Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dodo Andar Suralang

Kelas : RPL X 2023

NIM : 23040704435

UAS MATA KULIAH: PENGANTAR ILMU HUKUM (PIH)

SOAL:

1. Diskresi (freies ermessen) mutlak dibutuhkan oleh pemerintah dan melekat pada
suatu wewenang (inherent aan het bestuur) dalam rangka memenuhi peningkatan dan
kompleksitas tuntutan pelayanan publik yang harus diberikan pemerintah terhadap
kehidupan sosial, ekonomi, keamanan dan kesejahteraan penduduk Indonesia yang
semakin komplek. Jelaskan tujuan, prosedur dan akibat hukum penggunaan Diskresi
(freies ermessen) berdasarkan Peraturan Perundangan yang berlaku di Indonesia!
(Skor 25)

2. Pelaksanaan Good Gavernance di Indonesia diawali adanya Gerakan Reformasi


dan setelah Gerakan Reformasi berhasil yang ditandai mundurnya Presiden Soeharto
dan diangkatnya Wakil Predien B.J. Habibie. Jelaskan pendapat saudara tentang Good
Gavernance di Indonesia dan sebutkan ciri-cirinya! (Skor 25)

3. Untuk menjaga keutuhan NKRI dan dengan adatanya Otonomi Daerah, maka Asas
lex superior derogate legi inferiori ini berlaku karena pemerintah pusat dapat
membatalkan Peraturan Daerah, sebutkan Peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang hal tersebut dan jelaskan! (Skor 25)

4. Jelaskan kenapa karena locus delicti dan tempus delicti dapat menjadi penyebab
batalnya Keputusan Pejabat Publik/Pejabat Tata Usaha Negara, jelaskan berdasarkan
Peraturan Perundangan yang berlaku di Indonesia! (Skor 25)

1. Dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan disebutkan bahwa diskresi merupakan keputusan dan/atau tindakan
yang ditetapkan dan/ atau dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk mengatasi
persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal
peraturan perundang-perundangan yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak
lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.
Diskresi atau pouvoir discrectionnaire atau freies ermessen digunakan ketika tidak
ada kejadian atau peristiwa penting dan mendesak, tetapi belum ada peratuiran
pemerintah yang mengatur maka lembaga negara terkait dapat mengeluarkan
peraturan atau melakukan tindakan agar permasalahan tersebut dapat tertatasi.

Adanya peraturan kebijaksanaan tidak dapat dilepaskan dari kewenangan bebas


(vrijebevoegdheid) dari pemerintah yang akrab disebut dengan istilah Freies
Ermessen. Secara bahasa freies ermessen berasal dari kata frei yang artinya lepas,
bebas, tidak terikat, dan merdeka. Adapun, ermessen berarti menilai, memperkirakan,
menduga, dan mempertimbangkan.

Dapat disimpulkan freies ermessen merupakan orang yang mmeiliki kebebasan untuk
menduga, menilai, dan mempertimbangkan sesuatu. Hal tersebut mempermudah
pejabat pemerintahan atau badan-badan administrasi negara dalam melakukan
tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya dengan undang-undang.

Berikut tujuan diskresi yang diatur dalam pasal 22 Undang-Undang No. 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Melancarkan penyelenggaraan
pemerintahan. Mengisi kekosongan hukum, Memberikan kepastian hukum Mengatasi
stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan dan kepentingan
umum.

Berikut prosedur penggunaan diskresi yang diatur dalam pasal 26 Undang-Undang


No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.

a. Pejabat yang menggunakan diskresi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
dan ayat (2) wajib menguraikan maksud, tujuan, substansi, serta dampak administrasi
dan keuangan.

b. Pejabat yang menggunakan Diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menyampaikan permohonan persetujuan secara tertulis kepada Atasan Pejabat.

c. Dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah berkas permohonan diterima, Atasan Pejabat
menetapkan persetujuan, petunjuk perbaikan, atau penolakan.

d. Apabila Atasan Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan penolakan,
Atasan Pejabat tersebut harus memberikan alasan penolakan secara tertulis.
Berikut akibat dari penggunaan hukum diskresi yang diatur dalam pasal 30 Undang-
Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.

Penggunaan diskresi dikategorikan melampaui wewenang apabila:

a. bertindak melampaui batas waktu berlakunya Wewenang yang diberikan oleh


ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. bertindak melampaui batas wilayah berlakunya Wewenang yang diberikan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
c. tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 26, Pasal 27, dan Pasal 28.
d. Akibat hukum dari penggunaan Diskresi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi tidak sah.
e. penggunaan Diskresi menimbulkan akibat hukum yang berpotensi membebani
keuangan negara, menimbulkan keresahan masyarakat, keadaan darurat,
mendesak dan/atau terjadi bencana alam.

2. Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan
sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara. Ada beberapa
prinsip Good Governance menurut UNDP (United Nation Development Programme),
1997, yaitu (1) partisipasi, (2) kepastian hukum, (3) transparansi, (4) tanggung jawab,
(5) berorientasi pada kesepakatan, (6) keadilan, (7) efektifitas dan efesiensi, (8)
akuntabilitas, (9) visi strategik.

3. Pasal 251 UU Pemda

(2) Perda Kabupaten/Kota dan peraturan bupati/wali kota yang bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum,
dan/atau kesusilaan dibatalkan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Asas lex superior derogate legi inferiori dan Kedudukan Surat Edaran dalam
Perundang-undangan. Asas lex superior derogate legi inferiori dapat diartikan bahwa
peraturan perundang-undangan yang mempunyai derajat lebih rendah dalam hierarki
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan yang lebih tinggi.
Dalam hal Perda dinyatakan bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau PUU
yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah yang ditetapkan dengan Peraturan
Presiden. Selanjutnya paling lama 7 hari setelah keputusan pembatalan, kepala daerah
harus memberhentikan pelaksanaan Perda dan bersama DPRD mencabut Perda.

4. Locus Delicti dan Tempus Delicti mempengaruhi Ketentuan mengenai pembatalan


KTUN dapat ditemukan dalam Pasal 66 dan Pasal 67 UU 30/2014. Pada dasarnya,
sebagaimana tindakan pencabutan KTUN, pembatalan KTUN dapat dilakukan apabila
terdapat cacat wewenang, prosedur, dan/atau substansi. Dalam hal KTUN dibatalkan,
harus ditetapkan KTUN yang baru dengan mencantumkan dasar hukum pembatalan
dan memperhatikan AUPB. Pembatalan KTUN dapat dilakukan oleh pejabat
pemerintahan yang menetapkan KTUN, oleh atasan pejabat yang menetapkan
keputusan, atau atas perintah pengadilan. Keputusan pembatalan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintahan dan atasan pejabat dilakukan paling lama 5 hari kerja sejak
ditemukannya alasan pembatalan dan berlaku sejak tanggal ditetapkan keputusan
pembatalan. Keputusan pencabutan yang dilakukan atas perintah pengadilan
dilakukan paling lama 21 hari kerja sejak perintah pengadilan tersebut, dan berlaku
sejak tanggal ditetapkan keputusan pencabutan.

Apabila dibaca dengan saksama, UU 30/2014 menggunakan istilah yang berbeda


untuk menyebut tindak lanjut terhadap KTUN yang dicabut atau dibatalkan. Atas
KTUN yang dicabut, pejabat pembuatnya wajib menerbitkan KTUN baru. Sementara
atas KTUN yang dibatalkan, pejabat pembuatnya wajib menetapkan KTUN baru.

Sepintas, tidak ada perbedaan antar kedua kata tersebut. Namun apabila meninjau
bagian lain dari UU 30/2014, istilah penerbitan digunakan untuk jenis KTUN yang
spesifik, yaitu berkaitan dengan izin, dispensasi, dan konsesi. Yang dimaksud sebagai
izin adalah keputusan pejabat pemerintahan yang berwenang sebagai wujud
persetujuan atas permohonan warga masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Adapun konsesi adalah keputusan pejabat pemerintahan yang berwenang sebagai


wujud persetujuan dari kesepakatan badan dan/atau pejabat Pemerintahan dengan
selain badan dan/atau pejabat Pemerintahan dalam pengelolaan fasilitas umum
dan/atau sumber daya alam dan pengelolaan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sementara dispensasi adalah keputusan pejabat
pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan atas permohonan warga
masyarakat yang merupakan pengecualian terhadap suatu larangan atau perintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dapat ditafsirkan, bahwa
mekanisme pencabutan umumnya dilaksanakan pada jenis-jenis KTUN tersebut. Di
sisi lain, penetapan diberlakukan secara umum atas berbagai jenis KTUN.

Pembeda signifikan lainnya antara pembatalan KTUN dengan pencabutan KTUN


adalah adanya kewajiban mengumumkan pembatalan KTUN di media massa apabila
menyangkut dengan kepentingan umum. Selain itu, pembatalan KTUN juga memiliki
konsekuensi, berupa penarikan kembali semua dokumen, arsip, dan/atau barang yang
menjadi akibat hukum dari KTUN atau menjadi dasar penetapan KTUN oleh badan
dan/atau pejabat pemerintahan. Pemilik dokumen, arsip, dan/atau barang wajib
mengembalikannya kepada badan dan/atau pejabat pemerintahan yang menetapkan
pembatalan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai