Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional


Remidi Pkn oleh :
Annisya Tamara Efendi (XD-06)

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Page 1

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional


A. Sistem Hukum dan Peradilan
1. Pengertian Hukum
L.J van Apeldoorn menyatakan bahwa hukum memiliki banyak segi dan bentuk,
cakupan hokum itu sangat luas. Karena itu, sulit membuat definisi hukum yang
dapat mencakup berbagai segi itu.
Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam masyarakat yang dapat
memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan
sanksi yang tegas berupa hukuman terhadap yang tidak menepatinya.
2. Tujuan Hukum
Ada berbagai rumusan yang di kemukakan para ahli hukum mengenai tujuan
hokum, antara lain sebagai berikut.
a. Hukum mengabdi kepada tujuan Negara. Karena itu, tujuan hukum adalah
mencapai kemakmuran dan kebahagiaan seluruh rakyat. (Prof. Soebekti, SH )
b. Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
(L.J.van Apeldoorn)
c. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya
bagi sebanyak mungkin orang (the great happiness of the greatest number).
(Jeremy Bentham)
d. Tujuan hukum adalah menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya
kepentingan-kepentingan itu tidak diganggu. (Van Kan)
e. Tujuan hukum ada tiga, yaitu: (a) mendatangkan tata dan damai dalam
masyarakat (segi reguler); (b) mewujudkan keadilan (segi keadilan); dan (c)
menjaga supaya manusia diperlakukan seperti manusia (segi memanusiakan
manusia). (Notohamidjojo)
3. Penggolongan Hukum
Hukum dibagi dalam beberapa golongan hukum menurut beberapa asas.
a. Berdasarkan bentuknya
1) Hukum tertulis
2) Hukum tidak tertulis
b. Berdasarkan ruang atau wilayah berlakunya
1) Hukum lokal.
2) Hukum nasional
3) Hukum internasional
c. Berdasarkan waktu berlakunya
1) Hukum yang berlaku sekarang ini atau hukum positif
2) Hukum yang berlaku pada waktu yang akan dating
3) Hokum antarwaktu
d. Berdasarkan pribadi yang diatur
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Page 2

1) Hukum satu golongan


2) Hukum semua golongan
3) Hukum antargolongan
e. Berdasarkan masalah yang diatur
1) Hukum public
2) Hukum privat
f. Berdasarkan tugas dan fungsinya
1) Hukum material
2) Hukum formal
4. Sumber-sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-Undangan RI
a. Sumber hukum material
Yaitu sumber penyebab adanya isi peratura hukumberupa keyakinandari
perasaan hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi hukum.
b. Sumber hukum formal
1) Undang-undang (statue)
2) Kebiasaan (custom)
3) Keputusan hakim (yurisprudensi)
4) Traktat (treaty)
5) Doktrin (pendapat ahli hukum)
5. Tata Urutan Perundang-undangan RI
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang
d. Peraturan pemerintah pengganti UU (PERPU)
e. Peraturan pemerintah
f. Keputusan pemerintah
g. Peraturan daerah
6. Hukum Publik
Hokum public mengatur hubungan antarwarganegara dengan Negara yang
menyangkut kepentingan umum. Yang termasuk hokum publik antara lain
sebagai berikut.
a. Hukum tata Negara
b. Hukum administrasi Negara
c. Hukum pidana
d. Hukum acara
7. Hukum Perdata
Perdata sama artinya dengan warga Negara, pribadi, sipil, atau privat.
Dalam ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dapat dibagi sebagai berikut.
a. Hukum perorangan (pribadi)
b. Hukum keluarga
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Page 3

c.
d.
e.
f.

Hukum kekayaan
Hukum waris
Hukum dagang dan hokum adat
Hukum islam

8. Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Peradilan Nasional


Lenbaga peradilan adalah pemegang kekuasaan yudikatif yang berfungsi untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan. Dasar hokum pembentukkan lembagalembaga peradilan di Indonesia diatur dalam:
a. Undang-undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951 tentang Peradilan dalam
Lingkungan Pengadilan Umum.
b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965 tentang Mahkamah Agung yang
diperbaharui dengan UU No. 14 tahun.
c. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman.

B. Peranan Lembaga-lembaga Peradilan


1. Perangkat atau Alat Kelengkapan Lembaga Peradilan
Dalam proses pemutusan perkara di peradilan ada beberapa komponen alat
perlengkapan yang terkait antara lain sebagai berikut.
a. Hakim
b. Panitera
c. Jaksa
d. Kepolisian
2. Klasifikasi Lembaga Peradilan di Indonesia
Ketentuan pasal 24 ayat 2 UUD 1945, juga pasal 10 ayat (1) dan (2) UUD No. 4
Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan dibawahnya serta oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
3. Peranan Lenbaga Peradilan
a. Berdasarkan UU No. 14 Tahun 1970 tingkatan lembaga peradilan
meliputi berikut ini
1) Pengadilan Negeri
2) Pengadialan Tinggi
3) Mahkam Agung
Pengajuan perkara dari pengadilan negeri ke pengadilan tinggi disebut
banding, kemudian pengajuan perkara yang sudah divonis Pengadilan Tinggi
ke Mahkamah Agung disebut kasas
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Page 4

b. Tugas dan fungsi lembaga peradilan


1) Tugas dan fungsi lembaga peradilan
Tugas dan fungsi Pengadilan Negeri Pengadilan negeri bertugas dan
berfungsi memaksa tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan atau
penahanan yang diajukan tersangka, keluarga atau kuasa hukum kepada
ketua pengadilan.
2) Tugas dan fungsi Pengadialan Tinggi
a. Merupakan pimpinan bagi pengadilan-pengadilan negeri di wilayah
hukumnya.
b. Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di daerah
hukumnya dan menjaga supaya peradilan diselesaikan dengan
seksama.
c. Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan negeri di
daerah hukumnya.
d. Memberi peringatan dan petunjuk yang dipandang perlu kepada
pengadilan negeri dalam daerah hukumnya.
3) Tugas dan fungsi Mahkamah Agung
a. Merupakan lembaga pengadilan tertinggi untuk semua lingkungan
dan memberi pimpinan kepada pengadilan-pengadilan yang
bersangkutan.
b. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di
semua lingkungan peradilan di seluruh Indonesia dan menjaga supaya
peradilan diselenggarakan dengan seksama.
c. Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para hakim di
semua lingkungan pengadilan.
d. Untuk kepentingan negara dan keadilan MA memberi peringatan dan
petunjuk.
4) Tugas dan fungsi Pengadilan Agama
Pengadilan agama adalah pengadilan yang memaksa dan memutuskan
perkara-perkara yang berkaitan dengan nikah, rujuk, talak (cerai), nafkah,
waris, dll.
5) Tugas dan fungsi Pengadilan Militer
Pengadilan militer mengadili perkara pidana bagi TNI dan Polri,
seseorang yang menurut UU dapat dipersamakan dengan TNI dan Polri.
6) Tugas dan fungsi Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan badan yang berwenang
memeriksa dan memutus semua sengketa tata usaha negara dalam tingkat
pertama. Sengketa dalam tata usaha negara adalah sengketa yang timbul
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Page 5

dalam bidang tata usaha negara sebagai akibat dikeluarkannya keputusan


tata usaha negara.

C. Sikap Positif terhadap Hukum atau Sadar Hukum


Kepatuhan setiap orang terhadap norma-norma yang berlaku akan menciptakan
ketenagan hidup dalam masyarakat, oleh karena itu kesadaran setiap warga Negara
untuk menjunjung tinggi hukum dan menaatinya sangatlah penting.
Setidaknya ada empat aspek pembentuk kesadaran hukum yaitu pengetahuan hukum
masyarakat, pemahaman terhadap kaidah kaidah hokum, sikap terhadap norma
hukum, perilaku hukum warga masyarakat.

D. Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia


1. Pengertian Korupsi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yang berasal dari kata corruption, yang
berarti pengrusakan, pembusukkan, dan penyuapan. Berdasarkan penelusuran dari
segi bahasa, kita bisa menyimpulkan bahwa pengertian korupsi adalah
penyelewengan atau penggelapan uang (Negara atau perusahaan dan sebagainya)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Pengertian korupsi antara lain bisa kita temukan dalam Bab Ipasal 7 ayat 3-5 UU
RI No. 28 tahun 1999 tentang penyelengga Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi. Sekarang ini UU yang mengatur tindak pidana korupsi adalah UU RI
No. 20 tahun 2001 (tentang Perubahan atas UU No. 31 tahun 1999 tentang
Pembatasan Tindak Pidana Korupsi).
2. Sebab-sebab Korupsi
a. Faktor manusia
b. Faktor lingkungan
c. Gabungan faktor manusia dan faktor lingkungan
3. Dasar Hukum Pemberantasan Korupsi
a. Ketetapan MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Negara yang
bersih yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, tentang penyelenggaraan Negara
yang bersih bebas dari KKN
c. Inpres No. 7 tahun 1999, tenrang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
d. UU No. 3 Tahun 1971, tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
e. UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001, tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi.
f.

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Page 6

4. Klasifikasi Perbuatan Korupsi


Korupsi yang terjadi di Negara Republik Indonesia berdasarkan UU No. 20
Tahun 2001 dapat dikelompokkan menjadi 30 bentuk atau jenis contohnya seperti
merugikan keuangan Negara, suap menyuap, pemerasan, perbuatan curang, dll.
5. Korupsi yang Telah Dikenakan Sanksi
Korupsi yang terjadi di Indonesia setelah era reformasi banyak yang sudah
terungkap. Misalnya kasus Presiden Soeharto namun dihentikan penuntutannya
karena alasan kesehatan dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan lagi.

E. Peran Serta dalam Upaya Pemberantasan Krupsi di Indonesia


Kontrol soasial adalah keseluruhan proses yang bertujuan mendidik, mengajak,
mengawasi, atau memaksa warga masyarakat serta pemerintah sehingga mematuhi
norma-norma yang berlaku.
Dalam menghadapi korupsi, paling tidak ada 5 (lima) bentuk control social yang bisa
dijalankan masyarakat. Kelima bentuk control social itu meliputi, sebagai berikut.
1. Kontrol Sosial oleh Lembaga Negara
2. Kontrol Sosial oleh Organisasi Masyarakat (Ormas)
3. Kontrol Sosial oleh Masyarakat Bersama Media Massa
4. Kontrol Sosial oleh Media Massa
5. Kontrol Sosial Langsung dan Terbuka

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Page 7

Anda mungkin juga menyukai