Salah satu substansi atau materi dari Hukum Tata Negara adalah terkait
dengan lembaga-lembaga negara, baik dari tingkat nasional maupun daerah. Apabila
ditinjau dari konsep Trias Politica nya Montesquieu, terdapat 3 cabang kekuasaan
dalam sistem pemerintahan, yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Kekuasaan
Eksekutif memiliki fungsi untuk menjalankan peraturan perundang-undangan,
Kekuasaan Legislatif memiliki fungsi membuat peraturan perundang-undangan,
sedangkan Kekuasaan Yudikatif adalah untuk mengadili atas pelanggaran peraturan
perundang-undangan.
Ombudsman adalah salah satu lembaga negara yang ada di Indonesia, dasar
hukum dari Ombudsman adalah melalui Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia. Definisi resmi menurut UU No. 37 Tahun 2008,
Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara ,
Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Usaha Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, hal ini sesuai dengan
Pasal 1 Angka 1. Pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman terhadap
penyelenggaraan negara dan pemerintahan menjadi unsur penting dalam upaya
menciptakan Good Governance dan mencapai Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik.
Sejarah dari Ombudsman sendiri bermula dan lahir di Negara Swedia sebagai
sebuah institusi pengawasan, namun secara fungsi, ada yang lebih dulu dan tugas
dan fungsinya hampir sama dengan Ombudsman, yaitu Tribulan Plebis di zaman
Romawi, tugas yaitu melindungi hak masyarakat lemah dan penyalahgunaan
kekuasaan oleh para bangsawan. Dalam sistem ketatanegaraan Islam, menurut
Dean M. Gottehrer, tugas dan fungsi Ombudsman secara kelembagaan lebih dulu
dan pertama kali dikenal, yaitu berakar pada prinsip-prinsip keadilan yang menjadi
bagian dari mekanisme pengawasan dalam sistem ketatanegaraan Islam tersebut,
yaitu pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, memposisikan diri sebagai
Muhtasib, yaitu orang yang menerima keluhan dan juga menjadi mediator dalam
mengupayakan proses penyelesaian perselisihan antara masyarakat dengan pejabat
pemerintah. Muhtasib dilakukan secara langsung oleh Khalifah Umar bin Khattab
dengan cara mendengar secara langsung keluhan dari rakyat, hingga kemudian
Khalifah Umar bin Khattab membentuk lembaga Qadi Al-Quadat (Ketua Hakim
Agung) dengan tugas khusus melindungi warga masyarakat dari tindakan
sewenang-wenang dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat pemerintah
Terkait dengan fungsi, tugas dan wewenang yang telah diatributifkan kepada
Ombudsman Republik Indonesia, tentu memiliki beberapa tantangan dalam
menerapakan fungsi, tugas dan wewenangnya tersebut, terlebih lagi dengan adanya
bencana pandemi covid-19 yang tengah melanda seluruh dunia, khususnya
Indonesia, sehingga mengakibatkan juga bagaimana peran para pengawas eksternal
terkait dengan penyelenggaraan negara atau pemerintahan, yaitu Masyarakat,
Ombudsman dan DPR. Khususnya Ombudsman, peran nya dalam mengawasi
pengawasan terhadpa penyelenggaraan negara atau pemerintahan, yaitu pelayanan
publik, telah melakukan berbagai rekomendasi dan saran kepada pemerintah,
karena wewenang dari Ombudsman hanya sebatas memberikan rekomendasi.
Contohnya dari Ombudsman Perwakilan Kalimantan Selatan, ada begitu banyak
laporan yang masuk ke Ombudsman Perwakilan Kalsel, lebih banyak terhadap
Bansos terkait Covid-191
1
https://www.ombudsman.go.id/perwakilan/news/r/pwk--masa-pandemi-kalsel-ombudsman-kalsel-catat-
banyak-pengaduan-masyarakat