penegak hukum,
pelaksanaan Operasi Tangkap Tangan yang dilakukan KPK tidak
mengalami hambatan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 6 UndangUndang
No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, KPK
mempunyai lima tugasyakni, pertama KPK melakukan koordinasi dengan
instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi. Kedua, KPK dapat melakukan upaya super visi atau
pendampingan terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Ketiga, KPK melakukan
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
Keempat, KPK kemudian melakukan tindakan pencegahan tindak pidana
korupsi. Kelima, KPK melakukan monitoring terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara
3. Faktor Sarana atau FasilitasPendukung Sarana atau fasilitas sebagai salah
satufaktor yang mempengaruhi penegakan hukum antara lain mencakup
tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik,
peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya. Tanpa
adanya sarana dan fasilitas, tidak akan mungkin penegak hukum
menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual. Firli
menyatakan bahwa, terkait fasilitas yang dimiliki Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) sejauhinicukupmapan. Termasuk fasilitas pendukung
dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dimiliki KPK sejauh ini
tidak menjadi hambatan, dengan kata lain KPK punya fasilitas yang
mumpuni yang mendukung Operasi Tangkap Tangan (OTT). Erna Dewi,
menyatakan bahwa sebagai lembaga super power dalam pemberantasan
korupsi, tidak mengherankan jika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
memiliki sarana dan fasilitas yang baik. Namun tugas dan kewenangan
yang dimiliki KPK sebagai lembagain dependen negara yang cukup luas
mencakup banyak hal tidak berbanding lurus dengan munculnya kasus
korupsi di Indonesia. Kasuskorupsi di Indonesia sudah merajalela ini
merupakan masalah serius, terorganisir yang telah menimbulkan masalah
dan ancaman serius.
4. Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan salah satuelemen yang
mempengaruhi penegakan hukum, oleh karena itu untuk mewujudkan
penegakan hukum yang baik harus melibatkan masyarakat. Soerjono
Soekanto dan Mustafa Abdullah menyatakan:“Dijadikannya warga
masyarakat sebagai salah satufaktor yang mempengaruhi penegakan
hukum, karena efektifitas penegakan hukum sangat tergantung pada
kepatuhan hukum masyarakat. Sebab, bagaimana pun baiknya peraturan
hukum dan bagusnya kualitas petugas serta lengkapnya fasilitas, jika
warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut tidak
memiliki kesadaran untuk mematuhi peraturan tersebut, maka ketiga
faktor tersebut tidak adagunanya.” Faktor masyarakat merupakan sikap
manusia (termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya) terhadap
hukum dan sistem hukum. Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk
menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas
substansi hukum yang dibuat tanpa didukung warga masyarakat maka
penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif
5. Faktor Kebudayaan Apabila ditinjau dari faktor kebudayaan warga
masyarakat yang terkena ruang lingkup pengaturan, lebih mengarah pada
sikap masyarakat, kepercayaan masyarakat, nilai-nilai yang dianut
masyarakat dan ide-ide atau pengharapan mereka terhadap hukum dan
sistem hukum. Dalam hal ini kultur hukum merupakan gambaran dari
sikap dan perilaku terhadap hukum, serta keseluruhan faktor-faktor yang
menentukan bagaimana sistem hukum memperoleh tempat yang sesuai
dan dapat diterima oleh warga masyarakat dalam kerangka budaya
masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat maka
akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir
masyarakat selama ini.
Kendala-kendala khususnya di bidang hukum32antara lain
Korupsi sudah dianggap sebagai hal yang biasa, dengan dalih ‘’sudah
sesuai prosedur’’. Koruptor tidak memiliki rasa malu dan takut, sebaliknya
memamerkan hasil korupsinya secara demonstratif. Politisi tidak lagi
mengabdi kepada konstituennya. Partai politik bukannya dijadikan alat
untuk memperjuangkan kepentingan rakyat banyak, melainkan menjadi
ajang untuk mengeruk harta dan ambisi pribadi. Padahal tindak pidana
korupsi merupakan masalah yang sangat serius, karena tindak pidana
korupsi dapat membahayakan stabilitas dan keamanan Negara dan
masyarakat, membahayakan pembangunan sosial, politik dan ekonomi
masyarakat, bahkan dapat pula merusak nilai-nilai demokrasi serta
moralitas bangsa karena dapat berdampak membudayanya tindak pidana
korupsi tersebut. Sehingga harus disadari meningkatnya tindak pidana
korupsi yang tidak terkendaliakan membawa dampak yang tidak hanya
sebatas kerugian Negara dan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara.34
2.Perlakuan penegak hukum menjadi tidak setara atau tebang pilih karena
sifat dari Undang-undang KPK yang secara sengaja memuat
pengelompokan proses penegakan hukum kedalam dua kategori.
Kategori pertama adalah korupsi yang menimbulkan kerugian negara di
bawah Rp 1 milyar diproses oleh Polisi dan Jaksa. Dalam model
penegakan kejahata nkorupsi model ini dikesankan masyarakat bahwa
aparat penegak hukum, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah
memiliki ruang fleksibel untuk menunda-nunda penyelidikan dan
penyidikan. Akibatnya, pelaku kejahatan korupsi model ini
menampakkan bukan saja tidak adanya kepastian hukum dalam
penindakannya akan tetapi dengan penundaan tersebut mengundang
ketidak puasan bagi masyarakat. Sedangkan kategori korupsi kedua
adalah perbuatan seseorang yang telah menimbulkan kerugian negara di
atas Rp 1 miliar yang kewenangan proses hukumnya melalui KPK.
Dalam kasus yang ditangani oleh KPK, dampaknya cukup membuat
guncangan yang menakutkan bagiter dakwa, tersangka dan terhukum.
KPK jauh lebih tegas dan dipandang sebagai lembaga penegak hukum
paling dipercayai di negeri ini.
F. Rangkuman
Kebijakan politik dalam pemberantasan korupsi dari masa ke masa
dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni era orde baru dan era reformasi.
Zaman orde baru, terdapat beberapa peraturan yang dikeluarkan dalam rangka
pemberantasan korupsi, yakni:
Pada zaman reformasi, belajar dari pengalaman orde baru, di era ini merespon
dengan cepat terhadap tuntutan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme
dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pemberantasan korupsi
G. Latihan
Jawaban:
Jawaban:
1. Perilaku individu
Jawaban:
Jawaban:
Jawaban:
Secara garis besar adanya ketertiban itu dipenuhi oleh adanya
peraturan tata tertib, ketentuan-ketentuan yang bersangkutan dengan tata
tertib ini dalam kaidah atau norma yang tertuang posisinya di dalam
masyarakat sebagai norma hukum. Dengan adanya tatanan norma tersebut,
maka posisi yang paling ditekankan adalah norma hukum, meskipun
norma lain tidak kalah penting perannya dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mewujudkan tertib sosial, negara menetapkan dan mengesahkan
peraturan perundang-undangan untuk mengatur masyarakat. Peraturan-
peraturan itu mempunyai sanksi hukum yang sifatnya memaksa. Artinya
bila peraturan itu sampai dilanggar maka kepada pelanggarnya dapat
dikenakan hukuman. Jenis hukuman yang akan dikenakan terhadap
sipelanggarakan sangat tergantung pada macamnya peraturan yang
dilanggar. Pada prinsipnya setiap peraturan mengandung sifat
paksaanartinya orang-orang yang tidak mau tunduk dan dikenai sanksi
terhadap pelanggaran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Akhiar Salmi, 2011, “KebijakanPolitikDalamPemberantasanKorupsi Dari Masa
ke Masa”,
Gunawan, Andri dkk, Indeks Negara Hukum Indonesia 2014, Jakarta: Indonesian
Legal
Gunawan, Andri dkk, Indeks Negara Hukum Indonesia 2013, Jakarta: Indonesian
Legal
Roundtable, 2013.
http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/wp-content/uploads/sites/
10/2011/06/KORUPSI-blog.pdf.
Vito Tanzi, Corruption around The World Causes Consequences Scope & Cures,
a Working Paper
http://riset.ti.or.id/category/indonesia-corruption-perceptiob-index/Diakses dari
website