Anda di halaman 1dari 3

Perlindungan, Penegakan dan Pertanggung jawaban

Hukum Administrasi Negara


A. Perlindungan Hukum Administrasi Negara
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara adalah hukum
administrasi negara atau hukum perdata, bergantung pada sifat dan kedudukan pemerintah dalam
melakukan tindakan hukum tersebut. Pemerintah memiliki dua kedudukan hukum, yaitu sebagai
wakil dari badan hukum publik (publick rechtspersoon, public legal entity) dan sebagai pejabat
dari jabatan pemerintahan. Ketika pemerintah melakukan tindakan hukum dalam kapasitasnya
sebagai wakil dari badan hukum, tindakan tersebut diatur dan tunduk pada ketentuan hukum
keperdataan, sedangkan ketika pemerintah bertindak dalam kapastitasnya sebagai pejabat,
tindakan itu diatur dan tunduk pada hukum administrasi negara, baik tindakan hukum
keperdataan maupun publik dari pemerintah dapat menjadi peluang munculnya detournment de
pouvoir yang melanggar hak-hak warga negara.
1. Perlindungan Hukum dalam Bidang Perdata
Mengenai kedudukan pemerintah sebagai badan hukum publik yang dapat melakukan
tindakan-tindakan hukum dalam bidang keperdataan seperti jual beli, sewa-menyewa,
membuat perjanjian dan sebagainya, kemungkinan untuk muncul tindakan pemerintah
yang bertentangan dengan hukum akan mungkin terjadi. Berkaitan dengan perbuatan
pemerintah yang bertentangan dengan hukum ini melalui hakim perdata berkenaan
dengan perbuatan melawan hukum oleh pemerintah berwenang menghukum pemerintah
untuk membayar ganti kerugian.
2. Perlindungan Hukum dalam Bidang Publik
Ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu perlindungan hukum preventif
dan represif. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan mencegah terjadinya
sengketa, sedangkan perlindungan represif bertujuan menyelesaikan sengketa.

B. Penegakan Hukum Administrasi Negara


1. Penegakan Hukum dalam Hukum Administrasi Negara
Penegakan hukum administrasi meliputi pengawasan dan penegakan sanksi. Pengawasan
merupakan langkah pencegahan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah
represif yang bersifat memaksa. Setelah pengawasan, selanjutnya adalah sanksi. Sanksi
merupakan inti dari penegakan hukum administrasi.

Unsur sanksi ada 4 (empat) yaitu alat kekuasaan (machtmiddelen), bersifat hukum publik
(publiekrechtelijke), digunakan oleh pemerintah (overheid), sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan(reactie op niet-naleving).

2. Macam-macam Sanksi dalam Hukum Administrasi Negara


Macam-macam sanksi dalam hukum administrasi yaitu :
a. Paksaan pemerintahan
b. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan (izin, subsidi, pembayaran, dan
sebagainya)
c. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah
d. Pengenaan denda administratif
Keseluruhan sanksi tidak selalu diterapkan pada suatu bidang administrasi negara
tertentu. Misalnya sanksi paksaan pemerintahan, tidak dapat diterapkan dalam bidang
kepegawaian dan ketenagakerjaan. Namun dalam hal bidang lingkungan, bidang
administrasi yang diterapkan dapat terjadi lebih dari keempat macam sanksi tersebut.

C. Pertanggungjawaban Pemerintah dalam Hukum Administrasi Negara


Pemerintah adalah subjek hukum, sebagai pendukung hak dan kewajiban hukum, dengan
dua kedudukan hukum, yaitu wakil dari badan hukum dan wakil dari jabatan
pemerintahan. Penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan, pertanggungjawaban itu
melekat pada jabatan, yang secara yuridis dilekatkan dengan kewenangan. Kewenangan
inilah yang memunculkan adanya pertanggungjawaban, tidak ada kewenangan tanpa
pertanggungjawaban.

Merujuk pada asas legalitas, yang menentukan bahwa setiap tindakan hukum pemerintah
atau administrasi negara harus berdasarkan undang-undang atau berdasarkan kewenangan
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, terhadap timbulnya kerugian akibat
tindakan pemerintah dalam kemungkinan yang bukan pelaksanaannya yang salah
melainkan secara materiil tidak benar dan tidak berharga. Dalam hal ini pemerintah tidak
dapat dimintakan pertanggungjawaban dan dituntut ganti kerugian. Dengan kata lain,
tidak setiap kerugian yang muncul akibat perbuatan pemerintah di bidang publik
melahirkan atau memungkinkan tuntutan ganti kerugian bagi pihak tertentu yang
mengalami kerugian. Bahkan apabila ada kerugian yang dialami seseorang atau warga
negara akibat dari perbuatan pemerintah dalam membawa misi kepentingan umum,
pemerintah tidak dapat dituntut ganti rugi. Hal ini disebabkan bahwa kepentingan umum
lebih utama dibandingkan kepentingan pribadi perseorangan. Kecuali jika ada peraturan
perundang-undangan yang secara khusus memberikan kemungkinan adanya ganti
kerugian, contohnya seperti peraturan perundang-undangan mengenai pencabutan atau
pembebasan tanah dan undang-undang rencana tata ruang namun dengan tata cara yang
sesuai. Sebaliknya, kewajiban untuk memberikan ganti kerugian pun juga tidak ada jika
tidak ada peraturan perundang-undangan yang secara khusus memberi kemungkinan
ganti kerugian.

1. Aspek Teoritis Pertanggungjawaban Hukum Pemerintah


Dalam perspektif ilmu hukum, prinsip bahwa setiap tindakan subjek hukum yang
menimbulkan kerugian bagi pihak lain mengharuskan adanya pertanggungjawaban bagi
subjek hukum yang bersangkutan merupakan prinsip yang telah diakui dan diterima
secara umum dalam pergaulan hukum. Ini dalam membahas perlindungan hukum dalam
bidang perdata. Namun akan menjadi sulit ketika diterapkan terhadap pemerintah, apalagi
ketika hukum yang tidak tertulis menjadi salah satu kriteria perbuatan melanggar hukum.
2. Perluasan Makna Hukum dari Sekedar Hukum Tertulis (Undang-Undang) Kemudian
Menjadi Hukum Tidak Tertulis
Berdasarkan yurisprudensi Stroopot arrest 1928, sebagaimana telah terekam, tampak
bahwa “Norma-norma hukum tidak tertulis itu tidak dapat diperlakukan terhadap
perbuatan penguasa karena larangan untuk melanggar norma-norma kepatutan dalam
masyarakat itu hanya berlaku dalam pergaulan antara sesama warga masyarakat”

3. Pertanggungjawaban Pemerintah Hukum Administrasi


Prinsip negara hukum salah satunya adalah asas legalitas, yang mengandung makna
bahwa tindakan hukum pemerintahan apapun harus berdasarkan perundang-undangan
yang berlaku. Badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan ketetapan atas
dasar kewenangan yang diperoleh secara atribusi dan delegasi adalah pihak yang
memikul pertanggungjawaban hukum, sedangkan badan atau pejabat tata usaha negara
yang melaksanakan tugas dan pekerjaan atas dasar mandat bukanlah pihak yang memikul
tanggung jawab hukum, melainkan pemberi mandat lah yang memikul tanggung jawab
tersebut.

Pejabat adalah manusia dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Kesalahan dan
kekeliruan dalam pembuatan dan penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara berasal dari
manusia yang menjabat tersebut, bukan dari jabatannya. Pada prinsipnya kewenangan,
tugas, dan fungsi yang melekat pada jabatan tidak pernah mengimplementasikan bahwa
yang salah dan keliru itu adalah jabatannya, melainkan manusia pemangku jabatan
tersebut. Manusia-pejabat yang telah membuat dan menerbitkan Keputusan Tata Usaha
Negara secara salah dan keliru sudah sewajarnya dibebani tanggung jawab dan dituntut
ganti rugi sebagai konsekuensi dari perbuatannya. Dalam praktiknya, khusus yang
berkaitan dengan Keputusan Tata Usaha Negara, dinyatakan tidak sah atau batal oleh
hakim. Teori Fautes Personalles adalah teori yang menunjukkan bahwa
pertanggungjawaban keuangan pegawai negeri dilakukan oleh pegawai secara pribadi
terhadap pihak yang dirugikan. Adapun teori Fautes de Services Publiques menyatakan
bahwa kesalahan pegawai negeri terhadap pihak ketiga dipertanggungjawabkan dalam
dinas atau instansi pegawai negeri yang bersangkutan sehingga jika ada kerugian yang
harus dibayarkan kepada pihak ketiga, yang membayar adalah dinasnya, yang kemudian
dinas atau instansi tersebut menuntut pertanggungjawaban kepada pegawai yang
bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai