DI KOTA TOMOHON
Oleh:
Olivia Tindas1
ABSTRAK
Keberadaan birokrasi di Indonesia masih memiliki patologi yang cukup parah. Penelitian
ini akan mengkaji perilaku birokrasi di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Tomohon dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dengan menggunakan
metode kualitatif (Moleong, 2017), kajian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007:88), yang mengatakan berdasarkan bentuk respons
terhadap stimulus maka perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu: Perilaku Tertutup dan Perilaku
Terbuka. Temuan penelitian menggambarkan pada aspek perilaku birokrasi tertutup, perilaku
pasif atau tertutup Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tomohon
adalah mengarah pada sikap atau respon pelayanan birokrasi secara internal organisasi. Atau
birokrasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tomohon bersifat
umum saja, sedangkan hal-hal yang bersifat privat tidak bisa dilayani secara umum. Dinas masi
melakukan pelayanan izin pembangunan dengan mekanisme, publik dilayani secara offline
dengan sikap yang ramah tetapi masi terkendala pada terbitnya surat izin yang lamah.
Sedangkan pada aspek perilaku birokrasi terbuka, dinas dalam memberikan pelayanan izin
pembangunan masih mengalami persoalan diantaranya mengenai terbatasnya sumber informasi
Standar Operational Proscedure (SOP), kinerja aparatur yang masih biasa-biasa saja, serta akses
menu di portal website dinas masih terbatas pada menu pengaduan, visi misi, dan struktur
organisasi. Jika ditinjau makna dari perilaku birokrasi terbuka adalah dinas harus memberikan
sarana dan prasarana yang memadai mengenai semua mekanisme jenis perizinan dan dapat di
jangkau baik secara online dan offline oleh publik.
ABSTRACT
The existence of the bureaucracy in Indonesia still has quite a severe pathology. This study
will examine the behavior of the bureaucracy in the Tomohon One Stop Investment Service and
Service in Building Construction Permit Services (IMB). By using qualitative methods (Moleong,
2017), this study will be carried out using the approach proposed by Notoatmodjo (2007: 88),
which states that based on the form of response to stimulus, behavior can be divided into two,
namely: Closed Behavior and Open Behavior. The research findings describe the aspects of closed
bureaucratic behavior, passive or closed behavior, the Tomohon One Stop Investment and One Stop
Service Service, which leads to the attitude or response of internal bureaucratic services to the
organization. Or the bureaucracy of the Tomohon One Stop Investment Service and Integrated
Services is only general, while private matters cannot be served in general. The office still carries
out development permit services with a mechanism, the public is served offline with a friendly
attitude but is still constrained by the issuance of friendly permits. Whereas in the aspect of open
bureaucratic behavior, the office in providing development permit services is still experiencing
problems including the limited source of information on Standard Operational Procedures (SOP),
the performance of the apparatus is still mediocre, and menu access on the official website portal is
still limited to the complaint menu, vision and mission, and organizational structure. If viewed the
meaning of open bureaucratic behavior is that the office must provide adequate facilities and
infrastructure regarding all types of licensing mechanisms and can be reached both online and
offline by the public.
2
sebelumnya, yaitu sebagai abdi masyarakat yang memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.
Pemerintah Indonesia telah menjalankan program reformasi birokrasi sejak
tahun 2010. Hingga saat ini pelaksanaan reformasi birokrasi nasional telah memasuki tahap
kedua yang dikirokrasi aji perilaku btandai dengan disusunnya Road map reformas birokrasi
2015-2019. Di dalam Permenpan No. 11 Tahun 2015 Tentang Roa Map Reformasi Birokrasi di
Indonesia tahun 2015-2019, terdapat 3 sasaran dan 8 area perubahan reformasi birokrasi pada
tahun 2015-2019. Reformasi birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya
memberikan perubahan atau perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik. Di dalam Grand
Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025 kondisi yang diharapkan Pada tahun 2014 sudah
berhasil mencapai penguatan dalam beberapa hal yakni Penyelenggaraan pemerintah yang baik,
bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme ,Kualitas pelayanan public, Kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi, Profesionalisme SDM aparatur.
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di kota Tomohon sebagai instansi
pemerintah yang bergerak pada bidang pelayanan ijin . Salah satu bentuk layanan di Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah memberikan layanan ijin
mendirikan bangunan kepada masyarakat kota Tomohon. Oleh karena itu pembahasan akan
difokuskan pada masalah tersebut. Karena kenyataannya ijin mendirikan bangunan merupakan
hal yang amat penting bagi masyarakat dalam mendirikan suatu bangunan agar bangunan
tersebut legal dan mendapat ijin yang sah dari pemerintah.
Ijin Mendirikan Bangunan, adalah ijin untuk mendirikan, memperbaiki, menambah,
mengubah, atau merenovasi suatu bangunan, termasuk ijin kelayakan menggunakan bangunan
(untuk bangunan yang sudah berdiri) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah. Pada
prinsipnya, IMB bertujuan agar terjadi keserasian antara lingkungan dan bangunan. Selain itu,
dengan IMB diharapkan agar bangunan yang akan dibangun aman bagi keselamatan jiwa
penghuninya. Sebab dalam pemberian IMB, dilakukan analisis terhadap desain bangunan
tersebut, apakah sudah memenuhi persyaratan bangunan dan lingkungan. Persyaratan
lingkungan meliputi penentuan garis sempadan (jarak maksimum bangunan terhadap batas
jalan), jarak bebas muka samping dan belakang bangunan, batas-batas persil pembangunan dan
jarak antar bangunan, keadaaan tanah tempat bangunan,dan lain- lain. Sedangkan persyaratan
bangunan antara lain meliputi luas denah bangunan, tinggi bangunan, ukuran-ukuran ruang,
pencahayaan dan pengudaraan.
Peraturan dan perundang-undangan yang memuat IMB adalah sebagai berikut: Undang-
undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Undang-undang no. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang, PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Ijin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah Ijin yang diberikan
oleh Pemerintah Daerah kepada perorangan atau Badan untuk membangun. Surat Ijin
Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat SIMB adalah Surat Ijin yang diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah kepada perorangan atau Badan untuk membangun. Mendirikan Bangunan
adalah setiap kegiatan membangun, merubah, mengganti seluruhnya atau sebagian, memperluas
bangunan dan bangun-bangunan. Setiap mendirikan bangunan dan atau bangun-bangunan, baik
perorangan atau badan wajib memiliki Ijin Mendirikan Bangunan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan
lingkungan, mulai dari perilaku yang paling Nampak sampai yang tidak tampak, dari yang
dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan. Okviana (2015:178). Perilaku merupakan hasil
daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
Notoatmojo, (2010:58).
3
Sedangkan menurut Wawan (2011:77) Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun
tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.
Menurut Notoatmodjo (2007:88), Berdasarkan bentuk respons terhadap stimulus maka
perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku Tertutup (covert behaviour)
Respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup. Respons ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut namun belum dapat diamati secara jelas oleh orang
lain
b. Perilaku Terbuka (overt behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata (terbuka) atau praktik
(practice) yang dapat diamati dengan mudah oleh orang lain. Skiner (1938:320) dalam
Notoatmodjo (2011:220) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian ini dikenal dengan teori „S-
O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”. Respon dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Respon respondent atau reflektif
Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Biasanya respon
yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli. Perilaku emosional
yang menetap misalnya orang akan tertawa apabila mendengar kabar gembira atau lucu,
sedih jika mendengar musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa haus.
2. Operan Respon
Adalah respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang diikuti
oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang perilakunya disebut
reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat respon. Misalnya, petugas kesehatan
melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang
baik menjadi stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.
Jenis-jenis perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015:72):
1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
3. Perilaku tampak dan tidak tampak,
4. Perilaku sederhana dan kompleks,
5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
Bentuk-bentuk perilaku
Menurut Notoatmodjo (2011:135), dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan
atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut,
dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
4
2. Faktor Pemungkin ( Enabling Factor)
Yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan
sebagainya.
3. Faktor Penguat ( Reinforcement Factor )
Faktor-faktor ini meliputi undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan
sebagainya.
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Sunaryo (2004:24)
dalam Hariyanti (2015:140) dibagi menjadi 2 yaitu
1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen
Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk
kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam
individu (endogen), antara lain:
a. Jenis Ras
Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda dengan yang
lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih (Kaukasia), ras kulit hitam
(Negroid) dan ras kulit kuning (Mongoloid).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan
melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku berdasarkan pertimbangan
rasional. Sedangkan wanita berperilaku berdasarkan emosional.
c. Sifat Fisik
Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.
d. Sifat Kepribadian
Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya sebagai
pengaduan antara faktor genetik dan lingkungan. Perilaku manusia tidak ada yang
sama karena adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu.
e. Bakat Pembawaan
Bakat menurut Notoatmodjo (2003:124) dikutip dari William B. Micheel (1960:69)
adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu lebih sedikit sekali
bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.
f. Intelegensi
Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh karena itu kita
kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu individu yang dalam pengambilan
keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sedangkan individu yang
memiliki intelegensi rendah dalam pengambilan keputusan akan bertindak lambat.
3. Faktor-Faktor Lain
Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: susunan saraf pusat, persepsi
dan emosi. Green (1980:67) berpendapat lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku, antara lain:
a. Faktor lain
Yaitu mencakup pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan tradisi dan
kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang terkait dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut seseorang tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dansebagainya.
b. Faktor Pemungkin ( Enabling Factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori
Azwar (1995:55), bahwa berbagai bentuk media massa seperti : radio, televisi,
majalah dan penyuluhan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang. Sehingga semakin banyak menerima informasi dari berbagai
sumber maka akan meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga berperilaku ke
arah yang baik.
c. Faktor Penguat ( Reinforcing Factors )
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama termasuk juga
disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat atau pemerintah daerah
yang terkait dengan kesehatan manurut Novita (2011:120).
6
Bentuk-bentuk Perubahan perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh
para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk – bentuk perilaku dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
1. Perubahan alamiah ( Neonatal chage )
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau
sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami
perubahan.
2. Perubahan Rencana ( Plane Change )
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam masyarakat, maka
yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahan tersebut (berubah perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat lambat untuk
menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan
untuk berubah yang berbeda-beda Notoatmodjo (2011:88).
B. Konsep Birokrasi
Birokrasi merupakan lembaga yang memiliki kemampuan besar dalam menggerakan
organisasi, karena birokrasi ditata secara formal untuk melahirkan tindakan rasional dalam
sebuah organisasi.
Thoha dalam buku perspektif perilaku birokrasi (2002:184), menguraikan birokrasi
sebagai berikut : “Birokrasi merupakan sistem yang mencoba memahami perilaku-perilaku di
dalam organisasi bias tetap rasional sehingga efektif usaha pencapaian organisasi tersebut”.
Pengertian diatas menunjukan bahwa birokrasi merupakan suatu system yang
didalamnya terdapat sekumpulan orang dengan bermacam-macam perilaku yang berbeda
antara pegawai satu dengan yang lainnya. Memperjelas pengertian diatas peneliti akan mencoba
mengemukakan pengertian perilaku birokrasi menurut Thoha, dalam buku perspektif Perilaku
Birokrasi (2002:184), sebagai berikut: “perilaku birokrasi pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi antara individu-individu dengan organisasinya. Oleh karena itu untuk memahami
perilaku birokrasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu individu-individu sebagai pendukung
organisasi tersebut”.
Istilah birokrasi berasal dari bahasa Prancis bureau yang berarti kantor atau meja tulis,
dan kata Yunani kratein yang berarti mengatur 2007:1 menyatakan : “Birokrasi adalah sistem
administrasi rutin yang dilakukan dengan keseragaman, diselenggarakan dengan cara-cara
tertentu didasarkan aturan tertulis oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya”.
Penerapan perilaku birokrasi apakah telah dilaksanakan dengan baik atau tidak, maka dapat
ditinjau dengan melihat karakteristik perilaku birokrasi, merupakan suatu cara untuk
memahami sifat-sifat manusia dalam melaksanakan tugasnya didalam organisasi. Berikut
penelitian uraikan karakteristik birokrasi dalam perilaku birokrasi menurut Thoha dalam
bukunya persfektif perilaku birokrasi (2002:185) yaitu:
1. Hirarki
Urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan), Adanya suatu struktur
hirarki, termasuk pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam organisasi.
2. Tugas-tugas
Adanya serangkaian posisi-posisi jabatan, yang masing-masing memiliki tugas dan
tanggungjawab yang tegas.
3. Wewenang
Wewenang adalah kemampuan untuk mengambil keputusan sesuai dengan nilai dan
norma yang jelas dan berlaku. kekuasaan yang syah untuk melaksanakan peranan sesuai
dengan jabatan untuk mewujudkan harapan-harapan selaras dengan lingkungannya.
4. Tanggung jawab
Dimensi tanggung jawab ini berkaitan dengan sikap mental pegawai/aparat untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai deangan aturan, kewenangan serta kekuasaan
7
yang dimilikinya. Karena otoritas tanpa tanggung jawab akan menimbulkan stagnasi
bagi pencapain tujuan organisasi
5. Sistem reward
Alat penting yang digunakan oleh organisasi untuk membangkitkan motivasi dalam diri
personel dalam bertindak demi mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
6. Sistem kontrol
Proses pengamatan, penentuan standar yang akan dicapai, menilai pelaksanaan, dan
jikBerdasarkan karakteristik dalam perilaku Birokrasi tersebut maka diharapkan
perilaku birokrasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga dapat
mendorong pegawai kearah kemajuan yang lebih baik dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaannya, sehingga pada akhirnya kinerja pegawai menjadi lebih baik.
Istilah birokrasi seringkali dikaitkan dengan organisasi pemerintah, padahal birokrasi
ciptaan Max weber itu bisa terjadi di organisasi pemerintah maupun organisasi non pemerintah.
Di suatu perusahaan birokrasi itu bisa terjadi, birokrasi merupakan sistem untuk mengatur
organisasi yang besar agar diperoleh pengelolaan yang efisien, rasional, dan efektif. Birokrasi
menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh
pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.
8
Peraturan Daerah Kota Manado nomor 08 tahun 2000 tentang Izin Mendirikan Bangunanan
(IMB) ini, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan mendirikan bangunan adalah
pekerjaan mengadakan bangunan seutuhnya atau termasuk pekerjaan menggali, menimbun, dan
meratakan tanah yang berhubungan dengan mengadakan bangunan. Sementara yang dimaksud
Izin mendirikan bangunan merupakan izin yang dierikan oleh pemerintah daerah kepada
orang/badan untuk mendirikan suatu bangunan yang di maksudkan agar di desain dan
dilaksanakan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku, sesuai dengan garis sepadan
bangunan, garis sepadan sungai, garis sepadan pantai dan koefisien dasar bagunan yang
ditetapkan dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan
tersebut.
Izin mendirikan bangunan pada umumnya dibagi menjadi 5 jenis yaitu:
1. IMB, apabila rencana bangunan dinilai telah sesuai dengan ketentuan teknis dan
planologis (tata kota).
2. IMB bersyarat, apabila rencana bangunan dinilai masih perlu adanya penyesuaian teknis.
3. IMB bersyarat sementara, apabila rencana bangunan terletak di daerah perbaikan
kampung dan/atau dibuat dari bahan / material dengan tingkat permanensi sementara.
4. IMB bersyarat sementara berjangka, apabila rencana bangunan berdasarkan penilaian
teknis dan planologis hanya diberikan untuk digunakan dalam jangka waktu terbatas.
5. Izin khusus / keterangan membangun.
Dasar Pengaturan
Permen PUPR No. 05 Tahun 2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung. Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 05/Prt/M/2016
Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91
Tahun 2017Tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha.
9
e. Keadaan bangunan gedung adalah keadaaan bangunan yang memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan sesuai dengan
fungsi yang telah ditetapkan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. (Moleong 2017: 29). Adapun
focus dari penelitian ini adalah melihat perilaku birokrasi yang ada di Dinas Penanaman Modal
Terpadu Satu Pintu Di Kota Tomohon. Kajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007:88), tentang perilaku. Menurutnya berdasarkan bentuk
respons terhadap stimulus maka perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu: Perilaku Tertutup dan
Perilaku Terbuka. Perilaku Tertutup (covert behaviour) Respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tertutup. Respons ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut namun belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan prilaku terbuka
adalah Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata (terbuka) atau
praktik (practice) yang dapat diamati dengan mudah oleh orang lain. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan informan, observasi, serta dokumentasi.
Data yang diperoleh dianalisis dengan tahapan pertama melakukan reduksi data, kemudian
melakukan penyajian data, dan terakhir melakukan penarikan kesimpulan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan Hasil Penelitian Maka dalam pembahasan penelitian ini akan di kaji pada
dua aspek tunggal dalam fokus penelitian dengan landasan kajian teori oleh Notoatmodjo
(2007:88), Berdasarkan bentuk respons terhadap stimulus maka perilaku dibedakan menjadi
dua, yaitu: Prilaku Tertutup dan Prilaku Terbuka. Perilaku Tertutup (covert behaviour) Respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup. Respons ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut namun belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan
prilaku terbuka adalah Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
(terbuka) atau praktik (practice) yang dapat diamati dengan mudah oleh orang lain. Sehingga
pembahasan penelitian ini difokuskan pada dua aspek prilaku yakni prilaku tertutup dan prilaku
terbuka.
A. Perilaku Birokrasi Tertutup
Perilaku merupakan cerminan dari diri kita sendiri. Perilaku adalah segala aktivitas yang
dilakukan manusia yang memiliki bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara,
bereaksi, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007). Banyak para ilmuan menyampaikan pendapatnya
mengenai perilaku diantaranya Maulana tahun 2009 mengatakan “Perilaku seseorang dapat
berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara dua kekuatan di dalam diri seseorang”. Perilaku
merupakan bentuk reaksi dari sebuah rangsangan yang diberikan pada seseorang yang dapat
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri.
Pada konteks pembahasan kali ini maka prilaku yang dilihat adalah mengenai bentuk
respon yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan. Bentuk prilaku yang dimaksud adalah
prilaku pasif atau tertutup. Maksudnya adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan
atau sikap batin dan pengetahuan. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan prilaku birokrasi
maka tentu ada sebuah bentuk respon dari birokrasi yang secara internal organisasi bersifat
tertutup atau tidak bisa diketahui oleh publik.
Uraian diatas akan mengantarkan pembahasan penelitian ini pada prilaku birokrasi
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota Tomohon dalam memberikan
pelayanan izin bangunan. Berdasarkan hasil penelitian maka prilaku tertutup birokrasi pada
penelitian ini adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tomohon
lewat kepala dinas mengatakan mereka dalam memberikan pelayanan izin kepada masyarakat
selalu sebaik mungkin dengan sikap yang ramah serta pelayanan dilakukan dengan inovasi
10
lewat sistem online, akan tetapi juga disampaikan bahwa ada pelayanan yang bersifat terbuka
dan ada yang bersifat tertutup. Namun dinas tidak menjelaskan lebih detail mengenai pelayanan
tertutup yang dimaksud. Jika di lihat berdasarkan keterangan diatas peneliti berpendapat bahwa
prilaku pasif atau tertutup yang dijelaskan oleh dinas di atas adalah mengarah pada sikap atau
respon pelayanan birokrasi secara internal organisasi. Berdasarkan keterangan informan diatas
justru pendapat itu berbeda dengan keterangan yang disampaikan oleh masyarakat, mereka
mengatakan bahwa dalam mengurus izin pembangunan halnya biasa saja bahwa masi ada
keterlambatan dalam mengeluarkan surat izin pembangunan.
Dari keterangan informan di atas baik pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Tomohon dan pihak Masyarak peneliti berpendapat, bahwa prilaku
yang mereka sampaikan adalah lebih mengarah pada standar pelayanan publik secara umum
yakni soal sikap ramah dan penjelasan mengenai mekanisme pembuatan izin pembangunan.
Sedangkan jika peneliti meninjau maksud dari makna teori mengenai prilaku tertutup dimana
dikatakan oleh Notoatmodjo (2007:88), prilaku tertutup adalah Respons ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut namun belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain, maka
pendekatan itu masi terbatas pada kata sikap birokrasi saja.
PENUTUP
Pada aspek Perilaku Birokrasi Tertutup, prilaku pasif atau tertutup Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tomohon adalah mengarah pada sikap atau
respon pelayanan birokrasi secara internal organisasi. Atau birokrasi Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tomohon bersifat umum saja, sedangkan hal-hal yang
bersifat privat tidak bisa dilayani secara umum. Dinas masi melakukan pelayanan izin
pembangunan dengan mekanisme, publik dilayani secara offline dengan sikap yang ramah tetapi
masi terkendala pada terbitnya surat izin yang lamah.
Pada aspek Perilaku Birokrasi Terbuka, dinas dalam memberikan pelaya izin
pembangunan masi mengalami persoalan diantaranya mengenai terbatasnya sumber informasi
SOP, kinerja aparatur yang masi biasa-biasa saja, serta akses menu di portal website dinas masi
terbatas pada menu pengaduan, visi misi dan struktur organisasi, sedangkan jika ditinjau makna
dari prilaku birokrasi terbuka adalah dinas harus memberikan sarana dan prasarana yang
memadai mengenai semua mekanisme jenis perizinan dan dapat di jangkau baik secara online
dan offline oleh publik.
DAFTAR PUSTAKA
Gronroos, Michael, 1990. Perceived Service Quality Model. Published Ohio University Press,
California.
Handayaningrat, Soewarno. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta:
Haji Masagung.
12
Hardiansyah, 2011. Kualitas Pelayanan Publik, disertai dengan konsep, dimensi, indikator, dan
implementasi. Yogyakarta; Gava Media
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja sektor publik. yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta :PT. Bumi Aksara
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
Nugraheni, Hariyanti. 2015. Pengaruh Narsisme dan Job Stressor pada Perilaku Kerja Kontra
Produktif dengan Respon Emosional Negatif (Anger) sebagai Mediator (Studi pada
Karyawan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Area Solo). (Skripsi). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Oktaviana, L. (2014). Hubungan Antara Konformitas Dengan Kecenderungan Perilaku
Bulliying. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta:Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Peter, J.H., 2003. Service Management in Managing The Image. Trisakti University, Jakarta
Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2011. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: BumiAksara.
Supranto. 2006. Mengukur Tingkat Kepuasan Pelanggan atau Konsumen. Jakarta: Rineka Cipta.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Thoha, Miftah (1996). Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Widodo, Joko. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah.Insan Cedekia. Surabaya.
Zeithmal, V.A. & Merry Jo. Bitner, 2000, “Service Marketing”. 2 nd editions, New York: Mc Graw
Hill.
Sumber Lain:
- Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
- Undang-Undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
- Undang-Undang no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
- PP no. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
- Undang-Undang no. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
13