Anda di halaman 1dari 31

Materi Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) CPNS Formasi Analis Sengketa Peradilan

A.ASN dan HAN


1. Analis sengketa / perkara peradilan melakukan analisis dan penelaahan dalam rangka
penyusunan rekomendasi di bidang sengketa peradilan (Keputusan Sekretaris Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 801 Tahun 2018 Tentang Penetapan Nomenklatur
Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Mahkamah Agung Dan
Badan Peradilan Di Bawahnya)

2. Undang-undang ASN nomor 5 tahun 2014

3. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS (terbaru), sebelumnya
Nomor 54 Tahun 2010

4. Komisi ASN = penegak kode etik ASN

5. Lembaga Administrasi Negara (LAN) = bidang pendidikan dan pelatihan ASN

6. Badan Kepegawaian Negara (BKN) = manajemen ASN

7. Integritas = kepatuhan pada peraturan perundang-undangan, kerjasama, dan pengabdian

8. Moralitas = pengamalan nilai etika agama, budaya, dan kemasyarakatan

9. Kompetensi = skill (keterampilan) + knowledge (pengetahuan) + personal atributes

10. Zona Integritas = sebutan / predikat yang diberikan pada kementrian / lembaga dan
pemda yang pimpinan dan jajarannya mempunya niat (komitmen) untuk mewujudkan
WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan korupsi, reformasi birokrasi, dan
peningkatan kualitas pelayanan publik

11. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) = suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar
manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM,
penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas (sederhana: predikat lebih tinggi dari
Zona Integritas)

12. Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) = penguatan kualitas pelayanan publik
(sederhana: lebih tinggi dari WBK)
13. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

14. Asas-asas dalam undang-undang administrasi pemerintahan:

a. Asas legalitas
1) Mengedepankan dasar hukum
2) Badan atau pejabat pemerintahan yang menerbitkan keputusan atau tindakan
harus badan atau pejabat pemerintahan yang berwenang
3) Badan atau pejabat pemerintahan yang menggunakan wewenang wajib
berdasarkan perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik
4) Badan atau pejabat pemerintahan dilarang menyalahgunakan wewenang
b. Perlindungan HAM
1) Tidak boleh melanggar hak-hak dasar masyarakat
c. Asas-asas umum pemerintahan yang baik (8)
1) Kepastian hukum
2) Kemanfaatan
3) Ketidakberpihakan
4) Kecermatan
5) Tidak menyalahgunakan wewenang
6) Keterbukaan
7) Kepentingan umum
8) Pelayanan yang baik
9) Asas-asas umum pemerintahan yang baik lain sepanjang dijadikan dasar penilaian
hakim dalam putusan

15. Bentuk upaya administrasi:


a. Banding administrasi, bila dilakukan oleh instansi lain dari yang mengeluarkan
KTUN. Misalnya majelis pertimbangan pajak untuk banding administrasi
perpajakan.
b. Keberatan, bila dilakukan sendiri oleh instansi yang mengeluarkan KTUN.

16. Beda pengujian dalam peradilan tata usaha negara dengan pengujian dalam upaya
administrasi yaitu dalam pengujian peradilan tata usaha negara hanya dari segi penerapan
hukum apakah KTUN yang dikeluarkan bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Sedangkan dalam pengujian upaya administrasi, pengujiannya dilakukan baik dari segi
penerapan hukum maupun segi kebijaksanaannya sehingga lebih lengkap. Dalam
peradilan tata usaha negara, para pihak dihadapkan pada pilihan menang atau kalah.
Sedangkan dalam upaya administrasi menggunakan pendekatan musyawarah, namun
obyektifitas penilaian tidak dapat dipastikan.

17. Diskresi berdasarkan Pasal 1 Angka 9 UU 30/2014 adalah keputusan dan/atau tindakan
yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan
konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak
jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan (tidak dapat dilaksanakannya aktivitas
pemerintahan sebagai akibat kebuntuan atau disfungsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, misalnya: bencana alam atau gejolak politik).

18. Atribusi merupakan pemberian kewenangan dari Undang-Undang Dasar atau Undang-
Undang. Tanggung jawab penerima atribusi. Kewenangan tidak dapat didelegasikan.

19. Delegasi merupakan pelimpahan kewenangan kepada yang lebih rendah. Tanggung
jawab beralih pada penerima delegasi. Jika tanggung jawab tetap pada pemberi, maka
mandat.

B. Undang-Undang Dasar
20. Hal-hal yang berkenaan erat dengan hukum dalam undang-undang dasar:
a. Pasal 1 ayat (3), Negara Indonesia adalah negara hukum
b. Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman
c. Pasal 24 ayat (1), Kekuasaan kehakiman merdeka
d. Pasal 24 ayat (2), Kekuasaan kehakiman MA, peradilan-peradilan di bawahnya, dan
MK
e. Pasal 24 ayat (1), Wewenang MA
f. 24 ayat (2), Kriteria hakim agung pasal
g. Pasal 24 ayat (3), Calon hakim agung diusulkan KY pada DPR dan ditetapkan
presiden
h. Pasal 24 ayat (4), Ketua dan wakil MA dipilih dari hakim agung
i. Pasal 24 ayat (5), Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara diatur UU
j. Pasal 24B ayat (1), Wewenang KY
k. Pasal 24B ayat (2), Kriteria anggota KY
l. Pasal 24B ayat (3), Anggota KY diangkat dan diberhentikan presiden dengan
persetujuan DPR
m. Pasal 24B ayat (4), Susunan, kedudukan, dan keanggotaan KY diatur UU
n. Pasal 24C ayat (1), Wewenang MK
o. Pasal 24C ayat (2), Memutus pendapat DPR tentang pelanggaran Presiden dan/atau
Wakil Presiden
p. Pasal 24C ayat (3), Anggota MK 9, 3 diajukan MA, 3 diajukan DPR, dan 3 diajukan
Presiden
q. Pasal 24C ayat (4), Ketua MK
r. Pasal 24C ayat (5), Kriteria hakim MK
s. Pasal 24C ayat (6), Pengangkatan, pemberhentian, hukum acara, dan lain-lain diatur
UU
t. Pasal 27 ayat (1), setiap WN sama dalam hukum dan pemerintahan
u. Pasal 28D ayat (1), hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
v. Pasal 28I ayat (1), hak diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan tidak dituntut
berlaku surut

C.Hukum Secara Umum


21. Pengertian hukum menurut para ahli
a. Plato: seperangkat aturan yang terususun baik dan teratur yang mengikat hakim dan
masyarakat
b. Aristoteles: hukum juga wajib ditaati pejabat negara
c. Immanuel Kant: keseluruhan aturan yang menjaga kehendak bebas dari orang lain
d. Utrecht: himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat yang harusnya ditaati dan jika dilanggar dapat menimbulkan
tindakan dari pemerintah
e. Meyers: aturan-aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan
f. Lean Duguit: aturan diindahkan untuk kepentingan bersama, jika dilanggar mendapat
reaksi bersama
g. S. M. Amin: sekumpulan aturan yang bertujuan menertibkan pergaulan dan
mengamankan

22. Tiga pendekar hukum (the three musketeers) yaitu, polisi, jaksa, dan hakim.
KUHPerdata: Burgerlijk Wetboek (BW), berlaku dengan aturan peralihan UUD

23. KUHP: Wetboek van Strafrecht (WvS), menjadi Undang-Undang No. 1. Tahun 1946

24. SEMA No. 19 Tahun 1964 memberlakukan HIR dan RBg:


a. HIR: Het Herziene Indlandsch Reglement, berlaku untuk Jawa dan Madura
b. RBg: Reglement Buitengwesten, berlaku untuk luar Jawa dan Madura, setelah adanya
KUHAP, hanya berlaku untuk perdata

25. Jumlah anggota komisi yudisial adalah 7 orang

26. Wewenang komisi yudisial:


a. Mengusulkan pengangkatan hakim mahkamah agung
b. Menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim
c. Menetapkan kode etik bersama mahkamah agung
d. Menegakkan kode etik

27. Oditur adalah sebutan jaksa penuntut umum pengadilan militer

28. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakkan hukum di Indonesia menurut Soejono


Soekanto:
a. Hukumnya
b. Penegak, baik pembentuk maupun penerap
c. Sarana
d. Masyarakat, kesardaran hukum meliputi pengetahuan, penghayatan, dan ketaatan
e. Kebudayaan

29. Penggolongan hukum


a. Berdasarkan bentuk:
• Tertulis
• Tidak tertulis
b. Berdasarkan sumber:
• Undang-undang
• Kebiasaan
• Traktat
• Yurisprudensi
• Ilmu / doktrin
c. Berdasarkan sifat:
• Memaksa
• Mengatur
d. Berdasarkan tempat:
• Nasional
• Internasional
• Asing
e. Berdasarkan waktu:
• Ius constitutum
• Ius constituendum
• Ius naturale
f. Berdasarkan wujud:
• Obyektif
• Subyektif
g. Berdasarkan isi:
• Publik
• Privat
h. Berdasarkan cara mempertahankan:
• Materil
• Formil

30. Hukum politik mengatur hubungan hukum negara dengan orang, negara dan bagian-
bagiannya, dan antar negara

31. Hukum perkawinan termasuk hukum privat

32. Abolisi meniadakan penuntutan terhadap seseorang, mempertimbangkan DPR

33. Amnesti menghapus akibat pidana terhadap seorang / sekelompok orang,


mempertimbangkan DPR

34. Grasi memberi ampunan (perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan


pidana), mempertimbangkan mahkamah agung

35. Rehabilitasi memulihkan hak, mempertimbangkan mahkamah agung

36. Delik materil: akibat

37. Delik formil: perbuatan

38. Delik commisionis: pelanggaran larangan

39. Delik ommisionis: pelanggaran perintah

40. Delik commisionis per ommisionis commissa: pelanggaran larangan dengan tidak
berbuat

41. Delik dolus: kesengajaan


42. Delik culpa: kelalaian

43. Empat (4) makna asas legalitas:


a. Lex praevia: tidak boleh berlaku surut
b. Lex scripta: harus tertulis
c. Lex certa: harus jelas
d. Lex stricta: larangan analogi

44. Judex ne procedat ex officio = hakim bersifat menunggu tuntutan hak

45. Hakim pengawas mengawasi pelaksanaan putusan perkara kepailitan

46. Hakim pengawas dan pengamat (kimwasmat) mengawasi pelaksanaan putusan


perkara pidana

47. Judex:
a. Factie: memeriksa fakta dan bukti = pengadilan negeri dan pengadilan tinggi
b. Juris: memeriksa penerapan hukum = mahkamah agung

48. Verjaring (kadaluarsa) adalah lampau tenggang waktu yang ditetapkan undang-
undang

49. Kasus posisi = urutan peristiwa

50. Locus delictie = tempat kejadian perkara

51. Minutasi = perberkasan perkara baik yang sudah diputus ataupun belum, seperti
pengetikan dan lain-lain

52. Onrechmatigedaad = perbuatan melawan hukum (PMH):


a. Perdata:
• Bertentangan dengan kewajiban pelaku
• Bertentangan dengan hak subyektif orang lain
• Bertentangan dengan kesusilaan
• Bertentangan dengan kepatutan / kehati-hatian
b. Pidana:
• Dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang
• Bertentangan dengan asas-asas umum

53. Pengadilan koneksitas adalah untuk tindak pidana penyertaan sipil dan militer
54. Sebelum adalah undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian RI, polisi
tunduk pada peradilan militer. Sedangkan setelah ada undang-undang tersebut,
peradilan umum sehingga polisi merupakan warga sipil dan bukan termasuk subyek
hukum militer.

55. Dading = perjanjian perdamaian

56. Poging = percobaan tindak pidana

57. Legal aid (pemberian bantuan hukum) tunduk pada kriteria dan syarat undang-undang
nomor 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum.

58. Syarat pemberi bantuan hukum:


a. Berbadan hukum
b. Terakreditasi berdasarkan UU bantuan hukum
c. Memiliki kantor atau sekretariat yang tetap
d. Memiliki pengurus
e. Memiliki program bantuan hukum

59. Pemberi bantuan hukum harus menjawab menerima atau menolak maksimal 3 hari
setelah permohonan lengkap

60. Pro bono publico = pekerjaan profesional yang dilakukan tanpa bayaran untuk
kepentingan umum

61. Prepondence of evidence = bukti-bukti yang berbobot atau lebih meyakinkan dari
bukti-bukti lain, dianggap cukup membuktikan

62. Saksi mahkota = terdakwa yang bersaksi untuk terdakwa lain

63. Svanungverhaits = ketegangan antara kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan

64. Dasar hukum arbitrase adalah undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang arbitrase

65. Arbiter: tunggal atau majelis ditentukan oleh para pihak atau BANI 14 hari sejak
termohon meerima usul pemohon tidak berhasil menentukan

66. Arbiter tunggal: ketua pengadilan dapat mengangkat arbiter tunggal


67. Majelis arbiter 3 orang: 1 dari pemohon, 1 dari termohon, kedua arbiter menunjuk
yang ketiga

68. Apabila salah satu pihak tidak menunjuk arbiter, arbiter lawan mengikat keduanya

69. Arbiter berjalan secara tertutup, menggunakan bahasa sesuai permintaan, pihak ketiga
bisa ikut jika disetujui arbiter

70. Arbiter dapat menetapkan putusan sela, pemeriksaan secara tertulis, bisa pula
diadakan pertemuan jika diinginkan, pemeriksaan saksi dan barang secara langsung,
diusahakan damai terlebih dahulu, putusan sejak 30 hari sidang ditutup, harus selesai
maksimal 180 hari sejak terbentuk.

71. Apabila termohon tidak datang, maka dipanggil lagi 10 hari, jika tidak hadir maka
pemohon arbitrase menang

72. Res judicata pro veritate habetur = putusan hakim harus dianggap benar

73. Onsplitbaar aveu = pengakuan tidak boleh dipisah-pisah (diterima sebagian)

74. Pactum de compromittendo = klausula perjanjian para pihak sepakat arbitrase

75. Asas oportunitas (deponering) = penuntut umum tidak perlu menuntu jika merugikan
kepentingan umum

76. Asas presumptio iustea causa = tindakan penguasa selalu benar kecuali dibatalkan

77. Asas erga omnes = putusan PTUN mengikat semua orang

78. Asas audi et alteram partem = kedua pihak harus didengar

79. Asas fair trial = pengadilan adil dan tidak memihak

80. Actio pauliana = gugatan pembatalan perbuatan debitur yang merugikan kreditur oleh
kreditur

81. Aequo et bono = istilah bagi penyerahan pada kebijaksanaan hakim seperti apabila
hakim berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya
82. Acta publica probant sese ipsa = dari luar nampak akta otentik sampai dapat
dibuktikan bukan akta otentik

83. Asas domein = tanah yang tidak dapat dibuktikan milik seseorang berarti milik negara

84. Asas droit de suite = hak mempertahankan benda miliknya di tangan siapapun

85. Asas exeptio non adimpleti contractus = sama-sama lalai tidak berhak menuntut
prestasi

86. Asas in dubio pro reo = dalam keraguan, hakim memutus yang menguntungkan
terdakwa

87. Asas pacta sunt servanda = perjanjian yang disepakati bagaikan undang-undang bagi
para pihak

88. Asas presumption iures de iure = ketika suatu perundang-undangan telah


diundangkan maka pada saat itu setiap orang dianggap tahu hukum (fiksi hukum)

89. Asas ius curia novit = hakim dianggap mengetahui semua hukum sehingga
pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili perkara

90. Blanca strof bepalingen = yang tercela di bidang ekonomi termasuk tindak pidana
ekonomi meskipun belum diatur

91. Clausula rebus sic stantibus = keadaan yang menghilangkan kewajiban karena
perubahan mendasar

92. Contempt of court = setiap tindakan yang menghalangi pengadilan

93. Testimonium de auditu = keterangan saksi dari orang lain atau pikiran saja, umumnya
ditolak

94. Droit de preference = hak mendahului kreditur mendapat pelunasan lebih dulu dari
hasil penjualan barang tertentu

95. Hak previlege = sama dengan droit de preference namun barang apapun:
a. Umum:
• Biaya perkara
• Biaya penguburan
• Biaya pengobatan
• Tagihan upah buruh
• Utang makanan sehari-hari
• Tagihan sekolah asrama
• Piutang belum dewasa
b. Khusus (didahulukan dari yang umum):
• Biaya perkara
• Tunggakan sewa tanah / bangunan
• Harga pembelian barang bergerak yang belum dibayar
• Biaya menyelamatkan barang
• Upah tukang seperti menjahit
• Piutang pengusaha penginapan
• Upah angkutan
• Upah tukang batu, bangunan, kayu, dll
• Piutang negara terhadap pegawai yang lalai dan merugikan

96. Urutan: gadai & hipotik, previlege khusus, previlege umum, droit de preference

97. Hak-hak keperdataan:


a. Hak absolut: kepribadian, kekeluargaan, kekayaan / kebendaan
b. Hak relatif/ nisbi: kekayaan relatif, hak perorangan / pribadi, hak kekeluargaan relatif

98. Visum et repertum = visum dokter yang diminta penyidik

99. Undang-undang nomor 2 tahun 1986 tentang peradilan umum

100. KUHPerdata:
a. Buku I orang
b. Buku II kebendaan
c. Buku III perikatan / perjanjian
d. Buku IV pembuktian dan kadaluarsa

101. KUHP:
a. Buku I aturan umum
b. Buku II kejahatan
c. Buku III pelanggaran

102. Pluralisme hukum > < sentralisme hukum


103. Hukum yang berlaku bagi golongan eropa pada masa penjajahan: BW, WvK,
RBR, RS

104. Hukum yang berlaku bagi timur asing: perdata dan pidana adat mereka, hukum
perdata eropa bagi cina

105. Hukum yang berlaku bagi pribumi: hukum adat tidak tertulis, jika diperlukan
dapat diatur khusus

106. Ankum adalah atasan yang berhak menghukum (hukum pidana militer), tugasnya
lebih banyak jika menjadi papera (perwira penyerah perkara). Keduanya menentukan
dilanjutkan atau tidaknya tindakan prajurit ke proses hukum, pengadilan militer atau
umum.

107. Ada ankum, ankum atasan, dan ankum dari ankum atasan

108. Hukum disiplin militer berlaku bagi militer dan yang dipersamakan dengan
militer

109. Jenis pelanggaran hukum disiplin militer:


a. Segala yang bertentangan dengan perintah kedinasan
b. Peraturan kedinasan
c. Perbuatan yang tidak sesuai dengan tata tertib militer
d. Perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pidana yang ringan
sifatnya

110. Jenis hukuman disiplin militer:


a. Teguran
b. Disiplin ringan: penahanan 14 hari
c. Disiplin berat: paling lama 21 hari

111. Asas-asas negara hukum:


a. HAM
b. Asas kepastian hukum mengandung:
• Asas legalitas, konstitusionalitas, supremasi hukum
• Undang-undang menetapkan tindakan pemerintahan
• Asas non retroaktif
• Asas peradilan bebas
• Asas non liquet, hakim tidak boleh menolak perkara
• HAM diakui undang-undang dan undang-undang dasar
c. Similia similius / equalitif before the law
d. Asas demokrasi
e. Pejabat pelayan masyarakat

112. Pasal-pasal dalam KUHPerdata yang tidak berlaku lagi:


a. Buku II benda sepanjang mengenai bumi, air, dan kekayaan alam di dalamnya kecuali
mengenai hipotik karena adalah undang-undang nomor 5 tahun 1960 tentang pokok-
pokok agraria
b. Buku II orang sepanjang mengenai perkawinan karena ada undang-undang nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan
c. Buku II benda mengenai hipotik kecuali bagi kapal 20m3 karena ada undang-undang
nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang
berkaitan dengan tanah
d. Pasal 108 dan 110 tentang perbuatan hukum isteri, pasal 284 ayat (3) tentang
pengakuan anak lahir di luar perkawinan oleh perempuan, pasal 1682 tentang hibah
harus dengan akta notaris, pasal 1579 tentang menghentikan sewa, pasal 1238 tentang
pelaksanaan perjanjian di muka hakim, pasal 1460 tentang resiko pembeli, pasal 1603
ayat (1) dan (2) tentang perjanjian perburuhan eropa yang diskriminatif, karena
adanya SEMA nomor 3 tahun 1963

113. Pasal makar: 104, 106, 107, 139a, 139b, dan 140 KUHP

114. Pasal kebencian terhadap pemerintah: pasal 154 KUHP

D. Mahkamah Agung
115. Undang-Undang tentang Mahkamah Agung nomor 14 tahun 1985.

116. Pada awalnya peradilan umum di bawah eksekutif karena di bawah departemen
kehakiman. Setelah lahir undang-undang nomor 4 tahun 2004 berpindah ke bawah
mahkamah agung.

117. Kekuasaan:
a. Eksekutif
b. Legislatif
c. Yudisial:
• Mahkamah Konstitusi
• Mahkamah Agung:
o Mahkamah syariah (aceh)
o Peradilan Agama
o Peradilan militer (pidana dan tata usaha militer):
▪ Pengadilan militer (kapten ke bawah)
▪ Pengadilan militer tinggi (mayor ke atas)
▪ Pengadilan militer utama (banding)
▪ Pengadilan militer pertempuran
o Peradilan Tata usaha negara:
▪ Pengadilan Tata Usaha Negara
▪ Pengadilan Pajak
o Peradilan umum:
▪ Pengadilan negeri:
➢ Perdata
➢ Pidana
▪ Pengadilan Tinggi:
➢ Perdata
➢ Pidana
▪ Pengadilan Khusus:
➢ Anak
➢ Hak Asasi Manusia
➢ Hubungan Industrial
➢ Niaga
➢ Perikanan
➢ Tindak Pidana Korupsi

118. Wewenang Mahkamah Agung:


a. Kasasi
b. Menguji aturan di bawah undang-undang terhadap undang-undang
c. Mengawasi seluruh peradilan

119. Nama ketua mahkamah agung saat ini adalah Muhammad Syarifuddin
menggantikan Muhammad Hatta Ali

120. Slogan mahkamah agung adalah dharmayukti (kebaikan yang sesungguhnya)

121. Lambang mahkamah agung:


a. Bentuk: perisai atau bulat telur
b. Isi:
• 5 garis tepi = 5 sila pancasila
• Tulisan “MAHKAMAH AGUNG” = pengguna lambang
• Lukisan cakra yang sudah dilepas dari busur yang tiap ujungnya mengeluarkan
api = aktif memberantas ketidakadilan dan menegakkan kebenaran
• Perisai pancasila di tengah cakra = cerminan pasal 1 undang-undang nomor 14
tahun 1970 atau 4 tahun 2004, “kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan berdasarkan pancasila demi terselenggaranya negara hukum RI
• Seloka “dharmayukti” = dharma berarti kebaikan, yukti berarti kejujuran,
kebenaran, dan keadilan
• 2 untaian bunga melati, masing-masing 8 bunga melati = 8 sifat keteladanan
dalam kepemimpinan (hastabrata):
o Surya = memberi semangat dan kehidupan, membasmi virus jahat
o Candra / bulan = memberi penerangan dan bimbingan dalam gelap
o Kartika / bintang = memberi pedoman, teladan, panutan, dan arah
o Bayu / angin = bertiup ke semua arah, teliti dan bijak, menyelami kehidupan
seluruh masyarakat
o Himando / awan = mendung menakutkan, hujan bermanfaat, berwibawa dan
memberi manfaat
o Brama / api = membakar apa saja, adil tanpa pandang bulu
o Baruna / laut = berwawasan luas
o Pratala / bumi = kokoh, dipijak dan digali tanpa menuntut, jujur, berbudi,
ikhas mengabdi

122. Jumlah hakim mahkamah agung adalah 60 orang

123. Badan peradilan Indonesia yang agung bercirikan:


a. Kekuasaan kehakiman independen, efektif, berkeadilan
b. Pengelolaan anggaran mandiri
c. Struktur organisasi tepat, manajemen jelas dan terukur
d. Proses perkara sederhana, cepat, tepat waktu, biaya ringan, proporsional
e. Sarana dan prasarana mendukung lingkungan kerja yang aman, nyaman dan kondusif
f. SDM kompeten, berintegritas, dan profesional
g. Pengawasan efektif terhadap perilaku, administrasi, dan jalan peradilan
h. Berorientasi pelayanan publik
i. Manajemen informasi menjamin akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi
j. Modern berbasis IT terpadu

124. Misi mahkamah agung:


a. Menjaga kemandirian badan peradilan
b. Memberi pelayanan hukum berkeadilan pada pencari keadilan
c. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan
d. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan

125. Mahkamah Syariah di Aceh berbentuk pengadilan khusus sejak 1 Maret 2003,
dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Aceh dan Keppres Nomor 11 Tahun 2003.

126. Ketua atau Wakil Ketua Pengadilan harus berpengalaman minimal 10 tahun.
Ketua disumpah di depan Ketua Pengadilan Tinggi. Wakil Ketua disumpah di depan
Ketua Pengadilan.

127. E-court hanya dalam hal-hal administratif (registrasi secara online (e-filling),
membayar secara online (e-payment), dan pemanggilan secara online (e-summons))
sedangkan e-litigasi lebih luas karena mencakup keseluruhan praktek sidang.

128. Apabila ada pelanggaran dalam penggunaan layanan administrasi perkara secara
elektronik, maka MA berhak menegur, menghentikan akses sementara ataupun
permanen

129. Mengirim surat panggilan secara elektronik merupakan tugas juru sita atau juru
sita pengganti

130. Panggilan surat elektronik harus disetujui tergugat kecuali dalam perkara PTUN

131. Menetapkan jadwal sidang elektronik untuk jawaban, replik, dan duplik
merupakan tugas hakim / ketua hakim

132. Mencatat aktivitas sidang elektronik dalam berita acara sidang elektronik adalah
tugas panitera pengganti

E. Hukum Acara
133. Kewenangan absolut pengadilan:
a. Pengadilan Agama (peradilan agama):
• Perkawinan (izin poligami, dispensasi, cegah, tolak, batal, lalai, talak, cerai,
gono gini, hak asuh anak, dll)
• Waris (penentuan ahli waris, bagian, dll)
• Wasiat
• Hibah
• Wakaf
• Zakat
• Infaq
• Shadaqah
• Ekonomi Syariah (bank syariah, asuransi syariah, dll)
b. Pengadilan Militer (peradilan militer):
• Perkara pidana oleh anggota TNI angkatan darat, laut, dan udara
c. Pengadilan Tata Usaha Negara (peradilan tata usaha negara):
• Keputusan Tata Usaha Negara (mengeluarkan atau tidak mengeluarkan hingga
batas waktu)
• Sengketa kepegawaian
d. Pengadilan Negeri (peradilan umum):
• Perdata
• Pidana
e. Mahkamah Syariah
• Kewenangan pengadilan agama ditambah sebagian kewenangan pengadilan
umum
• Ahwal Asy-syakhshiyyah (hukum keluarga)
• Muamalah (hukum ekonomi)
• Jinayah (hukum pidana)

134. Sumber hukum acara peradilan agama


a. HIR / RBg
b. Undang-undang nomor 20 tahun 1947 tentang peraturan peradilan ulangan di jawa
dan Madura
c. Undang-undang nomor 14 tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman
d. Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan juncto PP No. 9 Tahun
1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974
e. Undang-undang nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
f. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama
g. Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
h. Peraturan MA
i. Keputusan Menteri Agama
j. Kitab-kitab fiqih islam dan sumber tidak tertulis lainnya
k. Yurisprudensi mahkamah agung

135. Kewenangan relatif pengadilan


a. Sengketa TUN: lokasi kantor yang ingin digugat
b. Bukan sengketa TUN:
• Ada kesepakatan: sesuai kesepakatan
• Tidak ada kesepakatan:
➢ Sengketa barang tidak bergerak: lokasi barang tidak bergerak (forum
rei sitae)
➢ Sengketa barang bergerak:
▪ Domisili tergugat diketahui:
o Tergugat tunggal: domisi tergugat (asas actor sequitur
forum rei)
o Tergugat lebih dari satu:
❖ Semua tergugat: domisili salah satu tergugat (asas
actor sequitur forum dengan hak opsi)
❖ Ada tergugat dan turut tergugat: domisili tergugat
(asas actor sequitur forum rei tanpa hak opsi)
▪ Domisi tergugat tidak diketahui: domisili penggugat

136. Apabila seseorang melakukan tindak pidana di luar negeri yang dapat diadili
menurut hukum Indonesia, maka pengadilan negeri jakarta pusat yang berwenang
(pasal 86 undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP)

137. Jumlah hakim:


a. Sekurang-kurangnya 3 kecuali undang-undang menentukan lain
b. Pengadilan anak, baik tingkat pertama, banding, maupun kasasi: tunggal
c. Mahkamah konstitusi: 9, keadaan luar biasa 7
d. Mahkamah agung: 3, bila lebih harus ganjil
e. HAM berat: 5 (2 hakim pengadilan HAM dan 3 hakim ad hoc)
f. Tindak pidana dengan ancaman kurang dari 12 bulan: 1 (tunggal)

138. Palu Hakim:


a. Satu (1) kali: setiap kali menunda sidang, mengesahkan alat bukti, dll
b. Dua (2) kali: mencabut skorsing dalam waktu yang cukup lama, misalnya untuk
lobbying, istirahat, dll
c. Tiga (3) kali: setiap kali membuka / menutup agenda dan selesai putusan
d. Berkali-kali: untuk menenangkan peserta sidang

139. Posisi duduk:


(dari kiri ke kanan)
Hakim anggota, hakim anggota, hakim ketua, panitera, dengan posisi hakim ketua di
dekat panitera atau hakim anggota, hakim ketua, hakim anggota, panitera dengan posisi
hakim ketua di tengah.
140. Lambang burung garuda tepat di bagian atas dinding belakang kursi ketua majelis

141. Bendera merah putih di kanan meja hakim, sedangkan bendera pengadilan di kiri

142. Toga:
a. Bagi jaksa atau advokat hanya wajib pada perkara pidana, namun tidak boleh dipakai
pada pidana anak. Warna simare hitam
b. Bagi hakim wajib, dengan pangkal lengan 8 lipatan dan 17 kancing. Warna simare
hakim agung kuning, pengadilan negeri / tinggi merah, pengadilan TUN biru muda,
pengadilan agama hijau. Warna bef (dasi yang diikat di leher) putih, baik hakim
pengadilan negeri ataupun pengadilan tinggi, ukurannya adalah 25 cm panjang, lebar
15 cm, dan pangkal atas 5 cm. Ujung lengan hakim pengadilan negeri adalah hitam,
sedangkan hakim pengadilan tinggi adalah merah hati. Lencana hakim dilekatkan di
dada kiri. Hakim pria bercelana panjang, sedangkan hakim wanita menggunakan rok.
Kaos kaki hakim pria hitam dengan sepatu hitam, sedangkan hakim wanita tanpa kaos
kaki dengan sepatu hitam tertutup
c. Bagi panitera tidak wajib, jas hitam, kemeja putih, dan dasi hitam sudah cukup

143. Quorum merupakan jumlah anggota rapat minimal yang dianggap dapat mewakili
keseluruhan anggota agar keputusan dianggap sah.

144. Sidang pleno/paripurna merupakan sidang yang berfungsi untuk mengesahkan


sidang-sidang komisi yang bersifat sementara.

145. Pending sidang adalah penghentian sidang sementara karena ada kendala teknis
atau prinsip.

146. Skorsing sidang adalah penghentian sidang sementara agar para pihak dapat
berdiskusi tanpa pengaturan pimpinan sidang (lobbying).

147. Deadlock merupakan keadaan di mana musyawarah gagal menemukan


kesepakatan.

148. Prosidang merupakan hasil sidang atau musyawarah yang ditulis/dibukukan.

149. Waktu yang diperlukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang
laporan yang diberikan kepada penegak hukum menurut undang-undang nomor 31
tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah 30 hari
150. Tempo antara hari pemanggilan dengan hari persidangan tidak boleh kurang dari
3 hari, apabila keberadaannya diketahui maka diserahkan kepada yang bersangkutan
sendiri (in person), jika tidak bisa maka kepada keluarganya, jika tidak bisa maka
kepada kepala desanya, jika tidak diketahui maka kepada wali kota / bupatinya
kemudian ditempel di pintu umum kamar sidang pengadilan negeri

151. Alat bukti pidana menurut pasal 184 KUHAP:


a. Keterangan saksi (unus testis nulus testis = satu orang saksi bukan saksi)
b. Keterangan ahli (pendidikan dan pengalaman)
c. Surat (biasa, bawah tangan, otentik terbagi 2: ambtelijk dibuat sesuai kehendak
pejabat, partij dibuat di hadapan pejabat)
d. Petunjuk (oleh hakim berdasarkan pasal 188 ayat (3) KUHAP)
e. Keterangan terdakwa (bebas, tidak disumpah, tidak bisa jadi dasar putusan, harus
disertai bukti lain)

152. Saksi tindak pidana ringan tidak disumpah kecuali dianggap perlu oleh hakim
(pasal 208 KUHP)

153. Alat bukti perdata menurut pasal 164 HIR


a. Surat
b. Saksi
c. Persangkaan (oleh hakim)
d. Pengakuan (memberatkan yang mengaku menurut pasal 174 HIR)
e. Sumpah:
• Decisoir / pemutus: diinginkan / inisiatif para pihak, hanya jika tidak ada bukti
lain berdasarkan pasal 1930 ayat (2) KUHPerdata dan pasal 156 ayat (1) HIR,
dan putusan Mahkamah Agung Nomor 575 tahun 1973
• Supletoir / tambahan: atas perintah hakim, hanya jika alat bukti yang diajukan
tidak mencukupi namun ada permulaan pembuktian, tidak bisa berdiri sendiri
• Aestimatoir / penaksir: penggugat tidak bisa menyampaian nilai kerugian dan
tergugat tidak bisa / enggan membuktikan menurut versinya

154. Alat bukti pengadilan militer menurut pasal 172 undang-undang nomor 31 tahun
1997 tentang peradilan militer:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Keterangan terdakwa
d. Surat
e. Petunjuk
155. Syarat sah perjanjian
a. Cakap (syarat subyektif, jika tidak terpenuhi maka voidable / dapat dibatalkan oleh
hakim)
b. Sepakat (syarat subyektif, jika tidak terpenuhi maka voidable / dapat dibatalkan oleh
hakim)
c. Hal tertentu (syarat obyektif, jika tidak terpenuhi maka null and void / batal demi
hukum)
d. Kausa yang halal (syarat obyektif, jika tidak terpenuhi maka null and void / batal
demi hukum)
156. Intervensi oleh pihak ketiga (intervenient)
a. Voeging: memihak salah satu pihak (ada kepentingan)
b. Tussenkomst: menengahi (tidak ada kepentingan)
c. Vrijwaring: terpaksa karena dianggap penanggung oleh penggugat

157. Rekonvensi adalah gugat balik, diajukan bersama jawaban berdasarkan pasal 132
huruf a dan b HIR, sedangkan konvensi adalah gugatan awal

158. Perbedaan gugatan dengan permohonan adalah, pada gugatan mengandung


sengketa antara dua belah pihak atau lebih, sedangkan pada permohonan tidak ada
sengketa dan hakim mengeluarkan suatu penetapan atau lazimnya disebut putusan
declaratoir yang bersifat menetapkan atau menerangkan saja.

159. Gugatan provisional adalah gugatan untuk memperoleh tindakan sementara


selama proses perkara masih berlangsung. Hasilnya adalah putusan provisional /
provisionil / putusan sela.

160. Syarat gugatan:


a. Syarat formil:
• Sesuai kewenangan pengadilan
• Diberi tanggal
• Ada identitas para pihak
• Tandatangan penggugat atau kuasanya
b. Syarat materil:
• Dasar gugatan (fakta hukum / fundamentum petendi / posita)
• Tuntutan (petitum)

161. Obyek praperadilan (pasal 1 butir 10 dan pasal 77 KUHAP), sah atau tidaknya:
a. Penangkapan
b. Penahanan
c. Penghentian penyidikan
d. Penghentian penuntutan
162. Putusan praperadilan:
a. Penangkapan / penahanan tidak sah: dibebaskan, mendapat ganti rugi dan rehabilitasi
b. Penyidikan / penuntutan dihentikan tidak sah: dilanjutkan
c. Benda disita tidak temasuk alat bukti: dikembalikan

163. Jaksa meniadakan penuntutan:


a. Penerbit dan pencetak mencantumkan penyuruh (pasal 61 dan 62 KUHP)
b. Tidak ada pengaduan (pasal 72 KUHP)
c. Membayar denda tertinggi pada penuntut umum dalam pidana yang hukumannya
hanya denda saja (pasal 82 KUHP)
d. Ne bis in idem (pasal 76 KUHP)
e. Terdakwa meninggal (pasal 77 KUHP)
f. Kadaluarsa (pasal 78 KUHP)

164. Pembantaran adalah izin untuk dirawat di rumah sakit, penahanan tidak dihitung

165. Tuntutan penuntut umum:


a. Pidana
b. Pembebasan
c. Pelepasan
d. Tindakan

166. Dakwaan:
a. Tunggal: satu jenis / macam tindak pidana saja
b. Alternatif: satu, tapi ragu yang paling tepat, misalnya pertama... atau kedua...
c. Subsidair (berlapis): ragu kualifikasi ringan / berat, misalnya primair pasal 340,
subsidair pasal 338
d. Kumulatif (bersusun): beberapa tindak pidana berlainan dimintakan hukuman
e. Kombinasi:
• Kumulatif – subsidair
• Kumulatif – alternatif
• Subsidair – kumulatif

167. Voeging dalam pidana adalah penggabungan berkas perkara, sedangkan dalam
perdata adalah intervensi pihak ketiga yang memiihak yang mana hal itu dalam
pidana disebut samenloop / konkursus

168. Splitsing adalah pemisahan berkas perkara


169. Eksepsi adalah tangkias formalitas agar gugatan tidak dapat diterima

170. Provisi adalah permohonan pada hakim untuk melakukan tindakan sementara,
misalnya menghentikan pembangunan, sita jaminan, dll, yang hasilnya adalah
putusan sela

171. Acara PTUN:

a. Acara Biasa

b. Acara Cepat

Ketua pengadilan mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidaknya


permohonan pemeriksaan acara cepat dalam waktu 14 hari. Jika dikabulkan, jadwal
sidang ditentukan dalam waktu 7 hari. Jawaban dan pembuktian kedua belah pihak tidak
lebih dari 14 hari.

c. Acara Singkat

Acara singkat dilakukan terhadap upaya perlawanan atas penetapan bahwa


gugatan penggugat tidak diterima atau tidak berdasar. Jika dibenarkan oleh pengadilan,
penetapan tersebut gugur dan guguatan penggugat akan diperiksa dengan acara biasa.

172. Dalam PTUN tidak dikenal tuntutan subsider, gugat balik (rekonvensi), dan
tuntutan provisi (hanya ada meminta menunda pelaksanaan).

173. Surat gugatan PTUN tidak wajib dibubuhi materai karena tidak disyaratkan
Undang-Undang.

174. Acara pemeriksaan pidana:


a. Biasa
b. Singkat: mirip pemeriksaan biasa, namun dakwaan diuraikan secara lisan dan
dicatatkan dalam berita acara sebagai pengganti surat dakwaan, termasuk putusannya
juga tidak buat secara khusus melainkan dicatat dalam berita acara sidang
c. Cepat: (terdakwa tidak hadir di pengadilan, putusan verstek, dapat verzet dalam 7
hari, tidak dapat banding kecuali putusan berupa perampasan kemerdekaan):
• Tindak pidana ringan: ancamannya 3 bulan atau denda Rp. 7500,-
• Perkara lalu lintas

175. Acara pemeriksaan pidana biasa:


a. Pemanggilan
b. Pembukaan dan pemeriksaan identitas terdakwa
c. Pembacaan surat dakwaan
d. Eksepsi:
• Ada, maka putusan sela:
o Menerima eksepsi terdakwa: dakwaan tidak bisa diterima
o Menolak eksepsi terdakwa: dilanjutkan ke tahap pembuktian
• Tidak ada: langsung dilanjutkan ke tahap pembuktian
• Pembuktian
• Requisitoir / pembacaan tuntutan pidana
• Pledoi / pembelaan
• Replik / tanggapan atas pledoi
• Duplik / tanggapan atas replik
• Putusan

176. Anak sebagai pelaku tindak pidana: 12 sampai 18 tahun


177. Anak sebagai saksi / korban tindak pidana: kurang dari 18 tahun
178. Anak dapat ditahan jika berusia 14 tahun atau lebih
179. Anak dapat dikenai putusan tindakan jika berusia 12 sampai kurang dari 14 tahun
180. Anak dapat dikenai putusan tindakan atau pidana jika berusia 14 sampai kurang
dari 18 tahun
181. Jika anak melakukan tindak pidana ketika belum berusia 18 tahun, diperiksa
setelah berusia 18 tahun, tetap menggunakan pengadilan anak
182. Diversi adalah penyelesaian perkara anak di luar pengadilan untuk perbuatan yang
ancaman hukumannya kurang dari 7 tahun dengan syarat bukan pengulangan tindak
pidana

183. Pemeriksaan pidana anak secara tertutup, namun bisa terbuka dalam hal:
a. Pelanggaran lalu lintas
b. Pemeriksaan di TKP

184. Putusan pidana anak:


a. Pokok:
• Peringatan
• Pidana dengan syarat:
o Pembinaan di luar lembaga
o Pelayanan masyarakat
o Pengawasan
• Pelatihan kerja
• Pembinaan dalam lembaga
• Penjara
b. Tambahan:
• Perampasan keuntungan tindak pidana
• Pemenuhan kewajiban adat
c. Tindakan:
• Pengembalian pada orangtua
• Penyerahan pada seseorang
• Perawatan di rumah sakit jiwa
• Perawatan di lembaga perlindungan saksi dan korban
• Kewajiban mengikuti pendidikan formal / pelatihan oleh pemerintah atau swasta
• Pencabutan SIM
• Perbaikan akibat tindak pidana

185. Anak yang belum berusia 15 tahun dan belum menikah boleh diperiksa menurut
pasal 171 KUHAP

186. Teori pembuktian:


a. Conviction intime: keyakinan nurani hakim belaka, tidak ada alat bukti lain
b. Conviction rasionnee: keyakinan hakim didasarkan alasan rasional
c. Positif wettelijk bewijstheorie: alat bukti belaka tanpa keyakinan hakim
d. Negatief wettelijk bewijstheorie / pembuktian berganda: alat bukti dan keyakinan
(yang dianut KUHP)

187. Kebenaran formil adalah kebenaran yang hanya didasarkan pada bukti-bukti yang
diajukan ke pengadilan tanpa harus disertai adanya keyakinan hakim.

188. Dasar hukum mediasi adalah Perma No. 1 Tahun 2008

189. Waktu mediasi adalah 30 hari sejak penetapan perintah mediasi

190. Para pihak wajib beritikad baik menghadiri mediasi kecuali:


a. Sedang sakit dengan syarat adanya surat dokter
b. Di bawah pengampuan
c. Tinggal di luar negeri
d. Menjalankan tugas yang tidak bisa ditinggalkan

191. Dianggap tidak beritikad baik apabila:


a. Tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 kali tanpa alasan yang sah
b. Hanya hadir pada mediasi pertama dan tidak pernah lagi hadir setelahnya
c. Tidak hadir berulang kali tanpa alasan yang sah sehingga mengganggu jadwal
d. Hadir namun tidak mengajukan atau menanggapi resume
e. Tidak menandatangani konsep kesepakatan yang telah disepakati tanpa alasan sah
192. Akibat hukum dari tidak beritikad baik dalam proses mediasi:
a. Apabila penggugat tidak beritikad baik maka diberikan putusan akhir berupa gugatan
tidak dapat diterima dan membayar biaya mediasi
b. Apabila tergugat tidak beritikad baik maka jika kalah akan dibebankan biaya mediasi
dan biaya perkara
c. Apabila kedua pihak tidak beritikad baik maka gugatan tidak dapat diterima dan tidak
ada pembebanan biaya mediasi

193. Mediasi yang hanya dihadiri salah satu pihak tanpa kehadiran pihak lain agar
leluarsa menyampaikan disebut kaukus

194. Jenis-jenis interupsi dalam etika persidangan:

a. Interupsi point of previlege (preverence), apabila ada yang terlalu menyudutkan


suatu pihak di luar permasalahan
b. Interupsi point of informasion, untuk memberi tambahan informasi pada peserta
sidang
c. Interupsi point of order, usulan atau meminta pada presidium (pemimpin sidang)
untuk mengambil tindakan, misalnya ketika pembahasan melebar
d. Interupsi point of justification, untuk menguatkan pendapat sebelumnya
e. Interupsi point of clarification (clearing), meminta peserta lain untuk menjernihkan
atau mengklarifikasi suatu pernyataan
f. Interupsi point of explanation, berinisiatif untuk menjelaskan suatu pernyataan agar
tidak menimbulkan kesalahpahaman.

195. Putusan pengadilan perdata:


a. Gugatan dikabulkan ketika penggugat dapat membuktikan dalilnya (pasal 1865
KUHPerdata)
b. Gugatan ditolak ketika penggugat tidak dapat membuktikan dalilnya
c. Gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard / NO) ketika ada cacat
formil (pasal 123 HIR dan SEMA No. 4 Tahun 1996):
• Tidak memiliki dasar hukum
• Gugatan error in persona:
o Diskualifikasi in person (penggugat tidak mempunyai hak untuk
menggugat atau tidak cakap melakukan tindakan hukum)
o Gemis aanhoeda nigheid (salah orang)
o Plurium litis consortium (kurang pihak)
• Mengandung cacat / obscur libel (tidak sesuai antara posita dan petitum atau
ketidakjelasan waktu, tempat, atau orang)
• Melanggar kompetensi absolut atau relatif
• Prematur (belum sampai batas waktunya, seperti pewaris masih hidup)
• Daluarsa (kebendaan atau perseorangan 30 tahun, pasal 1967 KUHPerdata)
• Ne bis in idem (sudah pernah diputus, pasal 1917 KUHPerdata dan pasal 76 ayat
(1) KUHP)

196. Pertimbangan hakim pidana:


a. Yuridis:
• Dakwaan
• Keterangan terdakwa
• Keterangan saksi
• Barang bukti
• Pasal-pasal
b. Non-yuridis:
• Latar belakang perbuatan, seperti ekonomi
• Akibat perbuatan
• Kondisi terdakwa
• Keadaan sosial ekonomi terdakwa
• Faktor agama

197. Putusan pengadilan pidana:


a. Pemidanaan
b. Bebas / vrijspraak:
• Tidak ada 2 alat bukti
• Ada 2 alat bukti namun hakim tidak yakin
• Salah satu unsur atau lebih tidak terbukti
c. Lepas / onslag van recht vervolging (terbukti melakukan, namun tidak dipidana
karena bukan lagi tindak pidana disebabkan adanya alasan penghapus pidana, baik
pembenar ataupun pemaaf):
• Dasar / alasan pembenar:
o Noodtoestand / keadaan darurat:
▪ Terjadi dua kepentingan hukum
▪ Pertentangan kewajiban hukum dengan kepentingan hukum
▪ Terjadinya dua kewajiban hukum
o Noodweer / Membela diri / pembelaan terpaksa, kepentingan hukum
dibatasi hanya untuk tubuh, kesusilaan, dan harta benda
o Menjalankan undang-undang (pasal 50 KUHP)
o Melaksanakan perintah jabatan yang sah (pasal 51 ayat (1) KUHP)
• Dasar / alasan pemaaf (subyektif, melekat pada diri):
o Ketidakmampuan bertanggung jawab / sakit jiwa (pasal 44 KUHP)
o Keadaan memaksa / daya paksa mutlak / pembelaan terpaksa melampaui
batas / overmacht dalam arti luas (catatan: force majeure / keadaan kahar /
overmacht juga ada dalam perdata):
o Noodweer exces / pembelaan terpaksa yang melampaui batas (syarat: ada
kegoncangan jiwa yang hebat)
d. Penetapan untuk tidak menjatuhkan pidana melainkan tindakan seperti memasukkan
ke rumah sakit jiwa
e. Penetapan tidak berwenang mengadili
f. Penetapan pernyataan surat-surat tuduhan batal (kurang syarat formal)
g. Penetapan menolak, seperti delik aduan namun tidak ada pengaduan

198. Hal-hal yang memberatkan pidana:


a. Ada dalam KUHP
• Residivis / berulangkali (buku I titel 6 KUHP)
• Memangku jabatan (pasal 52 KUHP)
• Gabungan / samenloop (pasal 65 dan 66 KUHP)
b. Tidak ada dalam KUHP
• Berbelit-belit
• Tidak menyesal
• Mengingkari perbuatan
• Keji dan tidak berperikemanusiaan
• Berpendidikan / berstatus di masyarakat
• Merugikan dan membahayakan masyarakat
• Melarikan diri
• Sengaja
• Menikmati hasil

199. Hal-hal yang meringankan pidana:


a. Usia muda
b. Belum pernah / baru pertama kali
c. Mengaku
d. Menyesal
e. Keluarga dan lingkungan rusak
f. Masih bekerja / kuliah
g. Sopan
h. Tua / lemah
i. Menanggung anak

200. Jenis-Jenis Putusan


a. Dari segi kehadiran para pihak:
• Putusan gugatan gugur: penggugat tidak datang saat sidang pertama
• Putusan verstek: tergugat tidak datang saat sidang pertama
• Putusan contradictoir: saat putusan, para pihak hadir atau salah satu pihak tidak
hadir
b. Dari segi waktu / saat penjatuhan:
• Putusan sela / provisional / incidental vonnis / tussen vonnis / putusan antara:
sementara / mendahului putusan akhir (putusan preparatoir untuk melancarkan
seperti menolak menunda pemeriksaan saksi, putusan interlocutoir untuk
memerintahkan pembuktian seperti pemeriksaan setempat, putusan insidentil
untuk insiden tertentu yang menunda jalannya persidangan seperti dalam gugatan
intervensi, dan putusan provisionil untuk menjawab tuntutan provisionil berupa
penetapan tindakan sementara bagi kepentingan salah satu pihak sebelum putusan
akhir seperti menghentikan pembangunan)
• Putusan akhir / final judgement
c. Dari segi sifat:
• Putusan deklaratoir: penetapan sesuatu, seperti sahnya perikatan, jual beli, dsb
• Putusan constitutief: mengadakan keadaan hukum baru atau meniadakannya,
seperti putusan perceraian, dsb
• Putusan condemnatoir: menghukum salah satu pihak

201. Tidak ada ketentuan besaran biaya perkara, masing-masing pengadilan berbeda
202. Dapat dibebankan pada pihak yang kalah atau sebagian pada kedua pihak
203. Harus diserahkan melalui bank kecuali di daerah yang tidak ada bank
204. Biaya perkara meliputi:
a. Biaya kantor panitera dan materai yang dipakai
b. Biaya saksi, ahli, juru bahasa, juru sumpah
c. Biaya pemeriksaan setempat, perbuatan hakim, dll
d. Gaji pegawai yang memanggil, menyampaikan pemberitahuan, dan surat lain
e. Gaji panitera dan pegawai lain yang menjalankan putusan

205. Biaya perkara menurut undang-undang ditetapkan oleh menteri kehakiman atau
taksiran ketua

206. Upaya Hukum:


a. Biasa (menangguhkan eksekusi, belum berkekuatan hukum tetap):
• Banding (waktu berpikir 7 hari, 14 hari setelah menolak putusan berkas harus
sudah diserahkan, jika lewat akan ditolak, tidak tatap muka, hanya memeriksa:
berita acara penyidik, berita acara pengadilan, semua surat yang timbul selama
pengadilan, dan putusan), alasan banding:
o Terdakwa:
▪ Ada kelalaian, kekeliruan, atau kurang penerapan hukum
▪ Dakwaan tidak terbukti atau kurang bukti
▪ Bukan tindak pidana
▪ Kewenangan relatif
▪ Surat dakwaan tidak lengkap / tidak jelas
▪ Hukuman terlalu lama
▪ Kurang memperimbangkan hal-hal yang meringankan
o Penuntut Umum:
▪ Ada bukti baru yang memberatkan
▪ Hukuman terlalu ringan
▪ Kurang mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan
▪ Mempertahankan tuntutan karena terdakwa banding
• Kasasi (14 hari setelah putusan, bukan memeriksa ulang, hanya dalam hal
penerapan hukum, hanya dapat diajukan satu kali dengan alasan: kewenangan
absolut atau relatif pengadilan, hakim salah menerapkan atau melanggar hukum,
hakim lalai memenuhi syarat-syarat undang-undang, cara mengadili tidak sesuai
undang-undang)
• Verzet (secara umum berarti perlawanan, sedangkan secara khusus berarti upaya
hukum atas putusan verstek, 14 hari setelah putusan diberitahukan pada tergugat,
jika tidak beritahukan pada tergugat sendiri, maka 8 hari setelah aan maning
(teguran untuk melaksanakan putusan), atau 8 hari setelah permulaan eksekusi,
urutan: putusan verstek, verzet, putusan, banding, kasasi).
b. Luar Biasa (tidak menangguhkan eksekusi, karena telah inkracht)
• Peninjauan kembali (request civil, hanya 1 kali, hanya oleh terpidana atau ahli
waris, prosedur: mohon, panitera mengirim salinan 14 hari, dijawab 30 hari,
dikirim ke MA 30 hari, alasan: putusan berdasar kebohongan, bukti palsu, surat
baru ditemukan, ultra petita, putusan beda padahal kasus sama dengan yang lain,
khilaf hakim, atau suatu bagian tidak diputus tanpa mempertimbangkan sebab)
• Kasasi demi kepentingan hukum (hanya oleh jaksa agung terhadap putusan yang
telah inkracht)
c. Perlawanan (perdata: derzen verzet, mencegah eksekusi, alasan: hak perdata
dirugikan, pidana: oleh penuntut umum ketika hakim menolak surat dakwaan)

207. Derzen Verzet adalah perlawanan pihak ketiga

208. Memori banding adalah penjelasan sebagai tanggapan keberatan atas putusan

209. Kontra memori banding adalah tanggapan atas memori banding


210. Banding pengadilan militer: permintaan sejak 7 hari setelah putusan atau 7 hari
setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir, kemudian 7 hari
sebelum pengiriman berkas ke pengadilan militer tinggi pemohon diberi kesempatan
mempelajari, harus sudah dikirim ke PMT 14 hari sejak permintaan

211. Macam-Macam sita:


a. Revindicatoir beslagh (sita revindikasi): benda bergerak milik sendiri di tangan orang
lain
b. Conservatoir beslagh (sita jaminan): sita terhadap milik orang lain sebagai antisipasi
tergugat tidak membayar
c. Matrimonial beslagh (sita marital): sita terhadap harta bersama dalam perkara cerai
agar tidak dipindah kepemilikannya oleh suami

212. Perkara yang tidak bisa dikasasi (pasal 45A UU No. 5 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung):
a. Putusan praperadilan
b. Pidana yang diancam 1 tahun atau denda
c. Putusan pejabat TUN yang berlaku hanya di daerah yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai