Anda di halaman 1dari 11

PEMBERIAN IZIN OLEH PEMERINTAH SEBAGAI PERBUATAN

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Oleh:
Kelompok 4
Daniel Hans (24) 175010100111114

Ardya Davio (25) 175010100111127

Dina Kusuma (26) 175010100111139

Endang Marifatul (27) 175010100111169

Maharani Salma (28) 175010100111200

Mitha Nilam (29) 175010100111204

Faisal Aris (30) 175010100111206

Mura Kan Kutaraya (31) 175010100111220

Dyah Ayu Riska (32) 175010101111009

Eva Wijayanti (33) 175010101111011

Krista Yoga (34) 175010101111013

Harum Ninik (35) 175010101111014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan prinsip negara hukum wetmatigheid van besturr
yang berarti pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan,
maka setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjalankan
fungsinya sebagai penyelenggara pemerintahan harus didasarkan pada
wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. 1
F.A.M
Stroink en J.G. Steenbeek dalam bukunya Inleiding in het staats en
administratief recht tertulis bahwa untuk dapat melaksanakan dan
menegakkan ketentuan hukum positif perlu adanya wewenang, tanpa
wewenang maka tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat
konkret.2
Terdapat dua tugas dan kewenangan umum yang harus
dilakuakan oleh pemerintah yaitu : Menjaga ketertiban dan keamanan
(rust en orde) dan mengupayakan kesejahteraan umum (bestuurszorg).
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut pemerintah diberikan
wewenang oleh peraturan perundang-undangan salah satunya adalah
dibidang pengaturan. Dari bidang pengaturan tersebut kemudian
menghasilkan instrumen-instrumen yuridis yang bersifat individual dan
konkret yaitu berupa ketetapan. Instrumen tersebut merupakan salah
satu tindakan pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.
Izin merupakan salah satu instrumen yang dikeluarkan oleh
pemerintah dalam fungsinya sebagai penyelengara pemerintahan. Izin
merupakan ketetapan yang bersifat konstitutif yaitu ketetapan yang
memperkenankan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan
(beschikingen welke iets toestaan wat tevoren niet geoorloofd was).3
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam hal perizinan adalah :
persyaratan; hak dan kewajiban; tata cara (prosedur); jangka waktu
keberlakuan; waktu pelayanan; biaya; mekanisme komplain dan
penyelesaian sengketa; serta sanksi.

1
Adrian Sutedi, S.H.,M.H., Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik,
Jakarta: Sinar Grafika,2011, hlm. 179
2
Ibid, hlm 179
3
Ibid, hlm 180
Izin dapat dikatakan sebagai keputusan tata usaha negara, karena
izin dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara dan izin melaksanakan
fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintah baik di segala tingkat
mulai dari tingkat daerah hingga tingkat pusat dengan selalu
memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Izin merupakan bagian dari hukum administrasi yang menjadi
salah satu perangkat bagi pemerintah untuk mengendalikan warganya
agar berjalan dengan teratur, dan untuk mencapai tujuan itu diperlukan
perangkat administrasi.4
Pemerintah memiliki pengaruh pada masyarakat yaitu melalui
tugas mengatur mempunyai makna bahwa pemerintah terlibat dalam
penerbitan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan termasuk
melahirkan sisitem-sistem perizinan.5
Izin hanya boleh dikeluarkan oleh Lembaga pemerintahan.
Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, keputusan yang memberikan
izin harus diambil oleh Lembaga yang berwenang, dan hamper selalu
yang terkait adalah Lembaga-lembaga pemerintahan atau administrasi
negara. Dala,m hal ini Lembaga-lembaga pada tingkat penguasa nasional
(seorang Menteri) atau tingkat-tingkat penguasa daerah.6
Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan, yang
digunakan oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkret dan
individual. Izin yang jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang cara
prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin, macam izin, dan
struktur organisasi instansi yang menerbitkannya. Berbagai jenis izin dari
instansi pemberi izin dapat saja berubah seiring dengan perubahan
kebijakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan izin
tersebut. Meskipun demikian izin akan tetap digunakan dalam setiap
penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan.7

4
Hariansi Panimba Sampebulu, PENEGAKAN HUKUM PEMBERIAN IZIN
MENDIRIKAN BANGUNAN DI WILAYAH BALI, Mimbar Keadilan, Volume 12 Nomor 2,
Hariansi Pnimba Sampebulu, 2019, hal 239.
5
Adrian Sutedi, S.H.,M.H., Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan
Publik, Jakarta: Sinar Grafika,2011, hlm. 181
6
N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan,
Surabaya:Yuridika, 1986.
7
Adrian Sutedi, S.H.,M.H., Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan
Publik, Jakarta: Sinar Grafika,2011, hlm. 184-185
Pemberian izin oleh pemerintah yang dikatakan sebagai perbuatan
hukum administrasi negara karena menurut luthfi effendi didalam
bukunya berjudul “pokok-pokok hukum administrasi” dijelaskan bahwa
tugas pemerintah dalam mengatur mempunyai makna pemerintah terlibat
dalam penerbitan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
termasuk melahirkan sistem-sistem perizinan melalui instrumen
pengaturan tersebut, pemerintah mengendalikan masyarakat dalam
bentuk peraturan termasuk izin yang mengadung larangan dan
kewajiban.8
Dengan demikian, izin sebagai salah satu instrumen pemerintahan
berfungsi mengendalikan tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Namun, realita yang terjadi dalam lapangan tidak terjadi seperti
yang diharapkan, survei International Finance Corporation menyatakan
bahwa Indonesia adalah negara dengan layanan perizinan yang paling
tidak efisien dan paling mahal untuk urusan izin baru untuk investasi.
Indonesia memerlukan waktu 151 hari dengan biaya hampir delapan
belas juta rupiah dan melewati 12 prosedur atau tahapan perizinan,
sedangkan di Thailand hanya memerlukan waktu tiga puluh tiga hari
dengan biaya kurang lebih tiga ratus ribu rupiah dan melewati 8
prosedur.9 Hal ini sangat disayangkan karena pada hakekatnya sebuah
izin yang keluarkan oleh pemerintah tentu merupakan perwujudan daari
azaz umum pemerintahan yang baik, khususnya azas pelayanan yang
baik, yakni memberikan pelayanan yang tepat waktu, memiliki standar
prosedur yang jelas dan hemat biaya.
Oleh karena itu baiknya aparatur pemerintah dalam melaksanakan
fungsinya harus dapat memenuhi seluruh ketentuan, utamanya dalam
menentukan apakah sebuah izin bisa diberikan atau tidak, dan
selanjutnya tentu saja mengawasi pelaksanaan izin tersebut apakah
sesuai dengan peruntukannya atau tidak.

Luthfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia Publishing,


8

Malang, 2003, hlm 63


9
Retnowati WDT, Bhenyamin Hoessein, Bambang Supriyono, Susilo Zauhar,
Implementation of Public Services in Bogor Regency, International Journal of
Applied Sociology, Vol. 5 No. 2, 2015, pp. 90-98.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pemberian izin oleh pemerintah sebagai perbuatan


hukum administrasi negara?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis apa yang dimaksud pemberian izin


oleh pemerintah sebagai perbuatan hukum administrasi negara.

D. Manfaat

1. Untuk mengetahui lebih mendalam terkait pemberian izin oleh pemerintah


sebagai hukum administrasi negara.

2. Untuk menambah wawasan ilmu bagi mahasiswa dan akademisi hukum


khususnya dibidang hukum perizinan.

3. Sebagai bahan acuan bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih dalam
tentang perizinan sebagai perbuatan hukum pemerintah.

4. Sebagai bahan pembelajaran bagi akademisi, baik fakultas hukum


maupun fakultas lain.

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pemberian Izin Oleh Pemerintah Sebagai Perbuatan Hukum
Administrasi Negara
Istilah perbuatan pemerintahan diambil dari kata “tindak” atau
“berbuat” (handeling, act.). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kata perbuatan (headelingen action) dimaksudkan sebagai suatu bentuk
perilaku kegiatan yang oleh seseorang atau badan (organ) yang
membawa pada akibat tertentu. Pemerintah atau administrasi negara
adalah sebagai subjek hukum, sebagai pendukung hak dan kewajiban.
Sebagai subyek hukum pemerintah melaakukan berbagai tindakan baik
tindakan nyata maupun tindakan hukum. Tindakan nyata tidak ada
kaitannya dengan hukum dan tidak menimbulkan akibat hukum.10
Pemerintah melakukan dua macam perbuatan, perbuatan biasa
dan perbuatan hukum. Dalam kajian hukum, yang terpenting untuk
dikemukakan adalah perbuatan dalam kategori kedua. Perbuatan hukum
pemerintahan adalah perbuatan yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan.
Perbuatan hukum pemerintah itu ada dua macam yaitu publik dan privat.
Perbuatan hukum publik dibagi lagi menjadi dua yaitu hukum public
bersegi dua dan hukum publik bersegi dua. Perbuatan publik bersegi dua
dibagi lagi menjadi perjanjian dan tindakan bersama.11
Salah satu perbuatan hukum pemerintah adalah dengan
mengeluarkan atau menerbitkan perizinan. Perizinan tidak lahir dengan
sendirnya secara serta merta, namun mestinya ditopang oleh
“wewenang” yang telah diberikan kepada pejabat publik (pemerintah
sebagai pelaksana undang-undang/chief excecutive). Pada akhirnya
pemberian Izin oleh pemerintah kepada orang atau individu dan badan
hukum dilaksanakan melalui surat keputusan atau ketetapan yang
selanjutnya menjadi ranah hukum administrasi negara.Penetapan
perizinan sebagai salah satu instrumen hukum dari pemerintah yaitu
untuk mengendalikan kehidupan masyarakat agar tidak menyimpang dari

10
Ridwan, Hukum Administari Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2016, hlm 109.
11
Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm 106.
ketentuan hukum yang berlaku serta membatasi aktifitas masyarakat agar
tidak merugikan orang lain. Dengan demikian, perizinan lebih merupakan
instrumen pencegahan atau berkarakter sebagai preventif instrumental.
Izin digunakan sebagai sarana hukum administrasi negara karena
izin bersifat hukum publik yang terkait dengan kepentingan umum,
sepihak, dan mengikat, sehingga apabila timbul sengketa hukum dari
perizinan maka penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha
Negara. Dengan demikian, tindakan pemerintah yang berkaitan langsung
dengan fungsi mengendalikan masyarakat adalah izin. Selanjutnya
apabila dikaitkan dengan ketentuan Undang-undang No 9 tahun 2004
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, izin dikategorikan sebagai
keputusan tata uasha negara (beschikking), hal tersebut dengan
ketentuan rumusan Pasal 1 angka 3.
Rumusan ketentuan pasal 1 angka 3 tersebut memberikan
batasan tentang apa yang dimaksud dengan keputusan tata usaha
negara. Izin dapat dikategorikan sebagai keputusan tata usaha negara,
karena :

a. Izin dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara yaitu pemerintah atas
permohonan yang diajukan oleh badan hukum atau perorangan;

b. Izin bersifat konkret, artinya obyek yang diputuskan tidak bersifat


abstrak;

c. Izin mempunyai sifat individual, artinya bahwa dalam izin harus


disebutkan secara jelas siapa yang diberikan izin;
d. Izin bersifat final, artinya dengan izin seseorang telah mempunyai hak
untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum.

Dengan demikian, setiap izin mengandung pengertian yang


membatasi kebebasan seseorang atau badan hukum tertentu melakukan
kegiatan. Sejalan dengan itu, keputusan untuk mengabulkan atau
menolak pemberian izin sepenuhnya merupakan kewenangan instansi
yang berwenang dan tidak membutuhkan adanya kesepakatan atau
bentuk persetujuan dari pemohon izin. Demikian juga instansi yang
berwenang berhak untuk menentukan kewajiban dan larangan yang
harus dipenuhi oleh pemegang izin.

Persoalan perizinan tidak hanya menyangkut masalah teknis


administratif, tetapi terkait pula dengan 5 (lima) hal pokok yakni:12

a. Tujuan, bahwa izin itu harus jelas dan pasti apa yang menjadi tujuan
diterbitkannya izin;

b. Kewenangan, bahwa izin itu dapat dinyatakan sah apabila dilandasi


oleh kewenangan yang sah dari pihak yang mengeluarkannya;

c. Substansi, bahwa izin seyogianya memuat norma-norma yang wajib


ditaati oleh pemegang izin dan secara substansial izin memuat
berbagai persyaratan yang pada dasarnya untuk melindungi
kepentingan dan keselamatan umum;

d. Prosedur, bahwa untuk mendapatkan izin itu harus memenuhi


berbagai prosedur adminisitratif, yuridis, teknis dan manajerial;

e. Penegakan, bahwa setiap izin itu harus dapat dilaksanakan dan


ditegakkan.

Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan atau


memperbolehkan orang yang memohonkanya untuk melakukan tindakan-
tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi memperhatikan
kepentingan umum yang mengharuskan adanya suatu pengawasan.13

BAB III

12
Asep Warlan, Penyederhanaan Perizinan, Analisis hukum dan Perundangan,
disampaikan pada seminar Reformasi Birokrasi Melalui Deregulasi dan Debirokratisasi perizinan di
Kota Bandung, Bandung, 2008, hlm 4.

13
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan dalam Sertor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta,
2010, hlm. 168.
PENUTUP

1. Kesimpulan

Pemerintah melakukan dua macam perbuatan, perbuatan biasa dan


perbuatan hukum. Dalam kajian hukum, yang terpenting untuk dikemukakan
adalah perbuatan dalam kategori kedua. Perbuatan hukum pemerintahan
adalah perbuatan yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan.

Izin digunakan sebagai sarana hukum administrasi negara karena izin


bersifat hukum publik yang terkait dengan kepentingan umum, sepihak, dan
mengikat, sehingga apabila timbul sengketa hukum dari perizinan maka
penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara.

Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan atau


memperbolehkan orang yang memohonkanya untuk melakukan tindakan-
tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi memperhatikan kepentingan
umum yang mengharuskan adanya suatu pengawasan. Bentuk pemberian izin
dari pemerintan sebagai perbuatan hukum administrasi negara dibagi menjadi
beberapa bentuk diantara izin lokasi, izin mendirikan bangunan dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Adrian Sutedi, S.H.,M.H., Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan

Publik, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.

Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012.

Luthfi Effendi, S.H., M.Hum., Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia

Publishing, Malang, 2003.

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, 1986

Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta, 2016.

JURNAL
Hariansi Panimba Sampebulu, Penegakan Hukum Pemberian Izin
Mendirikan Bangunan Di Wilayah Bali, Mimbar Keadilan, Volume 12
Nomor 2, Hariansi Pnimba Sampebulu, 2019.
Retnowati WDT, Bhenyamin Hoessein, Bambang Supriyono, Susilo Zauhar,
Implementation of Public Services in Bogor Regency, International
Journal of Applied Sociology, Vol. 5 No. 2, 2015, pp. 90-98.

SEMINAR
Asep Warlan, Penyederhanaan Perizinan, Analisis hukum dan
Perundangan, disampaikan pada seminar Reformasi Birokrasi
Melalui Deregulasi dan Debirokratisasi perizinan di Kota Bandung,
Bandung, 2008.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto waktu kerja kelompok, dua belas (semua) anggota kelompok
hadir

Anda mungkin juga menyukai