3. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS (terbaru), sebelumnya
Nomor 54 Tahun 2010
10. Zona Integritas = sebutan / predikat yang diberikan pada kementrian / lembaga dan
pemda yang pimpinan dan jajarannya mempunya niat (komitmen) untuk mewujudkan
WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan korupsi, reformasi birokrasi, dan
peningkatan kualitas pelayanan publik
11. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) = suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar
manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM,
penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas (sederhana: predikat lebih tinggi dari
Zona Integritas)
12. Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) = penguatan kualitas pelayanan publik
(sederhana: lebih tinggi dari WBK)
13. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
a. Asas legalitas
1) Mengedepankan dasar hukum
2) Badan atau pejabat pemerintahan yang menerbitkan keputusan atau tindakan
harus badan atau pejabat pemerintahan yang berwenang
3) Badan atau pejabat pemerintahan yang menggunakan wewenang wajib
berdasarkan perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang baik
4) Badan atau pejabat pemerintahan dilarang menyalahgunakan wewenang
b. Perlindungan HAM
1) Tidak boleh melanggar hak-hak dasar masyarakat
c. Asas-asas umum pemerintahan yang baik (8)
1) Kepastian hukum
2) Kemanfaatan
3) Ketidakberpihakan
4) Kecermatan
5) Tidak menyalahgunakan wewenang
6) Keterbukaan
7) Kepentingan umum
8) Pelayanan yang baik
9) Asas-asas umum pemerintahan yang baik lain sepanjang dijadikan dasar penilaian
hakim dalam putusan
16. Beda pengujian dalam peradilan tata usaha negara dengan pengujian dalam upaya
administrasi yaitu dalam pengujian peradilan tata usaha negara hanya dari segi penerapan
hukum apakah KTUN yang dikeluarkan bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Sedangkan dalam pengujian upaya administrasi, pengujiannya dilakukan baik dari segi
penerapan hukum maupun segi kebijaksanaannya sehingga lebih lengkap. Dalam
peradilan tata usaha negara, para pihak dihadapkan pada pilihan menang atau kalah.
Sedangkan dalam upaya administrasi menggunakan pendekatan musyawarah, namun
obyektifitas penilaian tidak dapat dipastikan.
17. Diskresi berdasarkan Pasal 1 Angka 9 UU 30/2014 adalah keputusan dan/atau tindakan
yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi persoalan
konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan
perundang-undangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak
jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan (tidak dapat dilaksanakannya aktivitas
pemerintahan sebagai akibat kebuntuan atau disfungsi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, misalnya: bencana alam atau gejolak politik).
18. Atribusi merupakan pemberian kewenangan dari Undang-Undang Dasar atau Undang-
Undang. Tanggung jawab penerima atribusi. Kewenangan tidak dapat didelegasikan.
19. Delegasi merupakan pelimpahan kewenangan kepada yang lebih rendah. Tanggung
jawab beralih pada penerima delegasi. Jika tanggung jawab tetap pada pemberi, maka
mandat.
B. Undang-Undang Dasar
20. Hal-hal yang berkenaan erat dengan hukum dalam undang-undang dasar:
a. Pasal 1 ayat (3), Negara Indonesia adalah negara hukum
b. Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman
c. Pasal 24 ayat (1), Kekuasaan kehakiman merdeka
d. Pasal 24 ayat (2), Kekuasaan kehakiman MA, peradilan-peradilan di bawahnya, dan
MK
e. Pasal 24 ayat (1), Wewenang MA
f. 24 ayat (2), Kriteria hakim agung pasal
g. Pasal 24 ayat (3), Calon hakim agung diusulkan KY pada DPR dan ditetapkan
presiden
h. Pasal 24 ayat (4), Ketua dan wakil MA dipilih dari hakim agung
i. Pasal 24 ayat (5), Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara diatur UU
j. Pasal 24B ayat (1), Wewenang KY
k. Pasal 24B ayat (2), Kriteria anggota KY
l. Pasal 24B ayat (3), Anggota KY diangkat dan diberhentikan presiden dengan
persetujuan DPR
m. Pasal 24B ayat (4), Susunan, kedudukan, dan keanggotaan KY diatur UU
n. Pasal 24C ayat (1), Wewenang MK
o. Pasal 24C ayat (2), Memutus pendapat DPR tentang pelanggaran Presiden dan/atau
Wakil Presiden
p. Pasal 24C ayat (3), Anggota MK 9, 3 diajukan MA, 3 diajukan DPR, dan 3 diajukan
Presiden
q. Pasal 24C ayat (4), Ketua MK
r. Pasal 24C ayat (5), Kriteria hakim MK
s. Pasal 24C ayat (6), Pengangkatan, pemberhentian, hukum acara, dan lain-lain diatur
UU
t. Pasal 27 ayat (1), setiap WN sama dalam hukum dan pemerintahan
u. Pasal 28D ayat (1), hak pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
v. Pasal 28I ayat (1), hak diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan tidak dituntut
berlaku surut
22. Tiga pendekar hukum (the three musketeers) yaitu, polisi, jaksa, dan hakim.
KUHPerdata: Burgerlijk Wetboek (BW), berlaku dengan aturan peralihan UUD
23. KUHP: Wetboek van Strafrecht (WvS), menjadi Undang-Undang No. 1. Tahun 1946
30. Hukum politik mengatur hubungan hukum negara dengan orang, negara dan bagian-
bagiannya, dan antar negara
40. Delik commisionis per ommisionis commissa: pelanggaran larangan dengan tidak
berbuat
47. Judex:
a. Factie: memeriksa fakta dan bukti = pengadilan negeri dan pengadilan tinggi
b. Juris: memeriksa penerapan hukum = mahkamah agung
48. Verjaring (kadaluarsa) adalah lampau tenggang waktu yang ditetapkan undang-
undang
51. Minutasi = perberkasan perkara baik yang sudah diputus ataupun belum, seperti
pengetikan dan lain-lain
53. Pengadilan koneksitas adalah untuk tindak pidana penyertaan sipil dan militer
54. Sebelum adalah undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian RI, polisi
tunduk pada peradilan militer. Sedangkan setelah ada undang-undang tersebut,
peradilan umum sehingga polisi merupakan warga sipil dan bukan termasuk subyek
hukum militer.
57. Legal aid (pemberian bantuan hukum) tunduk pada kriteria dan syarat undang-undang
nomor 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum.
59. Pemberi bantuan hukum harus menjawab menerima atau menolak maksimal 3 hari
setelah permohonan lengkap
60. Pro bono publico = pekerjaan profesional yang dilakukan tanpa bayaran untuk
kepentingan umum
61. Prepondence of evidence = bukti-bukti yang berbobot atau lebih meyakinkan dari
bukti-bukti lain, dianggap cukup membuktikan
64. Dasar hukum arbitrase adalah undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang arbitrase
65. Arbiter: tunggal atau majelis ditentukan oleh para pihak atau BANI 14 hari sejak
termohon meerima usul pemohon tidak berhasil menentukan
68. Apabila salah satu pihak tidak menunjuk arbiter, arbiter lawan mengikat keduanya
69. Arbiter berjalan secara tertutup, menggunakan bahasa sesuai permintaan, pihak ketiga
bisa ikut jika disetujui arbiter
70. Arbiter dapat menetapkan putusan sela, pemeriksaan secara tertulis, bisa pula
diadakan pertemuan jika diinginkan, pemeriksaan saksi dan barang secara langsung,
diusahakan damai terlebih dahulu, putusan sejak 30 hari sidang ditutup, harus selesai
maksimal 180 hari sejak terbentuk.
71. Apabila termohon tidak datang, maka dipanggil lagi 10 hari, jika tidak hadir maka
pemohon arbitrase menang
72. Res judicata pro veritate habetur = putusan hakim harus dianggap benar
75. Asas oportunitas (deponering) = penuntut umum tidak perlu menuntu jika merugikan
kepentingan umum
76. Asas presumptio iustea causa = tindakan penguasa selalu benar kecuali dibatalkan
80. Actio pauliana = gugatan pembatalan perbuatan debitur yang merugikan kreditur oleh
kreditur
81. Aequo et bono = istilah bagi penyerahan pada kebijaksanaan hakim seperti apabila
hakim berpendapat lain, mohon putusan seadil-adilnya
82. Acta publica probant sese ipsa = dari luar nampak akta otentik sampai dapat
dibuktikan bukan akta otentik
83. Asas domein = tanah yang tidak dapat dibuktikan milik seseorang berarti milik negara
84. Asas droit de suite = hak mempertahankan benda miliknya di tangan siapapun
85. Asas exeptio non adimpleti contractus = sama-sama lalai tidak berhak menuntut
prestasi
86. Asas in dubio pro reo = dalam keraguan, hakim memutus yang menguntungkan
terdakwa
87. Asas pacta sunt servanda = perjanjian yang disepakati bagaikan undang-undang bagi
para pihak
89. Asas ius curia novit = hakim dianggap mengetahui semua hukum sehingga
pengadilan tidak boleh menolak memeriksa dan mengadili perkara
90. Blanca strof bepalingen = yang tercela di bidang ekonomi termasuk tindak pidana
ekonomi meskipun belum diatur
91. Clausula rebus sic stantibus = keadaan yang menghilangkan kewajiban karena
perubahan mendasar
93. Testimonium de auditu = keterangan saksi dari orang lain atau pikiran saja, umumnya
ditolak
94. Droit de preference = hak mendahului kreditur mendapat pelunasan lebih dulu dari
hasil penjualan barang tertentu
95. Hak previlege = sama dengan droit de preference namun barang apapun:
a. Umum:
• Biaya perkara
• Biaya penguburan
• Biaya pengobatan
• Tagihan upah buruh
• Utang makanan sehari-hari
• Tagihan sekolah asrama
• Piutang belum dewasa
b. Khusus (didahulukan dari yang umum):
• Biaya perkara
• Tunggakan sewa tanah / bangunan
• Harga pembelian barang bergerak yang belum dibayar
• Biaya menyelamatkan barang
• Upah tukang seperti menjahit
• Piutang pengusaha penginapan
• Upah angkutan
• Upah tukang batu, bangunan, kayu, dll
• Piutang negara terhadap pegawai yang lalai dan merugikan
96. Urutan: gadai & hipotik, previlege khusus, previlege umum, droit de preference
100. KUHPerdata:
a. Buku I orang
b. Buku II kebendaan
c. Buku III perikatan / perjanjian
d. Buku IV pembuktian dan kadaluarsa
101. KUHP:
a. Buku I aturan umum
b. Buku II kejahatan
c. Buku III pelanggaran
104. Hukum yang berlaku bagi timur asing: perdata dan pidana adat mereka, hukum
perdata eropa bagi cina
105. Hukum yang berlaku bagi pribumi: hukum adat tidak tertulis, jika diperlukan
dapat diatur khusus
106. Ankum adalah atasan yang berhak menghukum (hukum pidana militer), tugasnya
lebih banyak jika menjadi papera (perwira penyerah perkara). Keduanya menentukan
dilanjutkan atau tidaknya tindakan prajurit ke proses hukum, pengadilan militer atau
umum.
107. Ada ankum, ankum atasan, dan ankum dari ankum atasan
108. Hukum disiplin militer berlaku bagi militer dan yang dipersamakan dengan
militer
113. Pasal makar: 104, 106, 107, 139a, 139b, dan 140 KUHP
D. Mahkamah Agung
115. Undang-Undang tentang Mahkamah Agung nomor 14 tahun 1985.
116. Pada awalnya peradilan umum di bawah eksekutif karena di bawah departemen
kehakiman. Setelah lahir undang-undang nomor 4 tahun 2004 berpindah ke bawah
mahkamah agung.
117. Kekuasaan:
a. Eksekutif
b. Legislatif
c. Yudisial:
• Mahkamah Konstitusi
• Mahkamah Agung:
o Mahkamah syariah (aceh)
o Peradilan Agama
o Peradilan militer (pidana dan tata usaha militer):
▪ Pengadilan militer (kapten ke bawah)
▪ Pengadilan militer tinggi (mayor ke atas)
▪ Pengadilan militer utama (banding)
▪ Pengadilan militer pertempuran
o Peradilan Tata usaha negara:
▪ Pengadilan Tata Usaha Negara
▪ Pengadilan Pajak
o Peradilan umum:
▪ Pengadilan negeri:
➢ Perdata
➢ Pidana
▪ Pengadilan Tinggi:
➢ Perdata
➢ Pidana
▪ Pengadilan Khusus:
➢ Anak
➢ Hak Asasi Manusia
➢ Hubungan Industrial
➢ Niaga
➢ Perikanan
➢ Tindak Pidana Korupsi
119. Nama ketua mahkamah agung saat ini adalah Muhammad Syarifuddin
menggantikan Muhammad Hatta Ali
125. Mahkamah Syariah di Aceh berbentuk pengadilan khusus sejak 1 Maret 2003,
dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Aceh dan Keppres Nomor 11 Tahun 2003.
126. Ketua atau Wakil Ketua Pengadilan harus berpengalaman minimal 10 tahun.
Ketua disumpah di depan Ketua Pengadilan Tinggi. Wakil Ketua disumpah di depan
Ketua Pengadilan.
127. E-court hanya dalam hal-hal administratif (registrasi secara online (e-filling),
membayar secara online (e-payment), dan pemanggilan secara online (e-summons))
sedangkan e-litigasi lebih luas karena mencakup keseluruhan praktek sidang.
128. Apabila ada pelanggaran dalam penggunaan layanan administrasi perkara secara
elektronik, maka MA berhak menegur, menghentikan akses sementara ataupun
permanen
129. Mengirim surat panggilan secara elektronik merupakan tugas juru sita atau juru
sita pengganti
130. Panggilan surat elektronik harus disetujui tergugat kecuali dalam perkara PTUN
131. Menetapkan jadwal sidang elektronik untuk jawaban, replik, dan duplik
merupakan tugas hakim / ketua hakim
132. Mencatat aktivitas sidang elektronik dalam berita acara sidang elektronik adalah
tugas panitera pengganti
E. Hukum Acara
133. Kewenangan absolut pengadilan:
a. Pengadilan Agama (peradilan agama):
• Perkawinan (izin poligami, dispensasi, cegah, tolak, batal, lalai, talak, cerai,
gono gini, hak asuh anak, dll)
• Waris (penentuan ahli waris, bagian, dll)
• Wasiat
• Hibah
• Wakaf
• Zakat
• Infaq
• Shadaqah
• Ekonomi Syariah (bank syariah, asuransi syariah, dll)
b. Pengadilan Militer (peradilan militer):
• Perkara pidana oleh anggota TNI angkatan darat, laut, dan udara
c. Pengadilan Tata Usaha Negara (peradilan tata usaha negara):
• Keputusan Tata Usaha Negara (mengeluarkan atau tidak mengeluarkan hingga
batas waktu)
• Sengketa kepegawaian
d. Pengadilan Negeri (peradilan umum):
• Perdata
• Pidana
e. Mahkamah Syariah
• Kewenangan pengadilan agama ditambah sebagian kewenangan pengadilan
umum
• Ahwal Asy-syakhshiyyah (hukum keluarga)
• Muamalah (hukum ekonomi)
• Jinayah (hukum pidana)
136. Apabila seseorang melakukan tindak pidana di luar negeri yang dapat diadili
menurut hukum Indonesia, maka pengadilan negeri jakarta pusat yang berwenang
(pasal 86 undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP)
141. Bendera merah putih di kanan meja hakim, sedangkan bendera pengadilan di kiri
142. Toga:
a. Bagi jaksa atau advokat hanya wajib pada perkara pidana, namun tidak boleh dipakai
pada pidana anak. Warna simare hitam
b. Bagi hakim wajib, dengan pangkal lengan 8 lipatan dan 17 kancing. Warna simare
hakim agung kuning, pengadilan negeri / tinggi merah, pengadilan TUN biru muda,
pengadilan agama hijau. Warna bef (dasi yang diikat di leher) putih, baik hakim
pengadilan negeri ataupun pengadilan tinggi, ukurannya adalah 25 cm panjang, lebar
15 cm, dan pangkal atas 5 cm. Ujung lengan hakim pengadilan negeri adalah hitam,
sedangkan hakim pengadilan tinggi adalah merah hati. Lencana hakim dilekatkan di
dada kiri. Hakim pria bercelana panjang, sedangkan hakim wanita menggunakan rok.
Kaos kaki hakim pria hitam dengan sepatu hitam, sedangkan hakim wanita tanpa kaos
kaki dengan sepatu hitam tertutup
c. Bagi panitera tidak wajib, jas hitam, kemeja putih, dan dasi hitam sudah cukup
143. Quorum merupakan jumlah anggota rapat minimal yang dianggap dapat mewakili
keseluruhan anggota agar keputusan dianggap sah.
145. Pending sidang adalah penghentian sidang sementara karena ada kendala teknis
atau prinsip.
146. Skorsing sidang adalah penghentian sidang sementara agar para pihak dapat
berdiskusi tanpa pengaturan pimpinan sidang (lobbying).
149. Waktu yang diperlukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang
laporan yang diberikan kepada penegak hukum menurut undang-undang nomor 31
tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah 30 hari
150. Tempo antara hari pemanggilan dengan hari persidangan tidak boleh kurang dari
3 hari, apabila keberadaannya diketahui maka diserahkan kepada yang bersangkutan
sendiri (in person), jika tidak bisa maka kepada keluarganya, jika tidak bisa maka
kepada kepala desanya, jika tidak diketahui maka kepada wali kota / bupatinya
kemudian ditempel di pintu umum kamar sidang pengadilan negeri
152. Saksi tindak pidana ringan tidak disumpah kecuali dianggap perlu oleh hakim
(pasal 208 KUHP)
154. Alat bukti pengadilan militer menurut pasal 172 undang-undang nomor 31 tahun
1997 tentang peradilan militer:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Keterangan terdakwa
d. Surat
e. Petunjuk
155. Syarat sah perjanjian
a. Cakap (syarat subyektif, jika tidak terpenuhi maka voidable / dapat dibatalkan oleh
hakim)
b. Sepakat (syarat subyektif, jika tidak terpenuhi maka voidable / dapat dibatalkan oleh
hakim)
c. Hal tertentu (syarat obyektif, jika tidak terpenuhi maka null and void / batal demi
hukum)
d. Kausa yang halal (syarat obyektif, jika tidak terpenuhi maka null and void / batal
demi hukum)
156. Intervensi oleh pihak ketiga (intervenient)
a. Voeging: memihak salah satu pihak (ada kepentingan)
b. Tussenkomst: menengahi (tidak ada kepentingan)
c. Vrijwaring: terpaksa karena dianggap penanggung oleh penggugat
157. Rekonvensi adalah gugat balik, diajukan bersama jawaban berdasarkan pasal 132
huruf a dan b HIR, sedangkan konvensi adalah gugatan awal
161. Obyek praperadilan (pasal 1 butir 10 dan pasal 77 KUHAP), sah atau tidaknya:
a. Penangkapan
b. Penahanan
c. Penghentian penyidikan
d. Penghentian penuntutan
162. Putusan praperadilan:
a. Penangkapan / penahanan tidak sah: dibebaskan, mendapat ganti rugi dan rehabilitasi
b. Penyidikan / penuntutan dihentikan tidak sah: dilanjutkan
c. Benda disita tidak temasuk alat bukti: dikembalikan
164. Pembantaran adalah izin untuk dirawat di rumah sakit, penahanan tidak dihitung
166. Dakwaan:
a. Tunggal: satu jenis / macam tindak pidana saja
b. Alternatif: satu, tapi ragu yang paling tepat, misalnya pertama... atau kedua...
c. Subsidair (berlapis): ragu kualifikasi ringan / berat, misalnya primair pasal 340,
subsidair pasal 338
d. Kumulatif (bersusun): beberapa tindak pidana berlainan dimintakan hukuman
e. Kombinasi:
• Kumulatif – subsidair
• Kumulatif – alternatif
• Subsidair – kumulatif
167. Voeging dalam pidana adalah penggabungan berkas perkara, sedangkan dalam
perdata adalah intervensi pihak ketiga yang memiihak yang mana hal itu dalam
pidana disebut samenloop / konkursus
170. Provisi adalah permohonan pada hakim untuk melakukan tindakan sementara,
misalnya menghentikan pembangunan, sita jaminan, dll, yang hasilnya adalah
putusan sela
a. Acara Biasa
b. Acara Cepat
c. Acara Singkat
172. Dalam PTUN tidak dikenal tuntutan subsider, gugat balik (rekonvensi), dan
tuntutan provisi (hanya ada meminta menunda pelaksanaan).
173. Surat gugatan PTUN tidak wajib dibubuhi materai karena tidak disyaratkan
Undang-Undang.
183. Pemeriksaan pidana anak secara tertutup, namun bisa terbuka dalam hal:
a. Pelanggaran lalu lintas
b. Pemeriksaan di TKP
185. Anak yang belum berusia 15 tahun dan belum menikah boleh diperiksa menurut
pasal 171 KUHAP
187. Kebenaran formil adalah kebenaran yang hanya didasarkan pada bukti-bukti yang
diajukan ke pengadilan tanpa harus disertai adanya keyakinan hakim.
193. Mediasi yang hanya dihadiri salah satu pihak tanpa kehadiran pihak lain agar
leluarsa menyampaikan disebut kaukus
201. Tidak ada ketentuan besaran biaya perkara, masing-masing pengadilan berbeda
202. Dapat dibebankan pada pihak yang kalah atau sebagian pada kedua pihak
203. Harus diserahkan melalui bank kecuali di daerah yang tidak ada bank
204. Biaya perkara meliputi:
a. Biaya kantor panitera dan materai yang dipakai
b. Biaya saksi, ahli, juru bahasa, juru sumpah
c. Biaya pemeriksaan setempat, perbuatan hakim, dll
d. Gaji pegawai yang memanggil, menyampaikan pemberitahuan, dan surat lain
e. Gaji panitera dan pegawai lain yang menjalankan putusan
205. Biaya perkara menurut undang-undang ditetapkan oleh menteri kehakiman atau
taksiran ketua
208. Memori banding adalah penjelasan sebagai tanggapan keberatan atas putusan
212. Perkara yang tidak bisa dikasasi (pasal 45A UU No. 5 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung):
a. Putusan praperadilan
b. Pidana yang diancam 1 tahun atau denda
c. Putusan pejabat TUN yang berlaku hanya di daerah yang bersangkutan