Unsur sanksi ada 4 (empat) yaitu alat kekuasaan (machtmiddelen), bersifat hukum publik
(publiekrechtelijke), digunakan oleh pemerintah (overheid), sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan(reactie op niet-naleving).
Merujuk pada asas legalitas, yang menentukan bahwa setiap tindakan hukum pemerintah
atau administrasi negara harus berdasarkan undang-undang atau berdasarkan kewenangan
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, terhadap timbulnya kerugian akibat
tindakan pemerintah dalam kemungkinan yang bukan pelaksanaannya yang salah
melainkan secara materiil tidak benar dan tidak berharga. Dalam hal ini pemerintah tidak
dapat dimintakan pertanggungjawaban dan dituntut ganti kerugian. Dengan kata lain,
tidak setiap kerugian yang muncul akibat perbuatan pemerintah di bidang publik
melahirkan atau memungkinkan tuntutan ganti kerugian bagi pihak tertentu yang
mengalami kerugian. Bahkan apabila ada kerugian yang dialami seseorang atau warga
negara akibat dari perbuatan pemerintah dalam membawa misi kepentingan umum,
pemerintah tidak dapat dituntut ganti rugi. Hal ini disebabkan bahwa kepentingan umum
lebih utama dibandingkan kepentingan pribadi perseorangan. Kecuali jika ada peraturan
perundang-undangan yang secara khusus memberikan kemungkinan adanya ganti
kerugian, contohnya seperti peraturan perundang-undangan mengenai pencabutan atau
pembebasan tanah dan undang-undang rencana tata ruang namun dengan tata cara yang
sesuai. Sebaliknya, kewajiban untuk memberikan ganti kerugian pun juga tidak ada jika
tidak ada peraturan perundang-undangan yang secara khusus memberi kemungkinan
ganti kerugian.
Pejabat adalah manusia dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Kesalahan dan
kekeliruan dalam pembuatan dan penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara berasal dari
manusia yang menjabat tersebut, bukan dari jabatannya. Pada prinsipnya kewenangan,
tugas, dan fungsi yang melekat pada jabatan tidak pernah mengimplementasikan bahwa
yang salah dan keliru itu adalah jabatannya, melainkan manusia pemangku jabatan
tersebut. Manusia-pejabat yang telah membuat dan menerbitkan Keputusan Tata Usaha
Negara secara salah dan keliru sudah sewajarnya dibebani tanggung jawab dan dituntut
ganti rugi sebagai konsekuensi dari perbuatannya. Dalam praktiknya, khusus yang
berkaitan dengan Keputusan Tata Usaha Negara, dinyatakan tidak sah atau batal oleh
hakim. Teori Fautes Personalles adalah teori yang menunjukkan bahwa
pertanggungjawaban keuangan pegawai negeri dilakukan oleh pegawai secara pribadi
terhadap pihak yang dirugikan. Adapun teori Fautes de Services Publiques menyatakan
bahwa kesalahan pegawai negeri terhadap pihak ketiga dipertanggungjawabkan dalam
dinas atau instansi pegawai negeri yang bersangkutan sehingga jika ada kerugian yang
harus dibayarkan kepada pihak ketiga, yang membayar adalah dinasnya, yang kemudian
dinas atau instansi tersebut menuntut pertanggungjawaban kepada pegawai yang
bersangkutan.