Anda di halaman 1dari 7

Konsep Diskresi Pemerintahan

Ol

• Dwi Lestari (4012211077)

Dosen pengampu : Dr. Muhammad Anwar Tanjung, S.H., M.H

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................2

BAB I PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian Diskresi....................................................................................3
B. Pejabat Pemerintah Yang Berwenang Menggunakan Diskresi............4

C. Tujuan Diskresi.........................................................................................4

D. Syarat Menggunakan Diskresi.................................................................5

E. Kewajiban Pemerintah Terkait Diskresi................................................6

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................7

2
BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diskresi
Dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan disebutkan bahwa diskresi merupakan keputusan dan/atau
tindakan yang ditetapkan dan/ atau dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk
mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan
dalam hal peraturan perundang-perundangan yang memberikan pilihan, tidak
mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.
Diskresi atau pouvoir discrectionnaire atau freies ermessen digunakan ketika tidak
ada kejadian atau peristiwa penting dan mendesak, tetapi belum ada peratuiran
pemerintah yang mengatur maka lembaga negara terkait dapat mengeluarkan
peraturan atau melakukan tindakan agar permasalahan tersebut dapat tertatasi.

Menurut Kamus Hukum, Diskresi berarti kebebasan mengambil keputusan


dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri. Sedangkan menurut
Rancangan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan Draft bulan Juli 2008
didalam pasal 6 mengartikan diskresi sebagai wewenang badan atau pejabat
pemerintahan dan atau badan hukum lainnya yang memungkinkan untuk melakukan
pilihan dalam mengambil tindakan hukum dan atau tindakan faktual dalam
administrasi pemerintahan.

Pengertian diskresi dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “discretion”


atau “discretion power”, sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan istilah diskresi
dengan pengertian “kebebasan bertindak” atau keputusan yang diambil atas dasar
penilaian sendiri. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diskresi diartikan
sebagai kebebasan mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi yang dihadapi.
Dalam pelaksanaannya diskresi merupakan salah satu hak pejabat administrasi negara
dalam menjalankan tugas, tetapi pelaksanaan tugas melalui diskresi tersebut hanya
dapat dilakukan oleh pejabat yang berwenang.

Keputusan atau tindakan pejabat secara bahasa dapat didefinisikan dua hal
yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama. Keputusan berkaitan dengan
tindakan yang
3
dilakukan melalui kebijakan berupa penetapan sedangkan tindakan dapat diartikan
sebagai perlakuan secara langsung oleh pejabat tanpa melalui penetapan.

B. Pejabat Pemerintah Yang Berwenang Menggunakan Diskresi


Pada prinsipnya, pejabat pemerintahan memiliki hak untuk menggunakan
kewenangan dalam mengambil keputusan dan/atau tindakan, salah satunya adalah
menggunakan diskresi sesuai dengan tujuannya. Secara teoritis, pemerintah dapat
diartikan dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, mencakup semua alat
kelengkapan negara yang pada pokoknya terdiri dari cabang-cabang kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudisial, atau kelengkapan negara yang bertindak untuk dan
atas nama negara. Sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah cabang kekuasaan
eksekutif, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Pemerintah dalam arti sempit ini disebut sebagai administrasi, yang memiliki
dua pengertian, yaitu administrasi dalam arti fungsional dan dalam arti institusional.
Administrasi dalam arti fungsional adalah penyelenggaraan semua tugas-tugas
kenegaraan selain bidang pembuatan undang-undang dan peradilan. Sementara
administrasi dalam arti institusional adalah kumpulan jabatan pemerintahan.Contoh
pejabat pemerintahan adalah presiden/wakil presiden, gubernur dan perangkatnya,
bupati/wali kota dan perangkatnya. Secara yuridis, UU Administrasi Pemerintahan
mendefinisikan badan dan/atau pejabat pemerintahan adalah unsur yang
melaksanakan fungsi pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun
penyelenggara negara lainnya.
C. Tujuan Diskresi
Menurut ketentuan UUAP, khususnya Pasal 22 ayat (2), bahwa penggunaan
diskresi oleh pejabat pemerintahan bertujuan untuk:
1) Melancarkan Penyelenggaraan Pemerintahan, Salah satu tujuan
penggunaan diskresi adalah untuk melancarkan penyelenggaraan
pemerintahan. Penyelenggaraan pemerintahan dimaksud salah satu di
antaranya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
2) Mengisi Kekosongan Hukum, Tugas-tugas pemerintahan begitu
banyak dan pelik beriringan dengan public service harus terus
dilakukan. Adakalanya, secara faktual terjadi persoalan-persoalan
genting, sementara peraturan untuk menyelesaikan persoalan tersebut
belum ada atau kurang jelas. Maka, untuk mengatasi hal-hal tersebut,
dibutuhkan
4
diskresi berupa menyelesaikan persoalan-persoalan penting yang
mendesak, dengan cara mengisi kekosongan hukum dimaksud.
3) Memberikan Kepastian Hukum, tujuan penggunaan apa itu diskresi
lainnya adalah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan
hukum kepada masyarakat. Sebab, apabila tidak ada kepastian hukum,
maka bisa saja terjadi sengketa hukum.
4) Mengatasi Stagnasi Pemerintahan, tujuan terakhir adalah untuk
mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna
kemanfaatan dan kepentingan umum.
D. Syarat Menggunakan Diskresi
Diskresi dapat dilakukan dengan pada keadaan-keadaan genting.
Penyelenggara pemerintah dapat melakukan diskresi ketika memenuhi beberapa
syarat dan/atau keadaan genting sebagai berikut.
1) Belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
penyelesaian inkonkreto terhadap suatu masalah tertentu, sementara
masalah tersebut menuntut penyelesaian yang segera. Misalnya dalam
menghadapi suatu bencana alam ataupun wabah penyakit menular,
aparat pemerintah harus segera mengambil tindakan yang
menguntungkan bagi negara maupun bagi masyarakat, tindakan yang
timbul atas prakarsa sendiri.
2) Peraturan perundangan yang menjadi dasar berbuat aparat pemerintah
memberikan kebebasan sepenuhnya. Misalkan dalam pemberian izin
berdasarkan Pasal 1 Hinder Ordonantie (HO), setiap pemberi izin
bebas menafsirkan pengertian “menimbulkan keadaan bahaya” sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing
3) Adanya delegasi perundang-undangan, artinya aparat pemerintah diberi
kekuasaan untuk mengatur sendiri yang sebenarnya kekuasaan itu
merupakan kekuasaan aparat yang lebih tinggi tingkatanya. Misalnya
dalam menggali sumber-sumber keuangan daerah. Pemerintah daerah
bebas untuk mengelolanya asalkan sumber-sumber tersebut merupakan
sumber yang sah.

5
E. Kewajiban Pemerintah Terkait Diskresi
Pemerintah juga memiliki kewajiban terkait perundingan diantarnya sebagai
berikut;
1) Memberlakukan tindakan atau keputusan yang sesai dengan wewenang.
2) Mengikuti aturan yang ada di AUPB dan UU, tapa melewati batas-
batas wewenang.
3) Mematuhi dan mengikuti prosedur persyaratan diskresi.
4) Memberikan bantuan kedinasan tau hukum apabila da pejabat
pemerintahan yang meminta bantuan untuk membantu putusan
5) Dalam proses penyelenggaran keputusan, pemerintah harus
memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga negara, dalam
menyampaikan pendapat dan aspirasinya.
6) Memberitahukan putusan atau tindakan yang telah diambil ole
pemerintah terhadap masyarakat. Terlebih lagi jika tindakan itu dapat
menimbulkan kerugian.
7) Membuat susunan standar operasional yang mengatur pembuatan
diskresi.
8) Ikut meneliti dan memeriksa dokumen administratif masyarakat yang
mask dalam wewenang dan wilayah keputusan

6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-diskresi/ diakses Senin 23 Oktober 2023 jam
10:00 WIB
https://jdih.babelprov.go.id/diskresi-dan-penerapannya diakses Senin, 23 Oktober 2023 jam
09:30 WIB
https://www.hukumonline.com/klinik/a/arti-diskresi--ruang-lingkup--syarat--dan-contohnya
diakses Rabu, 25 Oktober 2023 jam 19:40 WIB
Agustina wati, B. p. (2019). Kekuasaan Diskresi Pemerintahan. Kalimantan timur: RV
pustaka horizon.

Anda mungkin juga menyukai