Anda di halaman 1dari 2

C.

Penyimpangan Perbuatan Pemerintah


Pemerintah sebagai subjek hukum yang berarti dapat melakukan perbuatan hukum, maka pemerintah
sangat berpotensi melakukan penyimpangan atau pelanggaran hukum. Pemerintahan berkenaan
dengan sistem, fungsi, cara perbuatan, kegiatan, urusan atau tindakan memerintah yang dilakukan atau
diselenggarakan atau dilaksanakan oleh “pemerintah” dalam arti luas (semua lembaga Negara) maupun
dalam arti sempit (presiden beserta jajaran atau aparaturnya). Eksekutif adalah cabang kekuasaan
Negara yang melaksanakan kebijakan publik melalui Peraturan Perundang-undangan yang telah
ditetapkan oleh lembaga legislatif maupun atas inisiatif sendiri. Secara teoritis, Presiden atau
Pemerintah memiliki dua kedudukan yaitu sebagai salah satu organ negara dan sebagai administrasi
negara. Sebagai organ negara pemerintah bertindak atas nama negara, Sedangkan sebagai administrasi
negara Pemerintah dapat bertindak baik di lapangan pengaturan (regelen) maupun dalam lapangan
pelayanan (bestuuren).
Penyelenggaraan pemerintahan harus didasarkan pada asas legalitas, asas perlindungan terhadap hak
asasi manusia dan AUPB khususnya dalam hal ini asas tidak menyalahgunakan kewenangan.  Asas tidak
menyalahgunakan wewenang sendiri diatur dalam UU Nomor 30 Tahun 2014 yaitu Pasal 10 ayat 1. Asas
ini mewajibkan setiap badan atau pejabat Pemerintahan untuk tidak menggunakan kewenangannya
untuk kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain yang tidak sesuai dengan tujuan pemberian
kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan, dan tidak mencampurkan
kewenangan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan antara
lain dengan mengefektifkan pengawasan baik melalui pengawasan lembaga peradilan maupun
masyarakat serta berdasarkan asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Dengan demikian, laporan terhadap adanya dugaan penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan
yang dilakukan oleh pejabat pemerintahan tidak seharusnya diperiksa melalui proses pidana karena
sesuai dengan Undang-Undang  Nomor 30 Tahun 2014 selama penyalahgunaan wewenang tersebut
tidak mengandung unsur tindak pidana maka hal tersebut merupakan ranah administrasi yang
penyelesaiannya dilakukan oleh atasan pejabat yang bersangkutan dan sanksi terhadap pejabat yang
telah terbukti melakukan penyalahgunaan wewenang berupa pencabutan kewenangan, sanksi tegoran
atau pemberhentian.
Dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang intinya menyatakan bahwa hak menguasai negara terhadap
pengelolaan kekayaan sumber daya alam itu harus ditujukan bagi kemakmuran rakyat, pernyataan pasal
ini sudah memberitahu pemerintah bahwa tidak ada satupun alasan dari Pemerintah untuk tidak
melaskanakan pasal tersebut secara konsekuen. Tanggung Jawab ini sesungguhnya merupakan salah
satu penyeimbang dalam memposisikan kedudukan pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan
roda organisasi negara. Pemerintah memiliki wewenang untuk mengatur, memungut pajak,
menegakkan hukum, mengenakan sanksi dan seterusnya, yang merupakan serangkaian “kekuasaan”
dalam upaya mencapai tujuan hidup bernegara. Di lain pihak masyarakat memiliki pula hak untuk
memperoleh perlindungan hukum dari berbagai tindakan pemerintah yang mungkin dapat
menimbulkan kerugian dan penyimpangan bagi masyarakat. Adanya asas tanggung jawab pemerintahan
ini sesungguhnya memberikan ruang yang cukup leluasa bagi timbulnya peran serta masyarakat yang
memang sangat dibutuhkan oleh pemerintahan yang demokratis. Dengan dilaksanakan Peranan Hukum
dalam Pertanggungjawaban maka sesungguhnya juga akan meningkatkan martabat pemerintah di mata
rakyatnya, apabila pemerintah rela untuk menegakkan asas tanggung jawab pemerintahan ini maka
setidaknya akan tercapai beberapa hal yang penting yaitu:
a. ditegakkannya prinsip Negara hukum, rule of law, supremasi hukum dan kesamaan di hadapan
hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena pemerintah pun ternyata menghormati
dan taat pada hukum.
b. mengingat pada umumnya masyarakat Indonesia adalah masih menganut budaya paternalistik,
maka dengan adanya asas tanggung jawab pemerintahan ini mendorong timbulnya kesadaran
hukum masyarakat secara sukarela (voluntary compliance).
c. memperkokoh komitmen reformasi untuk mewujudkan good governance yang selaras dengan
penguatan masyarakat madani (civil society).
d. untuk memperkuat asas tanggung jawab pemerintahan ini agar terjadi kepastian hukum,
keadilan dan perlindungan hukum, maka perlu dipikirkan untuk dibentuk undang-undang
tentang Tanggung Jawab Negara.
Adapun pertanggungjawaban hukum pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi harus
dibedakan dari segi administrasi, perdata dan pidana. Dari segi administrasi, keputusan diskresi
wajib dilaporkan secara tertulis kepada atasan langsung pejabat yang menerbitkan keputusan
diskresi. Apabila menurut penilaian atasan pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi,
keputusan diskresi tersebut tidak dapat dibenarkan dari segi hukum dan dari segi kebijakan,
maka atasan pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi harus memerintahkan agar
keputusan diskresi tersebut dicabut. Untuk mengukur tindakan yang menyalahi wewenang
diskresi dalam lapangan hukum administrasi negara adalah sebagai berikut:
1. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan
dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau
golongan
2. Penyalahgunaan kewenangan berupa penyimpangan dari tujuan umum.
3. Penyalahgunaan kewenangan untuk mencapai tujuan tertentu melalui penggunaan prosedur
lain.
4. Perbuatan yang tidak tepat, dalam hal terdapat beberapa pilihan Tindakan.
5. Dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Demikian, kebebasan bertindak atas dasar diskresi yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat
administrasi pemerintahan bukan tanpa batas. Kebebasan tersebut dibatasi oleh Asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AUPB), sehingga diharapkan tidak terjadi penyalahgunaan wewenang
dan juga penyimpangan. Tetapi apabila terjadi penyimpangan hukum atas keputusan diskresi
tersebut yang mengakibatkan kerugian pada masyarakat, maka keputusan diskresi tersebut
tetap harus dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai