Anda di halaman 1dari 3

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Muhammad Ihsan Firdaus


202110380211016

Salah satu substansi atau materi dari Hukum Tata Negara adalah terkait
dengan lembaga-lembaga negara, baik dari tingkat nasional maupun daerah. Apabila
ditinjau dari konsep Trias Politica nya Montesquieu, terdapat 3 cabang kekuasaan
dalam sistem pemerintahan, yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Kekuasaan
Eksekutif memiliki fungsi untuk menjalankan peraturan perundang-undangan,
Kekuasaan Legislatif memiliki fungsi membuat peraturan perundang-undangan,
sedangkan Kekuasaan Yudikatif adalah untuk mengadili atas pelanggaran peraturan
perundang-undangan.

Ombudsman adalah salah satu lembaga negara yang ada di Indonesia, dasar
hukum dari Ombudsman adalah melalui Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia. Definisi resmi menurut UU No. 37 Tahun 2008,
Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara ,
Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Usaha Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, hal ini sesuai dengan
Pasal 1 Angka 1. Pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman terhadap
penyelenggaraan negara dan pemerintahan menjadi unsur penting dalam upaya
menciptakan Good Governance dan mencapai Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik.

Sejarah dari Ombudsman sendiri bermula dan lahir di Negara Swedia sebagai
sebuah institusi pengawasan, namun secara fungsi, ada yang lebih dulu dan tugas
dan fungsinya hampir sama dengan Ombudsman, yaitu Tribulan Plebis di zaman
Romawi, tugas yaitu melindungi hak masyarakat lemah dan penyalahgunaan
kekuasaan oleh para bangsawan. Dalam sistem ketatanegaraan Islam, menurut
Dean M. Gottehrer, tugas dan fungsi Ombudsman secara kelembagaan lebih dulu
dan pertama kali dikenal, yaitu berakar pada prinsip-prinsip keadilan yang menjadi
bagian dari mekanisme pengawasan dalam sistem ketatanegaraan Islam tersebut,
yaitu pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, memposisikan diri sebagai
Muhtasib, yaitu orang yang menerima keluhan dan juga menjadi mediator dalam
mengupayakan proses penyelesaian perselisihan antara masyarakat dengan pejabat
pemerintah. Muhtasib dilakukan secara langsung oleh Khalifah Umar bin Khattab
dengan cara mendengar secara langsung keluhan dari rakyat, hingga kemudian
Khalifah Umar bin Khattab membentuk lembaga Qadi Al-Quadat (Ketua Hakim
Agung) dengan tugas khusus melindungi warga masyarakat dari tindakan
sewenang-wenang dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat pemerintah

Ombudsman Republik Indonesia sendiri merupakan lembaga negara yang


bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan
instansi pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenanganya
bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya. Berdasarkan Bab IV tentang Fungsi,
Tugas dan Kewenangan dalam UU No. 37 Tahun 2008, Fungsi Ombudsman adalah
mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
Penyelenggara Negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah termasuk
yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu (Pasal 6).

Sedangkan Tugas Ombudsman adalah menerima laporan atas dugaan


maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; melakukan pemeriksaan
substansi atas laporan; menindaklanjuti laporan yang tercakup dalam ruang lingkup
kewenangan ombudsman; melakukan investigasi atas Prakarsa sendiri terhadap
dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; melakukan
koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan
lainnya serta lembaga lembaga kemasyarakatan dan perseorangan; membangun
jaringan kerja; melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; dan melakukan tugas lain yang diberikan oleh
undang-undang (Pasal 7).

Pelayanan Publik sendiri menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik adalah Kegiatan atau Rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan SDM yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Sehingga pengawas dari Penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan dari ruang
lingkup eksternal adalah Lembaga Negara Ombudsman.

Wewenang dari Ombudsman sendiri adalah untuk menjalankan fungsi dan


tugas dari Ombudsman, yaitu meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari
Pelapor, Terlapor, atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan
kepada Ombudsman; memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain
yang ada pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu
Laporan; meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang
diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;
melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait
dengan Laporan; menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas
permintaan para pihak; membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan,
termasuk Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada
pihak yang dirugikan; demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan,
kesimpulan, dan Rekomendasi. (Pasal 8 Ayat (1) huruf a-g).

Selain daripada itu, wewenang dari Ombudsman juga adalah menyampaikan


saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara lainnya
guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik;
menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap undang-undang
dan peraturan perundang-undangan lainnya diadakan perubahan dalam rangka
mencegah Maladministrasi (Pasal 8 Ayat (2) huruf a-b). Dalam melaksanakan
kewenangannya tersebut, Ombudsman dilarang mencampuri kebebasan hakim
dalam memberikan putusan dan dalam rangka pelaksanaan tugas dan
wewenangnya, Ombudsman tidak dapat ditangkap, ditahan, diinterogasi, dituntut,
atau digugat di muka pengadilan.

Terkait dengan fungsi, tugas dan wewenang yang telah diatributifkan kepada
Ombudsman Republik Indonesia, tentu memiliki beberapa tantangan dalam
menerapakan fungsi, tugas dan wewenangnya tersebut, terlebih lagi dengan adanya
bencana pandemi covid-19 yang tengah melanda seluruh dunia, khususnya
Indonesia, sehingga mengakibatkan juga bagaimana peran para pengawas eksternal
terkait dengan penyelenggaraan negara atau pemerintahan, yaitu Masyarakat,
Ombudsman dan DPR. Khususnya Ombudsman, peran nya dalam mengawasi
pengawasan terhadpa penyelenggaraan negara atau pemerintahan, yaitu pelayanan
publik, telah melakukan berbagai rekomendasi dan saran kepada pemerintah,
karena wewenang dari Ombudsman hanya sebatas memberikan rekomendasi.
Contohnya dari Ombudsman Perwakilan Kalimantan Selatan, ada begitu banyak
laporan yang masuk ke Ombudsman Perwakilan Kalsel, lebih banyak terhadap
Bansos terkait Covid-191

1
https://www.ombudsman.go.id/perwakilan/news/r/pwk--masa-pandemi-kalsel-ombudsman-kalsel-catat-
banyak-pengaduan-masyarakat

Anda mungkin juga menyukai