Dosen Pengampu:
Zayanti Mandasari
Andri 190102030435
FAKULTAS SYARIAH
BANJARMASIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dilimpahkan bestuurszorg atau public service. Agar servis publik dapat dilaksanakan dan
mencapai hasil maksimal, kepada administrasi negara diberikan suatu kemerdekaan tertentu
untuk bertindak atas inisiatif sendiri menyelesaikan berbagai permasalahan pelik yang
membutuhkan penanganan secara cepat, sementara terhadap permasalahan itu tidak ada, atau
masih belum dibentuk suatu dasar hukum penyelesaiannya oleh lembaga legislatif yang
kemudian dalam hukum administrasi negara diberikan kewenangan bebas berupa diskresi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Diskresi
keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri. 1 Sedangkan menurut
keputusan atau tindakan yang ditetapkan atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk
mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal
Ada beberapa pakar hukum yang memberikan definisi diskresi diantaranya S. Prajudi
keputusan dari para pejabat administrasi negara yang berwenang menurut pendapat sendiri.
Selanjutnya dijelaskannya bahwa diskresi diperlukan sebagai pelengkap dari asas legalitas, yaitu
asas hukum yang menyatakan bahwa setiap tindak atau perbuatan administrasi negara harus
berdasarkan ketentuan Undang-Undang. Akan tetapi tidak mungkin bagi Undang-Undang untuk
mengatur segala macam kasus posisi dalam praktek kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu,
Kebebasan mempertimbangkan ini ada yang bersifat subjektif dan bersifat objektif.
kebebasan untuk menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan kapan wewenang yang
1
JCT Simorangkir dkk., Kamus Hukum, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2008, hlm. 38
2
Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
2
dimiliki itu dilaksanakan. Sedangkan kebebasan mempertimbangkan yang bersifat objektif
yang dirumuskan dalam peraturan dasar wewenangnya. Ketika kebebasan pemerintah atau freies
ermessen ini dituangkan dalam bentuk tertulis, ia akan menjadi peraturan kebijakan. 3
Konsekuensi logis dari adanya kewenangan freies ermessen ini, pemerintah diberi
kewenangan droit function, yaitu kekuasaan untuk menafsirkan terhadap suatu peraturan
overheidsdaad (perbuatan melawan hukum oleh penguasa). Sebab setiap perbuatan pemerintah
dapat dituntut baik melalui peradilan administrasi negara maupun melalui peradilan umum. 4
pada hakekatnya diskresi merupakan kebebasan bertindak atau kebebasan mengambil keputusan
dari badan atau pejabat administrasi pemerintahan menurut pendapatnya sendiri sebagai
pelengkap dari asas legalitas manakala hukum yang berlaku tidak mampu menyelesaikan
permasalahan tertentu yang muncul secara tiba - tiba, bisa karena peraturannya memang tidak
ada atau karena peraturan yang ada yang mengatur tentang sesuatu hal tidak jelas.
Contoh Kasus :
Akibat covid-19, banyak kegiatan masyarakat yang lumpuh, baik perekonomian dan
kehidupan social, bahkan yang lebih fatal lagi yaitu kesehatan yang membawa pada kematian.
3
Ibid.
4
SF. Marbun dan Moh Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Cetakan ke-6, Yogyakarta: Liberty,
2006, hlm. 47
3
Penanganan kondisi luar biasa ini memerlukan keputusan yang cepat dan tepat dari
penyelenggara pemerintah dalam menangani dan mencegah penyebaran covid-19.
Namun Penyelenggara pemerintah sibuk dengan administrasi sebagai syarat yang harus
dipenuhi dalam bertindak apalagi menyangkut penggunaan anggaran, sehingga keputusan dalam
mengambil kebijakan penanganan dan pencegahan covid-19 berlarut-larut.
Untuk melihat batas-batas penggunaan diskresi dapat melihat rumusan di dalam Pasal 24
perundang-undangan yang menjadi dasar diskresi dan asas- asas umum pemerintahan yang baik.
Dari rumusan tersebut terlihat bahwa rambu-rambu dalam penggunaan diskresi dan
Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB), khususnya asas larangan penyalahgunaan wewenang
(detournement de pouvoir) dan asas larangan sewenang- wenang (willekeur). Dengan kata lain,
5
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--diskresi-untuk-solusi-penanggulangan-covid-19 Diakses pada
21/11/2021 Pukul 22:00 Wita.
6
Pasal 24 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
4
kebijakan pemerintah akan dikategorikan sebagai kebijakan yang menyimpang jika didalamnya
ada unsur sewenang-wenang. Selain itu kebijakan dianggap menyimpang jika bertentangan
(specialiteitsbeginsel) yakni asas yang menentukan bahwa wewenang itu diberikan kepada
organ pemerintahan dengan tujuan tertentu. Jika menyimpang dari tujuan diberikannya
mengandung unsur willekeur jika kebijakan itu nyata-nyata tidak masuk akal atau tidak
wewenang yang diberikan atau bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
7
Julista Mustamu, 17 No. 2 Bulan April-Juni 2011, hlm. 4 ± 5
8
Pasal 31 dan 32 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
9
Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan.
5
Meskipun di dalam Undang-Undang Administrasi Pemerintahan ini tidak mengatur
sanksi apabila ketentuan keharusan melapor kepada atasannya tersebut tidak dilaksanakan,
tetapi paling tidak dengan dijadikannya batas-batas penggunaan diskresi sebagai suatu norma
yang mengikat, maka hal tersebut sudah cukup untuk menghindari dilaksanakannya
kepastian hukum yang memberi jaminan dan perlindungan hukum, baik bagi warga
diskresi oleh Badan/Pejabat administrasi pemerintahan hanya dapat dilakukan dalam hal tertentu
di mana peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak mengaturnya atau karena peraturan
yang ada yang mengatur tentang sesuatu hal tidak jelas dan hal tersebut dilakukan dalam
b. Munculnya persoalan tersebut secara tiba-tiba, berada diluar rencana yang telah
ditentukan.
10
Rusli K. Iskandar, Normatifisasi Hukum Administrasi Negara, dalam SF Marbun dkk, Dimensi- Dimensi
Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: UII Press, 2001, hlm. 187
11
SF Marbun dkk, Dimensi-Dimensi« RS FLW., hlm. 117
6
c. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, peraturan perundang-undangan belum
Bahwa pada dasarnya keadaan mendesak adalah suatu keadaan yang muncul secara tiba-
tiba menyangkut kepentingan umum yang harus diselesaikan dengan cepat, dimana untuk
Setiap penggunaan wewenang oleh pejabat selalu disertai dengan tanggung jawab, sesuai
dengan prinsip “ geen bevoegheid zonder verantwoordenlijkheid” Yakni tidak ada kewenangan
tanpa pertanggung jawaban. Karena wewenang itu melekat pada jabatan, namun dalam
implementasinya dijalankan oleh manusia selaku wakil atau fungsionaris jabatan, maka
jabatan, dan (2) sebagai tanggungjawab pribadi. Apabila perbuatan hukum seseorang untuk dan
atas nama jabatan (ambtshalve), maka pertanggungjawabannya terletak pada jabatan. Jika ada
ganti rugi atau denda, maka dibebankan pada APBN atau APBD. Sedangkan perbuatan
terletak pada orang yang bersangkutan, tidak dapat dibebankan pada jabatan, tidak juga
7
dibebankan pada APBN atau APBD ketika ada ganti rugi atau denda akibat kesalahan pribadi.
Maladministrasi berasal dari bahasa Latin malum (jahat, buruk, jelek) dan administrare (to
buruk atau jelak. Berdasarkan pasal 1 angka (3) UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman
wewenang untuk tujuan lain dari wewenang tersebut termasuk kelalaian atau pengabaian
Dalam konsep hukum publik, pertanggung jawaban hukum itu berkaitan dengan
penggunaan kewenangan yang tidak sesuai dengan norma hukum, baik dalam bentuk
nyata-nyata tidak masuk akal, maupun ada unsur sewenang-wenang yang mengkibatkan
dibedakan dari segi administrasi, perdata dan pidana. 12 Dari segi administrasi, keputusan diskresi
wajib dilaporkan secara tertulis kepada atasan langsung pejabat yang menerbitkan keputusan
diskresi. Apabila menurut penilaian atasan pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi,
12
Luthfil Ansori, Jurnal Yuridis Vol.2 No. 1 Juni 2015 : 134-150.
8
keputusan diskresi tersebut tidak dapat dibenarkan dari segi hukum dan dari segi kebijakan,
maka atasan pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi harus memerintahkan agar keputusan
mengajukan keberatan kepada pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi. Terhadap keberatan
masyarakat tersebut, pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi tersebut wajib menjawabnya.
Apabila masyarakat yang merasa kepentingannya dirugikan tersebut masih belum puas terhadap
jawaban pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi, maka dapat mengajukan banding
administrasi kepada atasan langsung pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi dan atasan
langsung dari pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi wajib pula menjawab atas banding
administrasi tersebut. Upaya administrasi yang dapat ditempuh oleh masyarakat tersebut harus
dicantumkan secara implisit di dalam keputusan diskresi. Apabila atasan langsung dari pejabat
yang menerbitkan keputusan diskresi tersebut setuju dengan keberatan masyarakat, maka
keputusan diskresi tersebut diperintahkan untuk dicabut, namun bila atasan langsung dari pejabat
yang menerbitkan keputusan diskresi tersebut tidak setuju dengan keberatan masyarakat, maka
adalah atasan langsung pejabat yang menerbitkan keputusan diskresi dan Pengadilan Tata Usaha
Negara.
13
Ibid....hal 134-150
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konsep Diskresi
sendiri sebagai pelengkap dari asas legalitas manakala hukum yang berlaku
tidak mampu menyelesaikan permasalahan tertentu yang muncul secara tiba - tiba,
bisa karena peraturannya memang tidak ada atau karena peraturan yang ada yang
yang berlaku tidak mengaturnya dan hal tersebut dilakukan dalam keadaan
B. Saran
Besar harapan untuk kedepannya supaya pejabat pemerintah Indonesia lebih tanggap
dalam mengahadapi suatu masalah yang berkaitan dengan kebijakan dan kepentingan umum
yang bersifat mendesak, mengingat zaman semakin maju tentu akan selalu ada hal baru yang
dihadapi pemerintah dalam menjalankan kewenangannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Simorangkir, JCT dkk., Kamus Hukum, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2008,
2001.
Marbun dan Moh Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Cetakan ke-6,
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--diskresi-untuk-solusi-penanggulangan-covid-19
11