Anda di halaman 1dari 26

MAL ADMINISTRASI

PENGERTIAN
Maladministration is political term which describes the action of
government body that can be seen as causing an injustice.

Maladministrasi mencakup perilaku aparat :


1. Penundaan berlarut dalam pelayanan (undue delay)
2. Penyimpangan/kesalahan dalam mengambil suatu tindakan (tidak
Proporsional)
3. Penyimpangan/kesalahan dalam prosedur
4. Kesalahan menyajikan informasi/penjelasan
5. Tata kelola pencatatan/pengarsipan yang tidak memadai
6. Kesalahan dalam melakukan investigasi
7. Kesalahan dalam menanggapi persoalan
8. Komunikasi yang tidak memadai
9. Gagal/tidak memenuhi janji/komitmen
2
Bentuk-Bentuk Maladministrasi
a. Mis Conduct yaitu melakukan sesuatu di kantor yang bertentangan
dengan kepentingan kantor.
b. Deceitful practice yaitu praktek-praktek kebohongan, tidak jujur
terhadap publik. Masyarakat disuguhi informasi yang menjebak,
informasi yang tidak sebenarnya, untuk kepentingan birokrat.
c. Korupsi yang terjadi karena penyalahgunaan wewenang yang
dimilikinya, termasuk didalamnya mempergunakan kewenangan
untuk tujuan lain dari tujuan pemberian kewenangan, dan dengan
tindakan tersebut untuk kepentingan memperkaya dirinya, orang
lain kelompok maupun korporasi yang merugikan keuangan
negara.
d. Defective Policy Implementation yaitu kebijakan yang tidak berakhir
dengan implementasi. Keputusan-keputusan atau komitmen-
komitmen politik hanya berhenti sampai pembahasan undang-
undang atau pengesahan undang-undang, tetapi tidak sampai
ditindak lanjuti menjadi kenyataan.
e. Bureaupathologis adalah penyakit-penyakit birokrasi.
Macam-Macam Penyakit Birokrasi
(Bureaupathologis)
a.Indecision yaitu tidak adanya keputusan yang jelas atas suatu kasus. Suatu kasus yang
pernah terjadi dibiarkan mengambang, tanpa ada keputusan akhir yang jelas.
b.Red Tape yaitu penyakit birokrasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan yang
berbelit-belit, memakan waktu lama, meski sebenarnya bisa diselesaikan secara singkat.
c.Cicumloution yaitu Penyakit para birokrat yang terbiasa menggunakan katakata terlalu
banyak. Kadang-kadang banyak kata-kata kontroversi antar elit yang sifatnya bisa
membingungkan masyarakat.
d.Rigidity yaitu penyakit birokrasi yang sifatnya kaku. Ini efek dari model pemisahan dan
impersonality dari karakter birokrasi itu sendiri. Penyakit ini nampak,dalam pelayanan
birokrasi yang kaku, tidak fleksibel, yang pokoknya baku menurut aturan, tanpa melihat
kasus-perkasus.
e.Psycophancy yaitu kecenderungan penyakit birokrat untuk menjilat pada atasannya. Ada
gejala Asal Bapak senang. Kecenderungan birokrat melayani individu atasannya, bukan
melayani publik dan hati nurani. Gejala ini bisa juga dikatakan loyalitas pada individu, bukan
loyalitas pada publik.
f. Over staffing yaitu Gejala penyakit dalam birokrasi dalam bentuk pembengkakan staf. Terlalu
banyak staf sehingga mengurangi efisiensi.
g.Paperasserie adalah kecenderungan birokrasi menggunakan banyak kertas, banyak formulir-
formulir, banyak laporan-laporan, tetapi tidak pernah dipergunakan sebagaimana mestinya
fungsinya.
h.Defective accounting yaitu pemeriksaan keuangan yang cacat. Artinya pelaporan keuangan
tidak sebagaiamana mestinya, ada pelaporan keuangan ganda untuk kepentingan
mengelabuhi. Biasanya kesalahan dalam keuangan ini adalah mark up proyek keuangan.
Bentuk Maladministrasi oleh birokrat
1.Ketidak jujuran (dishonesty) : berbagai tindakan ketidak jujuran antara lain:
menggunakan barang publik untuk kepentingan pribadi, menerima uang dll.
2.Perilaku yang buruk (unethical behavior) : tindakan yang mungkin tidak bersalah
secara hukum, tetapi melanggar etika sebagai administrator.
3.Mengabaikan hukum (disregard of law), tindakan menyepelekan hukum untuk
kepentingan dirinya sendiri, atau kepentingan kelompoknya.
4.Favoritisme dalam menafsirkan hukum, tindakan menafsirkan hukum untuk
kepentingan kelompok, dan cenderung memilih penerapan hukum yang
menguntungkan kelompoknya.
5.Perlakuan yang tidak adil terhadap pegawai : tindakan pimpinan kepada
bawahannya berdasarkan faktor like and dislike, Yaitu orang yg disenangi
cenderung mendapatkan fasilitas lebih, meski prestasinya tidak bAgus, dan orang
yang tidak disenangi cenderung diperlakukan terbatas.
6.Inefisiensi bruto (gross inefficiency) : kecenderungan memboroskan keuangan
negara.
7.Menutup-nutupi kesalahan, kecenderungan menutupi kesalahan dirinya dan
bawahan, serta menolak di liput kesalahannya.
8.Gagal menunjukkan inisiatif, kecenderungan tidak berinisiatif tetapi menunggu
perintah dari atas, meski secara peraturan memungkinkan dia untuk bertindak atau
mengambil inisiatif kebijakan.
Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang Baik
berdasarkan UU Nomor 28/1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

1. Asas Kepastian Hukum


2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara
3. Asas Kepentingan Umum
4. Asas Keterbukaan
5. Asas Proporsionalitas
6. Asas Profesionalitas
7. Asas Akuntabilitas
Maladministrasi
(berdasarkan UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI)

Melawan Hukum

Melampaui Wewenang
Menimbulkan
Prilaku/perbuatan kerugian
Menggunakan Wewenang
Penyelenggara materil/immateril
untuk tujuan lain dari
Negara dan bagi masyarakat
tujuan tersebut
Pemerintahan dan/atau
perorangan
Kelalaian

Pengabaian Kewajiban
Hukum
7
Pelayanan Publik, Maladministrasi, dan Korupsi

TAP MPR No.VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberanta


san KKN, a.l. merekomendasikan: - Pembentukan KPK melalui UU,
- Pembentukan Ombudsman melalui UU

Korupsi
Pelayanan
Publik

Maladministrasi
8
Pelayanan Publik, Maladministrasi, dan Korupsi

• Pelayanan publik adalah Entry Point untuk terjadinya korupsi

• Maladministrasi adalah perilaku koruptif yang meskipun tidak


merugikan negara tetapi merugikan masyarakat/perseorangan

• Mengawasi pelayanan publik mencegah maladministrasi


 mencegah korupsi

• Penindakan / penegakan hukum terhadap korupsi tidak akan


efektif tanpa upaya pencegahan terhadap korupsi melalui
pengawasan terhadap pelayanan publik

9
Ombudsman, Pelayanan Publik,
Maladministrasi
dan Korupsi
Ombudsman RI

mencegah mengawasi mencegah

Maladministrasi Pelayanan Publik Korupsi

memberantas/menindak
(law enforcement)

Polri/Kejaksaan/KPK
10
Eksistensi Ombudsman di Indonesia
- Tahun 2000 – 2008 : Komisi Ombudsman Nasional (KON)
Dasar : Kepres No. 44 Tahun 2000 tentang
Komisi Ombudsman Nasional adalah lembaga
pengawasan masyarakat yang berasaskan Pancasila
dan bersifat mandiri.

- Tahun 2008 – sekarang : Ombudsman Republik Indonesia (ORI)


Dasar : UU No 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman RI sebagai lembaga negera yang mengawasi
penyenggara pelayanan publik

11
Landasan Filosofis Ombudsman RI
1. Upaya menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan
efisien
2. Meningkatkan kesejahteraan, menciptakan keadilan dan
kepastian hukum
3. Pelayanan dan penegakan hukum merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam penyelenggaraan negara
4. Pengawasan pelayanan oleh penyelenggara
negara/pemerintahan merupakan unsur penting dalam
upaya menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan
efisien
5. Mewujudkan aparatur penyelenggara negara dan
pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, bersih, terbuka dan
bebas KKN.
12
TUGAS OMBUDSMAN
(Pasal 7 UU 37/2008)

a. Menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam


penyelenggaraan pelayanan publik;
b. Melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
c. Menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan Ombudsman;
d. Melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara
atau lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga
kemasyarakatan dan perseorangan;
f. Membangun jaringan kerja;
g. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; dan
h. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.
Penguatan Eksistensi Ombudsman berdasarkan
UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI

1. Pemberian eksklusifitas terhadap Ombudsman (Psl 46)


2. Penambahan kewenangan Ombudsman untuk menyelesaikan
laporan masyarakat melalui mediasi dan konsiliasi atas
permintaan para pihak (Psl. 8 ayat (1) huruf e)
3. Pemberian kewenangan untuk melakukan pemeriksaan
lapangan ke objek pelayanan publik yang dilaporkan tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu (Pasal 34)
4. Pemberian dua macam hak eksklusif kepada Ombudsman
dalam menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya yaitu hak
imunitas dan upaya pemaggilan paksa/soebpoena power (Psl.
31)
5. Kewajiban untuk melaksanakan Rekomendasi ORI (Pasal 38)
6. Kewenangan melakukan konsiliasi dan mediasi (Pasal 8)
14
Penguatan eksistensi Ombudsman berdasarkan
UU Nomor 25/2009 tentang Pelayanan Publik
1. Mempertegas serta memperjelas fungsi, tugas dan
kedudukan ORI (Pasal 18 dan Pasal 46)

2. Menambah kewenangan ORI untuk melakukan ajudikasi


dalam hal penyelesaian ganti rugi.
(Pasal 50. Penyelesaian sengketa pelayanan publik yang di
putus oleh ORI)

3. Penguatan kelembagaan Ombudsman Republik Indonesia


dengan membentuk Perwakilan Ombudsman di Daerah yang
bersifat hierarkis untuk mendukung tugas dan fungsi
Ombudsman (Pasal 46 ayat 3 dan ayat 4)
15
Wewenang Ombudsman
A. Terkait dengan laporan
 Meminta keterangan pihak-pihak yang terkait dengan
laporan
 Memeriksa dokumen terkait
 Meminta klarifikasi, salinan, copy atau dokumen lain pada
instansi penyelenggara negara
 Melakukan pemanggilan
 Melakukan mediasi, konsiliasi atas permintaan para pihak
 Membuat rekomendasi mengenai penyelesaian laporan,
ganti rugi dan/rehabilitasi
 Mengumumkan hasil temuan, kesimpulan dan
rekomendasi.
16
B. Terkait dengan tugas lain
 Memberi saran kepada Presiden, Pimpinan
Penyelenggara Negara, Kepala Daerah guna perbaikan
dan penyempurnaan organisasi dan/pelayanan publik
 Memberi saran kepada DPR, Presiden, DPRD, Kepala
Daerah agar terhadap undang-undang dan peraturan
perundangan dilakukan perubahan untuk mencegah
maladministrasi

17
HAK KHUSUS OMBUDSMAN
Imunitas
• Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Ombudsman tidak dapat ditangkap,
ditahan, diinterogasi, dituntut atau digugat di muka Pengadilan (Pasal 10 UU No.
37 Tahun 2008)

Larangan
• Ombudsman dilarang mencampuri kebebasan Hakim dalam
memberikan putusan (Pasal 9 UU No. 37 Tahun 2008)

Eklusifitas
• Pemeriksaan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (Pasal 34 UU No. 37 Tahun
2008)
• Pemanggilan paksa (Pasal 31 UU No. 37 Tahun 2008)

18
Dalam Melaksanakan Fungsi dan Wewenang Mengawasi
Pelayanan Publik, Ombudsman RI melakukan beberapa tugas
pokok yaitu :

- Menerima dan menyelesaikan


laporan/pengaduan masyarakat
- Investigasi atas prakarsa sendiri (own motion
investigation) disebut juga systemic
investigation
- Supervisi terhadap penyelenggaraan
pelayanan publik

19
UU NO. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Pelayanan Publik
• Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang -
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Pasal 1 ayat (1)

Penyelenggara
Pelayanan publik
Setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undang - undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pasal 1 ayat (2)
20
UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Pengawasan Penyelenggaraan
Pelayanan Publik

Pasal 35
(1) Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh
pengawas internal dan pengawas eksternal.
(2) Pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan
melalui:
a. pengawasan oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
b. pengawasan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

21
(3) Pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan publik
dilakukan melalui:
a. pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau
pengaduan masyarakat dalampenyelenggaraan
pelayanan publik;
b. pengawasan oleh ombudsman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
c. pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota.

22
Prinsip Pemeriksaan Ombudsman
a. Prinsip : Independen, non diskriminasi, tidak memihak, tanpa biaya
b. Mendengarkan para pihak dan mempermudah pelapor menyampaikan
penjelasan
c. Menjaga kerahasiaan kecuali kepentingan umum
d. Menjaga kerahasiaan tidak gugur meskipun Ombudsman telah berhenti

23
Rekomendasi Ombudsman

• Rekomendasi adalah kesimpulan, pendapat, dan saran yang disusun berdasarkan


hasil investigasi Ombudsman kepada atasan Terlapor untuk dilaksanakan dan/atau
ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan mutu penyelenggaraan administrasi
pemerintahan yang baik (Pasal 1 angka 7 UU No. 37 Tahun 2008)
• Kewajiban Terlapor dan Atasan Terlapor (Pasal 38 UU No. 37 Tahun 2008) Terlapor
Wajib melaksanakan rekomendasi Ombudsman
1. Atasan Terlapor wajib melaporkan kepada Ombudsman pelaksanaan rekomendasi
serta hasil pemeriksaannya dalam waktu paling lambat 60 hari setelah diterimanya
rekomendasi
2. Ombudsman dapat meminta keterangan Terlapor dan/ Atasan Terlapor serta
melakukan pemeriksaan lapangan untuk memastikan pelaksanaan rekomendasi
3. Jika rekomendasi tidak dilaksanakan atau hanya melaksanakan sebagian maka
Ombudsman dapat mempublikasikan Atasan Terlapor dan menyampaikan laporan
kepada DPR serta Presiden

24
Sanksi
1. Terlapor dan Atasan Terlapor yang melanggar kewajiban melaksanakan
rekomendasi dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan yang
berlaku
2. Dipublikasikan secara luas untuk diketahui masyarakat bilamana
rekomendasi Ombudsman tidak dijalani
3. Laporan kepada Presiden dan DPR

Ketentuan Pidana
• Orang yang menghalangi Ombudsman dalam melakukan pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pasal 28 dipidana penjara paling lama 2 tahun
atau denda paling banyak 1 milyar rupiah (Pasal 44 UU No. 37 Tahun
2008)

25
Perbaikan Sistem Pelayanan Publik
• Ombudsman menyampaikan saran/masukan kepada Presiden, Kepala
Daerah atau Pimpinan Penyelenggaraan Negara lainnya guna perbaikan
dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik.
• Menyampaikan saran kepada DPR, Presiden atau DPRD/Kepala Daerah
agar terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan
lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah maladministrasi.
• (Pasal 8 ayat 2 UU No. 37 tahun 2008)

26

Anda mungkin juga menyukai