Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PERMASALAHAN
A. Asas Diskresi
Pengertian Asas Diskresi
Sebelum membahas lebih jauh mengenai diskresi, terlebih dahulu perlu dipahami apa yang
dimaksud dengan diskresi itu sendiri. Banyak pakar hukum yang memberikan deIinisi asas
diskresi, menurut Saut P. Panjaitan, diskresi (pouvoir discretionnaire, Perancis) ataupun
Freies Ermessen (Jerman) merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap asas legalitas
dalam pengertian wet matigheid van bestuur, jadi merupakan kekecualian dari asas
legalitas. Menurut ProI. Benyamin, diskresi dideIinisikan sebagai kebebasan pejabat
mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendiri. Dengan demikian, menurutnya
setiap pejabat publik memiliki kewenangan diskresi.

Selanjutnya Gayus T. Lumbuun mendeIinisikan diskresi sebagai berikut:
'Diskresi adalah kebijakan dari pejabat negara dari pusat sampai daerah yang intinya
membolehkan pejabat publik melakukan sebuah kebijakan yang melanggar dengan undang-
undang, dengan tiga syarat. Yakni, demi kepentingan umum, masih dalam batas wilayah
kewenangannya, dan tidak melanggar Azas-azas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB).

Mengenai deIinisi tersebut diatas, selanjutnya Gayus T. Lumbuun menjelaskan bahwa secara
hukum mungkin orang yang menggunakan asas diskresi tersebut melanggar, tetapi secara
azas ia tidak melanggar kepentingan umum dan itu merupkan instant decision (tanpa rencana)
dan itu bukan pelanggaran tindak pidana. Menurut Prajudi, diskresi adalah Kebebasan
bertindak atau mengambil keputusan menurut pendapat sendiri. Kemudian Laica Marzuki
mengemukakan bahwa diskresi adalah Kebebasan yang diberikan kepada badan atau pejabat
administrasi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Lain lagi pendapat dari Thomas J.
Aaron yang menyatakan Discretion is power authority conIerred by law to action on the basic
judgment or consience, and its use is more idea oI morals then law. Sedangkan deIinisi
diskresi menurut Sjachran Basah seperti dikutip oleh Patuan Sinaga, adalah:
., tujuan kehidupan bernegara yang harus dicapai., melibatkan administrasi negara di
dalam melaksanakan tugas-tugas servis publiknya yang sangat kompleks, luas lingkupnya,
dan memasuki semua sektor kehidupan. Dalam hal administrasi negara memiliki keleluasaan
dalam menentukan kebijakan-kebijakan walaupun demikian sikap tindaknya itu haruslah
dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun hukum.

Berdasarkan deIinisi yang diberikan oleh Syachran Basah tersebut, tersimpulkan bahwa
unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu diskresi adalah:
1. Ada karena adanya tugas-tugas public service yang diemban oleh administratur negara;
2. Dalam menjalankan tugas tersebut, para administratur negara diberikan keleluasaan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan;
3. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun
hukum.
Dengan demikian diskresi muncul karena adanya tujuan kehidupan bernegara yang harus
dicapai, tujuan bernegara dari Iaham negara kesejahteraan adalah untuk menciptakan
kesejahteraan rakyat. Tidak dapat dipungkiri bahwa negara Indonesia-pun merupakan bentuk
negara kesejahteraan modern yang tercermin dalam pembukaan UUD 1945. Dalam paragraI
keempat dari pembukaan UUD 1945 tersebut tergambarkan secara tegas tujuan bernegara
yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan bernegara tersebut maka pemerintah
berkewajiaban memperhatikan dan memaksimalkan upaya keamanan sosial dalam arti seluas-
luasnya. Hal tersebut mengakibatkan pemerintah harus aktiI berperan mencampuri bidang
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat (public service) yang mengakibatkan administrasi
negara tidak boleh menolak untuk mengambil keputusan ataupun bertindak dengan dalih
ketiadaan peraturan perundang-undangan (rechtsvacuum). Oleh karena itu untuk adanya
keleluasaan bergerak, diberikan kepada administrasi negara (pemerintah) suatu kebebasan
bertindak yang seringkali disebut Iries ermessen (Jerman) ataupun pouvoir discretionnaire
(Perancis).

B. Permasalahan dalam Diskresi

Kebebasan bertindak sudah tentu akan menimbulkan kompleksitas masalah karena
siIatnya menyimpangi asas legalitas dalam arti siIat pengecualian jenis ini berpeluang lebih
besar untuk menimbulkan kerugian kepada warga masyarakat. Menurut ProI. Muchsan,
diskresi sangat potensiil menimbulkan perbuatan melanggar hukum yang merugikan privat
seperti penguasa dapat dianggap melakukan Perbuatan Melawan Hukum yang melanggar
Hak SubyektiI Privat dalam hal:
a. Penguasa melakukan perbuatan yang bersumber pada hubungan hukum perdata serta
melanggar ketentuan hukum tsb.
b. Penguasa melakukan perbuatan bersumber hk publik dan melanggar ketentuan tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembatasan Terhadap Diskresi

Terhadap diskresi perlu ditetapkan adanya batas toleransi. Hal ini diperlukan agar tidak
terjadi kewenangan yang kebablasan sebagaimana telah disebutkan dalam Bab I diatas.
Batasan toleransi dari diskresi ini dapat disimpulkan dari pemahaman yang diberikan oleh
Sjahran Basah sebelumnya, yaitu adanya kebebasan atau keleluasaan administrasi negara
untuk bertindak atas inisiatiI sendiri; untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
mendesak yang belum ada aturannya untuk itu; tidak boleh mengakibatkan kerugian kepada
masyarakat, harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan juga secara moral.

Jika kita berbicara mengenai pertanggungjawaban, maka diskresi akan terkait dengan
permasalahan subyek yang memiliki kewenangan membuat diskresi, maka subyek yang
berwenang untuk membuat suatu diskresi adalah administrasi negara dalam pengertian
sempit, yaitu eksekutiI. Argumentum yang dikedepankan sehubungan dengan hal ini adalah
bahwa eksekutiIlah yang lebih banyak bersentuhan dengan masalah pelayanan publik oleh
karena itu diskresi hanya ada di lingkungan pemerintahan (eksekutiI). Bentuk-bentuk
sederhana dari keputusan administrasi di luar peraturan perundang-undangan yang dapat
dilihat dalam contoh kehidupan sehari-hari adalah memo yang dikeluarkan oleh pejabat,
pengumuman, surat keputusan (SK), surat penetapan, dan lain-lain.

Menurut ProI. Muchsan, pelaksanaan diskresi oleh aparat pemerintah (eksekutiI) dibatasi
oleh 4 (empat) hal, yaitu:
1. Apabila terjadi kekosongan hukum;
2. Adanya kebebasan interprestasi;
3. Adanya delegasi perundang-undangan;
4. Demi pemenuhan kepentingan umum.
Selain itu terdapat beberapa alasan terjadinya Diskresi yaitu:
(a) Mendesak dan alasannya mendasar serta dibenarkan motiI perbuatannya;
(b) Peraturan perundang-undangan yang dilanggar dalam menetapkan kebijaksanaan diskresi,
khusus untuk kepentingan umum, bencana alam dan keadaan darurat, yang penetapannya
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum;
(c) Untuk lebih cepat, eIisien, dan eIektiI dalam mencapai tujuan yang diamanatkan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia dan Undang-undang, penyelenggaraan
pemerintahan Negara, dan untuk keadilan serta kesejahteraan masyarakat.

Dalam Rancangan Undang-Undang Diskresi juga disebutkan poin-poin apa saja yang
membatasi Diskresi berikut poin-poin tersebut:
1. hak yang dimiliki seseorang pejabat yang memiliki kewenangan delegasi yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan dan ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan
seseorang pejabat,
2. untuk mengatasi suatu kasus dan permasalahan umum, atau bencana alam, atau
Negara dalam keadaan darurat,
3. karena konstitusi dan Undang-Undang yang berlaku belum jelas atau belum
mengatur;
Dalam RUU Administrasi Publik terutama pada Pasal 25 menyatakan bahwa:
(1) Jika seorang Pejabat Administrasi Pemerintahan harus menggunakan diskresi dalam
pembuatan suatu Keputusan Administrasi Pemerintahan, pejabat yang bersangkutan wajib
memperhatikan tujuan pemberian diskresi, batas-batas hukum yang berlaku serta kepentingan
umum.
(2) Batas-batas hukum yang berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Tidak bertentangan dengan hukum dan Hak Asasi Manusia,
b. Tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
c. Wajib menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang baik,
d. Tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

Batas-batas diskresi bagi seseorang pejabat Administrasi Pemerintahan yang menggunakan
diskresi dalam pem buatan suatu Keputusan Administrasi Pemerintahan, wajib
memperhatikan
1. tujuan dari pemberian diskresi,
2. dasar hukum yang berlaku,
3. kepentingan umum
4. Negara dalam keadaan darurat, bencana alam,
5. Dapat dipertanggungjawabkan sesuai asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Perlu diperhatikan bahwa dalam Diskresi terdapat Batas Prosedural Murni yang meliputi:
a. Tidak ada kepentingan antara pejabat dengan produk diskresi
b. Adanya persetujuan dari masyarakat, jika diskresi akan merugikan
c. Didasarkan pertimbangan dan perbuatan hukum Pejabat Administrasi Pemerintahan
berdasarkan Iakta yang benar .

B. Pembentukan Produk Hukum melalui Asas Diskresi

Untuk Membentuk suatu peraturan atau Produk Hukum melalui asas Diskresi harus
dibentuk dengan cara sebagai berikut:
a. isi pengaturan dalam Keputusan Diskresi merupakan perbuatan hukum dari pelaksanaan
asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu:
1. Asas kepastian hukum: Adalah asas dalam rangka negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara Negara.
2. Asas keseimbangan: penjatuhan hukuman yang wajar terhadap pegawai.
3. Asas kesamaan
4. Asas bertindak cermat
5. Asas motivasi
6. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan
7. Asas permainan yang layak: Pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk mendapatkan inIormasi yang benar dan adil
8. Asas keadilan atau kewajaran
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar
10.Asas meniadakan suatu akibat keputusan-keputusan yang batal: Jika akibat
pembatalan keputusan ada kerugian, maka pihak yang dirugikan harus diberi ganti
rugi dan rehabilitasi.
11.Asas perlindungan pandangan hidup pribadi: setiap Pegawai Negeri Sipil diberi
kebebasan dan hak untuk mengatur hidup pribadinya dengan batas Pancasila
12.Asas kebijaksanaan: Pemerintah berhak untuk membuat kebijaksanaan demi
kepentingan umum
13.Asas pelaksanaan kepentingan umum:
b. isi pengaturan perbuatan hukum diskresi meliputi:
1) Kepastian hukum;
2) Keseimbangan;
3) Kecermatan/kehati-hatian;
4) Ketajaman dalam menentukan sasaran;
5) Kebijakan;
6) Gotong royong.
Menurut ProI. Muchsan, asas diskresi harus berlandaskan pada 2 (dua) hal:
1. Landasan Yuridis.
2. Kebijakan.
Kebijakan disini dibagi menjadi dua kategori, pertama kebijakan yang bersiIat mutlak
(absolut) yang kedua yaitu kebijakan yang bersiIat tidak mutlak (relatiI), hal ini dapat terjadi
karena hukumnya tidak jelas.

Berikut ini penulis memberikan contoh diskresi positiI yang dilakukan oleh aparat
pemerintah:
'Seseorang tidak ditilang oleh Polisi meski melanggar lampu merah serta batas kecepatan
karena sedang dalam situasi darurat mengantarkan seorang ibu yang hendak melahirkan
Extraordinary Ireies ermessen dapat dilakukan sepanjang memenuhi kriteria berikut:
1. Adanya kondisi darurat yang nyata sangat akut dan tiba-tiba.
2. Ketiadaan pilihan lain kecuali melakukan suatu tindakan yang berpotensi melanggar
hukum.
3. Kerugian yang ditimbulkan akibat dilakukannya tindakan tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan tujuan atau maksud dilakukannya tindakan tersebut.
4. Tindakan tersebut hanya untuk hal yang bersiIat kepentingan umum yang harus segera
dilindungi, dan pihak yang dirugikan juga dalam jumlah yang sangat sedikit.
5. Adanya kompensasi

Kriteria di atas bersiIat integral dan komulatiI artinya merupakan syarat yang menyatu dan
harus dipenuhi semuanya untuk dapat dilakukan tindakan yang melanggar hukum, sehingga
apabila salah satu saja syarat di atas tidak dipenuhi, maka tindakan tersebut tetap merupakan
tindakan yang murni perbuatan melanggar hukum beserta dengan segala akibat-akibatnya.

BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN

Terdapat beberapa parameter dalam hal batasan toleransi bagi Badan atau Pejabat
pemerintahan dalam menggunakan asas diskresi ini yaitu;
(a) adanya kebebasan atau keleluasaan administrasi negara untuk bertindak atas inisiatiI
sendiri;
(b) untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang mendesak yang belum ada aturannya
untuk itu;
(c) tidak boleh mengakibatkan kerugian kepada masyarakat, harus dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum dan juga secara moral.

Bila berbicara mengenai pertanggungjawaban maka diskresi akan terkait dengan
permasalahan subyek yang memiliki kewenangan membuat diskresi. Menurut ProI. Muchsan,
subyek yang berwenang untuk membuat suatu diskresi adalah administrasi negara dalam
pengertian sempit, yaitu eksekutiI. Adapun basis argumentasi yuridisnya ialah bahwa pihak
eksekutiI yang lebih banyak bersentuhan dengan masalah pelayanan publik oleh karena itu
diskresi hanya ada dipraktekan dan dikenal dalam tata kelola pemerintahan. Bentuk-bentuk
sederhana dari keputusan administrasi di luar peraturan perundang-undangan yang dapat
dilihat dalam contoh kehidupan sehari-hari adalah memo yang dikeluarkan oleh pejabat,
pengumuman, surat keputusan (SK) dan sejumlah bentuk lainnya.

Dalam rancangan Undang Undang Administrasi Pemerintahan (RUU AP) pun
memperjelas penyelesaian sengketa yang ditimbulkan oleh diskresi yang sebelumnya belum
terakomodir dalam UU PTUN. Mekanisme pertanggungjawaban menurut RUU AP ini adalah
mekanisme pertanggungjawaban administrasi terkait dengan keputusan ataupun tindakan
yang telah diambil oleh pejabat administrasi pemerintahan.

Menurut RUU AP Pasal 25 ayat (3) dinyatakan; pejabat administrasi pemerintahan yang
menggunakan diskresi wajib mempertanggungjawabkan keputusannya kepada pejabat
atasannya dan masyarakat yang dirugikan akibat keputusan diskresi yang telah diambil.
Pertanggungjawaban kepada atasan dilaksanakan dalam bentuk tertulis dengan memberikan
alasan-alasan pengambilan keputusan diskresi.
Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat diselesaikan melalui proses peradilan.
Keputusan dan/atau tindakan diskresi pejabat administrasi pemerintahan dapat diuji melalui
Upaya AdministratiI atau gugatan di Peradilan Tata Usaha Negara.

B. SARAN
Disadari atau tidak, Iakta emperik menunjukkan, bahwa banyaknya diskresi yang
dikeluarkan oleh pejabat pemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan
berpotensi menimbulkan permasalahan hukum dan administratiI, sehingga perlu diawasi oleh
masyarakat beserta organisasi-organisasi NGO yang concern terhadap good governance.
Melihat rawannya potensi kekacauan hukum dan administrasi yang ditimbulkan, maka
diskresi harus dapat dipertanggungjawabkan (responsibility) sekaligus
dipertanggunggugatkan (accountability).

Oleh karena itu, penggunaan diskresi secara tepat sesuai dengan ketentuaan yang ada,
yakni dengan senantiasa bersandar kepada asas-asas umum pemerintahan yang baik tentunya
akan membawa manIaat bagi masyarakat. Dalam perspektiI ini, perlu ditekankan bahwa
seorang pejabat adminisatrasi pemerintahan dituntut harus dapat mempertanggungjawabkan
tindakan diskresi yang dibuat olehnya kepada masyarakat tanpa perlu menunggu adanya
gugatan secara legalisitik. Mengingat hal tersebut merupakan suatu kewajiban yang siIatnya
melekat pada kewenangan yang menjadi dasar akan adanya tindakan diskresi itu sendiri.



Literatur
Hardjon, Philipus M, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 1997.
Marbun, SF. ed, Pokok-pokok Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press,
Yogyakarta, 2001.
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Rancangan Undang-Undang Administrasi Negara
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Diskresi
http://malutpost.com/berita/index.php?optioncomcontent&taskview&id163&Itemid38
http://studihukum.blogspot.com/2009/05/Iungsi-peraturan-perundang-undangan.html
http://www.mail-archive.com/akhiyahoogroups.com/msg00161.html

Diposkan oleh Kassa A Karman di 13.07
Label: All Bout Kuliah
0 komentar:









Cleh klng lalsal SulalmanAkademlsl dan AkLlvls
A rolog umum
8lrokrasl sebenarnya merupakan lnsLrumen kekuasaan yang dldesaln oleh penguasa unLuk
men[alankan kepuLusankepuLusan pollLlknya dalam arLl formll namun dalam prakLlknya blrokrasl
Lelah men[adl kekuaLan pollLlk yang poLenslal yang dapaL merobohkan kekuasaan karena lLu
slsLem proses dan prosedur penyelenggaraan negara dalam rangka pelaksanaan Lugas
pemerlnLahan negara dan pembangunan harus dlaLur oleh produk hukum

8eglLu luasnya cakupan LugasLugas admlnlsLrasl negara dan pemerlnLahan sehlngga dlperlukan
peraLuran yang dapaL mengarahkan penyelenggaraan admlnlsLrasl pemerlnLahan men[adl leblh
sesual dengan kebuLuhan masyarakaL aLuL dlsadarl bahwa problem kekuasaan dan perlhal
kewenangan serLa fenomena konfllk sLrukLural merupakan hal yang sukar unLuk dlplsahkan saLu
sama laln Lerleblh blla berblcara mengenal LaLa kelola pemerlnLahan lLu sendlrl kekuasaan
merupakan sumber kewenangan dan konfllk merupakan konsekuensl yang dlLlmbulkan darl
pelaksanaan kewenangan yang Lldak [elas

Pal lnl sepenuhnya Lelah lama dlsadarl oleh Weber sebagal bapak reformasl blrokrasl bahwa konfllk
merupakan konsekuensl darl LunLuLan sLrukLur blrokraLls Lerhadap adanya oLorlLas kewenangan
unLuk men[alankan fungslfungsl pemerlnLahan emberlan dan penggunaan kewenangan secara
Lldak LerkonLrol oleh hukum dan pengawasan masyarakaL dapaL men[erumuskan para penguasa
blrokrasl dan pe[abaL pemerlnLahan kepada perbuaLan yang sewenangwenang

Pukum AdmlnlsLrasl negara dapaL dlarLlkan sebagal perangkaL hukum yang mengaLur segala sesuaLu
yang berkalLan dengan admlnlsLrasl negara AdmlnlsLrasl negara dl slnl mencakup keseluruhan
akLlvlLas yang dllakukan oleh admlnlsLrasl negara dl dalam men[alankan Lugasnya seharlharl balk
Lugas yang berkalLan dengan layanan masyarakaL (publlc servlce) pelaksanaan pembangunan
keglaLan perekonomlan penlngkaLan kese[ahLeraan dan laln sebagalnya

1ermasuk dl slnl adalah Lugas yang dl[alankan oleh admlnlsLrasl negara unLuk melaksanakan
berbagal Lugas yang dlperlnLahkan oleh peraLuran perundangundangan Sedangkan admlnlsLrasl
pemerlnLahan adalah LaLalaksana dalam mengambll Llndakan hukum dan/aLau Llndakan fakLual oleh
badan aLau pe[abaL pemerlnLahan (unsur yang melaksanakan fungsl pemerlnLahan berdasarkan
wewenang dlluar kekuasaan leglslaLlf dan yudlslll yang dlperoleh melalul aLrlbusl delegasl dan
mandaL

8 Cood Covernance rlnclpals

upaya menghlndarl segala benLuk kkn seseorang yang dlpercaya men[abaL suaLu [abaLan dalam
penyelenggaraan negara harus bersumpah sesual dengan agamanya dan harus mengumumkan dan
bersedla dlperlksa kekayaannya sebelum dan seLelah men[abaL melaksanakan Lugas Lanpa
membedakan suku agama ras dan golongan melaksanakan Lugas dengan penuh rasa Langgung
[awab Lldak melakukan perbuaLan Lercela melaksanakan Lugas Lanpa pamrlh balk unLuk
kepenLlngan prlbadl keluarga maupun kelompok dan Lldak mengharapkan lmbalan dalam benLuk
apapun yang berLenLangan dengan keLenLuan eraLuran erundangundangan yang berlaku serLa
bersedla men[adl saksl dalam perkara kkn dan perkara lalnnya sesual dengan keLenLuan peraLuran
perundangundangan yang berlaku

AsasAsas umum emerlnLahan yang 8alk dalam prakLeknya secara yurldls menglkaL penyelenggara
negara unLuk dllaksanakan dalam Lugas dan fungslnya ualam perspekLlf LaLa kelola pemerlnLahan
seLlap badan aLau pe[abaL pemerlnLahan dalam men[alankan Langgung [awabnya wa[lb
melaksanakan asasasas umum pemerlnLahan yang balk

Asas kepasLlan hukum menghendakl kea[egan dan keadllan dalam seLlap kebl[akan
penyelenggaraan pemerlnLahan Asas keselmbangan mewa[lbkan 8adan aLau e[abaL emerlnLahan
unLuk men[aga men[amln pallng Lldak mengupayakan keselmbangan anLara kepenLlngan anLar
lndlvldu yang saLu dengan kepenLlngan lndlvldu yang laln keselmbangan anLar lndlvldu dengan
masyarakaL anLar kepenLlngan warga negara dan masyarakaL aslng anLar kepenLlngan kelompok
masyarakaL yang saLu dan kepenLlngan kelompok masyarakaL yang laln keselmbangan kepenLlngan
anLara pemerlnLah dengan warga negara keselmbangan anLara generasl yang sekarang dan
kepenLlngan generasl mendaLang Lermasuk keselmbangan anLara manusla dan ekoslsLemnya Asas
keLldakberplhakan menghendakl badan aLau pe[abaL pemerlnLahan dalam mengambll kepuLusan
memperLlmbangkan kepenLlngan para plhak secara keseluruhan dan Lldak dlskrlmlnaLlf

Asas kecermaLan mengandung arLl bahwa suaLu kepuLusan harus dldasarkan pada lnformasl dan
dokumen yang lengkap unLuk mendukung legallLas pengambllan kepuLusan sehlngga kepuLusan
yang bersangkuLan dlperslapkan dengan cermaL sebelum kepuLusan LersebuL dlambll aLau
dlucapkan
Asas Lldak menyalahgunakan kewenangan mengharuskan seLlap badan aLau pe[abaL pemerlnLahan
Lldak menggunakan kewenangannya unLuk kepenLlngan prlbadl aLau kepenLlngan yang laln dan Lldak
sesual dengan Lu[uan pemberlan kewenangan LersebuL

Asas keLerbukaan leblh cenderung pada aspek publlc servlce yang balk dan bagalmana masyarakaL
unLuk memperoleh lnformasl yang benar [u[ur dan Lldak dlskrlmlnaLlf dalam penyelenggaraan
admlnlsLrasl pemerlnLahan dengan LeLap memperhaLlkan perllndungan aLas hak asasl prlbadl
golongan dan rahasla negara Asas profeslonallLas menguLamakan keahllan yang sesual dengan
Lugas dan kode eLlk yang berlaku bagl badan aLau pe[abaL pemerlnLahan yang mengeluarkan
kepuLusan pemerlnLahan yang bersangkuLan Asas kepenLlngan umum leblh menekankan dlmensl
kebl[akan pemerlnLah yang berdampak pada kese[ahLeraan umum dengan cara yang asplraLlf
akomodaLlf selekLlf dan Lldak dlskrlmlnaLlf

C lrles Lrmessen Mengapa erlu?

Salah saLu aspek penLlng yang LerkalL dengan prlnslp akunLablllLas dalam reformasl blrokrasl
lndoensla saaL lnl adalah perlhal kewenangan dlskresl Sebagalmana dlkeLahul dlskresl aLaupun yang
lazlm dlkenal dalam bahasa !erman sebagal lreles Lrmessen merupakan suaLu benLuk
penylmpangan Lerhadap asas legallLas dalam pengerLlan weL maLlgheld van besLuur

rlnslp lnl merupakan unsure excepLlon darl asas legallLas lLu sendlrl ulskresl dapaL dlkaLakan
sebagal benLuk wewenang 8adan aLau e[abaL emerlnLahan yang memungklnkan unLuk melakukan
plllhanplllhan dalam mengambll Llndakan hukum dan/aLau Llndakan fakLual dalam llngkup
admlnlsLrasl aLau LaLa kelola suaLu pemerlnLahan

Leblh [auh dalam pasal 1 ayaL (3) 8ancangan undang undang AdmlnlsLrasl emerlnLahan (8uu A)
dlLegaskan dlskresl merupakan kewenangan e[abaL AdmlnlsLrasl emerlnLahan yang dlgunakan
dalam mengambll kepuLusan unLuk mengaLasl masalah dengan memperhaLlkan baLasbaLas hukum
yang berlaku asasasas umum pemerlnLahan yang balk dan normanorma yang berkembang dl
masyarakaL uengan kaLa laln ulskresl merupakan kepuLusan pe[abaL admlnlsLrasl pemerlnLahan
yang berslfaL khusus berLanggung[awab dan Lldak melanggar asasasas umum pemerlnLahan yang
balk deml

8erLolak darl defenlsl dlaLas maka badan aLau pe[abaL pemerlnLahan yang dlberlkan kewenangan
dlskresl dalam mengambll kepuLusan wa[lb memperLlmbangkan Lu[uan dlskresl peraLuran
perundangundangan yang men[adl dasar dlskresl dan senanLlasa memperhaLlkan asasasas umum
pemerlnLahan yang balk sebagalmana dlpaparka dlaLas

ulanLara asasasas umum pemerlnLahan yang balk yang pallng mendasar adalah larangan
penyalahgunaan wewenang dan larangan berLlndak sewenangwenang badan aLau pe[abaL
pemerlnLahan yang menggunakan dlskresl wa[lb memperLanggung[awabkan kepuLusannya kepada
pe[abaL aLasannya dan masyarakaL yang dlruglkan aklbaL kepuLusan dlskresl yang Lelah dlambll
erLanggung[awaban kepada aLasan dllaksanakan dalam benLuk LerLulls dengan memberlkan alasan
alasan pengambllan kepuLusan dlskresl

uengan demlklan dlskresl muncul karena adanya Lu[uan kehldupan bernegara yang harus dlcapal
Lu[uan bernegara darl paham negara welfare sLaLe adalah unLuk menclpLakan kese[ahLeraan rakyaL
1ldak dapaL dlpungklrl bahwa negara lndoneslapun merupakan benLuk negara kese[ahLeraan
modern yang Lercermln dalam pembukaan uuu 1943 ualam paragraf keempaL darl pembukaan
uuu 1943 LersebuL Lergambarkan secara Legas Lu[uan bernegara yang hendak dlcapal unLuk
mencapal Lu[uan bernegara LersebuL maka pemerlnLah berkewa[lban memperhaLlkan dan
memakslmalkan upaya keamanan soslal dalam arLl seluasluasnya

Pal LersebuL mengaklbaLkan pemerlnLah harus akLlf berperan mencampurl bldang kehldupan soslal
ekonoml masyarakaL (publlc servlce) yang mengaklbaLkan admlnlsLrasl negara Lldak boleh menolak
unLuk mengambll kepuLusan aLaupun berLlndak dengan dallh Ler[adl kekososngan hukum
(rechLsvacuum) Cleh karena lLu unLuk adanya keleluasaan bergerak dlberlkan kepada admlnlsLrasl
negara (pemerlnLah) suaLu kebebasan berLlndak (pouvolr dlscreLlonnalre/freles ermessen)

u lus Mlnus lrles Lrmesen

Ada beberapa manfaaL aLau aspek keleblhan dalam penggunaan prlnslp lreles Lrmessen aLau
kebebasan berLlndak oleh pe[abaL pemerlnLah yalLu dlanLaranya perLama kebl[akan pemerlnLah
yang berslfaL emergency LerkalL ha[aL hldup orang banyak dapaL segera dlpuLuskan aLau
dlberlakukan oleh pemerlnLah mesklpun maslh debaLable secara yurldls aLau bahkan Ler[adl
kekosongan hukum sama sekall kedua badan aLau pe[abaL pemerlnLah Lldak Ler[ebak pada
formallsme hukum dengan asumsl bahwa Lldak ada kekosongan hukum bagl seLlap kebl[akan publlk
(pollcy) sepan[ang berkalLan dengan kepenLlngan umum aLau masyarakaL luas keLlga slfaL dan roda
pemerlnLahan men[adl makln flekslbel sehlngga sekLor pelayanan publlk makln hldup dan
pembangunan bagl penlngkaLan kese[ahLraan rakyaL men[adl Lldak sLaLls allas LeLap dlnmals selrlng
dengan dlnamlka masyarakaL dan perkembangan zaman

namun beglLu dlslsl laln kebebasan berLlndak okleh aparLur pemerlnLahan yang berwenang sudah
LenLu [uga menlmbulkan komplekslLas masalah karena slfaLnya yang menylmpangl asas legallLas
dalam arLl yurldls (unsur excepLlon)

Memang harus dlakul apablla Lldak dlgunakan secara cermaL dan haLlhaLl maka penerapa asas frels
ermessen lnl rawan men[adl konfllk sLrukLural yang berkepan[angan anLara penguasa versus
masayarakaL Ada beberapa keruglan yang blsa sa[a Ler[adl [lka Lldak dlanLlslpasl secara balk yaknl
dlanLaranya

perLama aparaLur aLau pe[abaL pemerlnLah berLlndak sewenangwenang karena Ler[adl amblvalensl
kebl[akan yang Lldak dapaL dlperLanggu[awabkan kepada masyarakaL

kedua sekLor pelayanan publlk men[adl Lerganggu aLau malah makln buruk aklbaL kebl[akan yang
Lldak popoluer dan nonresponslf dlambll oleh pe[abaL aLau aparaLur pemerlnLah yang berwenang

keLlga sekLor pembangunan [usLru men[adl LerhambaL aklbaL se[umlah kebl[akan (pollcy) pe[abaL
aLau aparaLur pemerlnLah yang konLraprodukLlf dengan kelnglnan rakyaL aLau para pelaku
pembangunan lalnnya

keempaL akLlflLas perekonomlan masyarakaL [usLru men[adl paslf dan Lldak berkembang aklbaL
se[umlah kebl[akan (pollcy) yang Lldak promasyarakaL dan Lerakhlr adalah Ler[adl krlsls kepecayaan
publlk Lerhadap penguasa dan menurunya wlbawa pemernlLah dlmaLa masyarakaL sebagal aklbaL
kebl[akankebl[akannya yang dlnllal Lldak slmpaLlk dan meruglkan masyarakaL

L 1olak ukur ?ang !elas

1erdapaL beberapa parameLer dalam hal baLasan Loleransl bagl 8adan aLau e[abaL pemerlnLahan
dalam menggunakan asas dlskresl lnl yalLu (a) adanya kebebasan aLau keleluasaan admlnlsLrasl
negara unLuk berLlndak aLas lnlslaLlf sendlrl (b) unLuk menyelesalkan persoalanpersoalan yang
mendesak yang belum ada aLurannya unLuk lLu (c) Lldak boleh mengaklbaLkan keruglan kepada
masyarakaL harus dapaL dlperLanggung[awabkan secara hukum dan [uga secara moral 8lla
berblcara mengenal perLanggung[awaban maka dlskresl akan LerkalL dengan permasalahan subyek
yang memlllkl kewenangan membuaL dlskresl

MenuruL rof Muchsan subyek yang berwenang unLuk membuaL suaLu dlskresl adalah admlnlsLrasl
negara dalam pengerLlan semplL yalLu eksekuLlf Adapun basls argumenLasl yurldlsnya lalah bahwa
plhak eksekuLlf yang leblh banyak bersenLuhan dengan masalah pelayanan publlk oleh karena lLu
dlskresl hanya ada dlprakLekan dan dlkenal dalam LaLa kelola pemerlnLahan

8enLukbenLuk sederhana darl kepuLusan admlnlsLrasl dl luar peraLuran perundangundangan yang
dapaL dlllhaL dalam conLoh kehldupan seharlharl adalah memo yang dlkeluarkan oleh pe[abaL
pengumuman suraL kepuLusan (Sk) dan se[umlah benLuk lalnnya

ualam rancangan undang undang AdmlnlsLrasl emerlnLahan (8uu A) pun memper[elas
penyelesalan sengkeLa yang dlLlmbulkan oleh dlskresl yang sebelumnya belum Lerakomodlr dalam
uu 1un Mekanlsme perLanggung[awaban menuruL 8uu A lnl adalah mekanlsme
perLanggung[awaban admlnlsLrasl LerkalL dengan kepuLusan aLaupun Llndakan yang Lelah dlambll
oleh pe[abaL admlnlsLrasl pemerlnLahan

MenuruL 8uu A asal 23 ayaL (3) dlnyaLakan pe[abaL admlnlsLrasl pemerlnLahan yang
menggunakan dlskresl wa[lb memperLanggung[awabkan kepuLusannya kepada pe[abaL aLasannya
dan masyarakaL yang dlruglkan aklbaL kepuLusan dlskresl yang Lelah dlambll erLanggung[awaban
kepada aLasan dllaksanakan dalam benLuk LerLulls dengan memberlkan alasanalasan pengambllan
kepuLusan dlskresl

Sedangkan perLanggung[awaban kepada masyarakaL dlselesalkan melalul proses peradllan
kepuLusan dan/aLau Llndakan dlskresl pe[abaL admlnlsLrasl pemerlnLahan dapaL dlu[l melalul upaya
AdmlnlsLraLlf aLau gugaLan dl eradllan 1aLa usaha negara

Lpllog

ulsadarl aLau Lldak fakLa emperlk menun[ukkan bahwa banyaknya dlskresl yang dlkeluarkan oleh
pe[abaL pemerlnLah dalam rangka pelaksanaan LugasLugas pemerlnLahan berpoLensl menlmbulkan
permasalahan hukum dan admlnlsLraLlf sehlngga perlu dlawasl oleh masyarakaL beserLa organlsasl
organlsasl nCC yang concern Lerhadap good governance MellhaL rawannya poLensl kekacauan
hukum dan admlnlsLrasl yang dlLlmbulkan maka dlskresl harus dapaL dlperLanggung[awabkan
(responslblllLy) sekallgus dlperLanggunggugaLkan (accounLablllLy)

Cleh karena lLu penggunaan dlskresl secara LepaL sesual dengan keLenLuaan yang ada yaknl dengan
senanLlasa bersandar kepada asasasas umum pemerlnLahan yang balk LenLunya akan membawa
manfaaL bagl masyarakaL ualam perspekLlf lnl perlu dlLekankan bahwa seorang pe[abaL
admlnlsaLrasl pemerlnLahan dlLunLuL harus dapaL memperLanggung[awabkan Llndakan dlskresl yang
dlbuaL olehnya kepada masyarakaL Lanpa perlu menunggu adanya gugaLan secara legallslLlk
MenglngaL hal LersebuL merupakan suaLu kewa[lban yang slfaLnya melekaL pada kewenangan yang
men[adl dasar akan adanya Llndakan dlskresl lLu sendlrl (*)

Anda mungkin juga menyukai