Anda di halaman 1dari 10

Vanessa Sherly Aprillia // 6052101035

MINDMAP & NARASI


KOMNAS HAM DAN OMBUDSMAN
Keterangan :

Komnas HAM menurut UU no 39 tahun 1999 tentang Ham :

Pasal 1 angka 7 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia adalah lembaga


mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya yang
berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan
mediasi hak asasi manusia.

Banyaknya kasus-kasus mengenai pelanggaran Hak Asasi Manusia serta


kepedulian pemerintah maka mulai muncul sebuah Komisi yang mengatur
mengenai Hak Asasi Manusia. Pada awalnya, Komnas HAM didirikan
dengan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia tepatnya 7 juni 1993. Sejak 1999 keberadaan
Komnas HAM berada dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM yang dalam UU tersebut juga menetapkan keberadaan, tujuan, fungsi,
keanggotaan, asas, kelengkapan serta tugas dan wewenang dari Komnas HAM
itu sendiri.

Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, Komnas HAM memiliki


wewenang untuk melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi
manusia yang berat dan juga ringan yang dipertegas dengan dikeluarkannya
UU No. 26 Tahun 2000 tantang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan
UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM , Komnas HAM merupakan
lembaga yang memiliki fungsi dan wewenang untuk menyelidiki pelanggaran
HAM berat. Dalam melakukan penyelidikan Komnas HAM bisa membentuk
sebuah tim ad hoc yang terdiri atas Komnas HAM dan masyarakat.

Komnas HAM berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008


tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, Mendapat kewenangan
tambahan untuk melakukan pengaeasan terkait kasus atau masalah mengenai
HAM. Pengawasan yang dimaksud merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Komnas HAM bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan
pemerintah bisa pusat atau daerah yang dilakukan secara berkala atau insidentil
dengan cara memantau, mencari dan mengumpulkan fakta, serta menilai yang
bertujuan untuk mencari serta menemukan ada atau tidaknya tindakan
diskriminasi ras dan etnis yang diusut dengan rekomendasi. Komnas HAM
sejak didirikan pada 7 Juni 1993, telah mengalami enam kali periodisasi
keanggotaan, yaitu 1993-1998, 1998-2002, 2002-2007, 2007-2012, 2012-2017,
dan 2017-2022.

 Menurut UU no 39 tahun 1999 Tentang HAM pada pasal 78 (1) Komnas


HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari : a. sidang paripurna;
dan b. sub komisi.

(2) Komnas HAM mempunyai sebuah Sekretariat Jenderal sebagai unsur


pelayanan.

Pasal 79 (1) Sidang Paripurna adalah pemegang kekuasaan tertinggi Komnas


HAM.

(2) Sidang Paripurna terdiri dari seluruh anggota Komnas HAM.

(3) Sidang Paripurna menetapkan Peraturan Tata Tertib, Program Kerja, dan
Mekanisme Kerja Komnas HAM.

 Menurut UU no 39 tahun 1999 tentang Pasal 82 Ketentuan mengenai


Sidang Paripurna dan Sub Komisi ditetapkan lebih lanjut dalam
Peraturan Tata Tertib Komnas HAM.

Dapat dipahami bahwa Komnas HAM dalam mengambil keputusan-keputusan


atau dalam pengangkatan anggota dan kepentingan lainnya harus dilakukan
melalui siding paripurna. Serta Komnas HAM juga memiliki tata tertib sendiri
seperti yang disebut pada pasal 86 dan 88 yang tujuannya untuk mengatur
anggota-anggotanya.

 Tata cara untuk pengaduan ke Komnas HAM mengenai masalah


pelanggaran HAM atau sejenisnya :

Pasal 90 (1) Setiap orang dan atau sekelompok orang yang memiliki
alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar dapat mengajukan laporan
dan pengaduan lisan atau tertulis pada Komnas HAM. (2) Pengaduan hanya
akan mendapatkan pelayanan apabila disertai dengan identitas pengadu yang
benar dan keterangan atau bukti awal yang jelas tentang materi yang
diadukan. (3) Dalam hal pengaduan dilakukan oleh pihak lain, maka
pengaduan harus disertai dengan persetujuan dari pihak yang hak asasinya
dilanggar sebagai korban, kecuali untuk pelanggaran hak asasi manusia
tertentu berdasarkan pertimbangan Komnas HAM. (4) Pengaduan
pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
meliputi pula pengaduan melalui perwakilan mengenai pelanggaran hak
asasi manusia yang dialami oleh kelompok masyarakat.

Pasal 91 (1) Pemeriksaan atas pengaduan kepada Komnas HAM tidak


dilakukan dihentikan apabila: a. tidak memiliki bukti awal yang memadai; b.
materi pengaduan bukan masalah pelanggaran hak asasi manusia; c.
pengaduan diajukan dengan itikad buruk atau ternyata tidak ada
kesungguhan dari pengadu; d. terdapat upaya hukum yang lebih efektif bagi
penyelesaian materi pengaduan; atau e. sedang berlangsung penyelesaian
melalui upaya hukum yang tersedia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 93 Pemeriksaan pelanggaran hak asasi manusia dilakukan secara
tertutup, kecuali ditentukan lain oleh Komnas HAM.

Pasal 95 Apabila seseorang yang dipanggil tidak datang menghadap atau


menolak memberikan keterangannya, Komnas HAM dapat meminta bantuan
Ketua Pengadilan untuk pemenuhan panggilan secara paksa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA
 Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Hak Asasi Manusia Nomor
39. Jakarta: Komnas HAM.
 Webside online resmi Komnas HAM Indonesia
https://www.komnasham.go.id/
 Undang-Undang No 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM
Ombudsman Republik Indonesia menurut Pasal 1 UU no 37 tahun 2008
merupakan lembaga Negara yang mempunyai kewenangan mengawasi
Penyelenggaraan Pelayanan Publik baik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh
Badan Usaha Miliki Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum
milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan/atau anggran
pendapatan dan belanja daerah. Jadi anggaran yang digunakan ombudsman ini
dari APBN atau APBD.
Pada pasal 2 UU no 37 tahun 2008 menyatakan bahwa Ombudsman merupakan
sebuah Lembaga Negara yang sifatnya mandiri dan tidak memiliki hubungan
organik dengan Lembaga Negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan
lainnya.

Pasal 3 UU no 37 tahun 2008 Ombudsman dalam menjalankan tugas dan


wewenangnya berasaskan

1. Kepatutan
2. Keadilan
3. Non-diskriminasi
4. Tidak memihak
5. Akuntabilitas
6. Keseimbangan
7. Keterbukaan dan
8. Kerahasiaan

Jadi dalam menjalankan tugas serta wewenangnya tindakan yang diperbuat


atau keputusan yang dibuat oleh Lembaga ombudsman ini harus sesuai
asasnya sehingga tindakan-tindakannya tidak melenceng atau berada pada
jalur yang tepat sesuai dengan tugas,fungsi serta wewenangnya.

Menurut UU no 37 tahun 2008 mengenai,fungsi, tugas dan wewenang


ombudsman terdiri dari :

Pasal 6 Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan


publik yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan
baik di pusat maupun di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik
Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu.

Pasal 7 Ombudsman bertugas:a. menerima Laporan atas dugaan


Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

b. melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;

c. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan


Ombudsman;

d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan


Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

e. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau


lembaga pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan
perseorangan;

f. membangun jaringan kerja;

g. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan


pelayanan publik; dan h. melakukan tugas lain yang diberikan oleh
undangundang.

Wewenangnya diatur dalam Pasal 8 (1) Dalam menjalankan fungsi dan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, Ombudsman berwenang:
a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor,
atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada
Ombudsman; b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain
yang ada pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran
suatu Laporan; c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi
dokumen yang diperlukan dari instansi mana pun untuk pemeriksaan
Laporan dari instansi Terlapor; d. melakukan pemanggilan terhadap Pelapor,
Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan Laporan; e. menyelesaikan
laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak; f.
membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk
Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak
yang dirugikan; g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan,
kesimpulan, dan Rekomendasi. (2) Selain wewenang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Ombudsman berwenang: a. menyampaikan saran kepada
Presiden, kepala daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara lainnya guna
perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan
publik; b. menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar
terhadap undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya
diadakan perubahan dalam rangka mencegah Maladministrasi.

Pasal 9 Dalam melaksanakan kewenangannya, Ombudsman dilarang


mencampuri kebebasan hakim dalam memberikan putusan, walaupun
ombudsman memiliki beberapa wewenang namun dalam pengambilan
keputusan dilakukan oleh hakim tanpa boleh dicampurtangani oleh Lembaga
itu.

Hubungan dengan lembaga negara lain :

 Presiden : Pasal 8 bahwa ombudsman bisa menyampaikan saran ke


presiden, Pasal 12 Sekjen Ombudsman diberhentikan atau diangkat oleh
presiden, Pasal 13 Presiden pembuat perpres yang mengatur mengenai
ombudsman. Pasal 14 presiden mengusulkan anggota,ketua,wakil
Ombudsman.
 DPR : Pasal 14 anggota yang di usulkan akan dipilih oleh DPR. Pasal 8
ayat 2 ombudsman juga berwenang memberi saran ke DPR.
Jadi untuk keanggotaan ombudsman ini dipilih, diusulkan, diberhentikan
oleh presiden dan juga DPR.

Latar belakang munculnya Lembaga Ombudsman :

 pembentukan lembaga Ombudsman sebagai respon terhadap tuntutan


rakyat yang tertuang dalam Agenda Reformasi Tahun 1998, yaitu untuk
melindungi hak-hak warga negara
 Dibentuk pada pemerintahan Gus Dur pada tanggal 10 Maret 2000
melalui Keputusan Presiden No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi
Ombudsman Nasional.
 Ombudsman berperan untuk menjamin institusi publik dan birokrasi
mematuhi hukum dan regulasi, serta menjadi wakil (ombud) dalam
membela hak dan kepentingan warga negara berhadapan dengan institusi
publik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA :

 UU NO 37 TAHUN 2008
 https://ombudsman.go.id/

Anda mungkin juga menyukai