Anda di halaman 1dari 10

Materi

PERIZINAN DAN INSTRUMEN KEPERDATAAN DALAM

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Di Susun

Kelompok 7 :
- Fauzia M. Asuki

- Nurlin Lasambo

- Sri Sasmitha Palilati

- Dea Olivia Nangili

- Nur Anisa Unonongo

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS GORONTALO

T.A 2022/2023
perizinan dan instrumen hukum keperdataan

PERIZINAN (vergunningen)

a. Pengertian

Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan sutau


perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut54, WF
prince mengatakan bahwa dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang
menyebabkan suatu peraturan perundangundangan menjadi tidak berlaku bagi
sesuatu hal yang istimewa55. Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak
untuk menyelenggarakan suatu perusahaan, lisensi digunakan untuk menyatakan
suatu izin yang memperkenankan seseorang untuk menjalankan suatu
perusahaan dengan izin khusus atau istimewa, sedangkan konsesi merupakan
suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar dimana kepentingan umum
terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari
pemerintah, tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada
konsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah56. Izin menurut
sjahran basah adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkrit berdasarkan persyaratan dan
prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan57.
b. Unsur – Unsur Perizinan

1. Instrumen Yuridis

Izin merupakan instrumen yuridis dalam bentuk keputusan yang bersifat


konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau
menetapkan peristiwa konkret sebagai keputusan.Izin itu dibuat dengan
ketentuan dan persyaratan yang berlaku bagi keputusan pada umumnya

2. Peraturan Perundang – Undangan


Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum
permerintahan, sebagai tindakan hukum maka harus ada wewenang yang
diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas
legalitas, tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah, oleh
karena itu dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah didasarkan pada
wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku,
karena tanpa adanya dasar wewenang tersebut keputusan izin tersebut menjadi
tidak sah

3. Organ Pemerintah

Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintah baik di


tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut Sjahran Basah dari badan
tertinggi sampai dengan badan terendah berwenang memberikan izin60.

4. Peristiwa Konkret

Izin merupakan instrumen yuridis yang berbentuk ketetapan yang digunakan oleh
pemerintah dalam menghadapi peristiwa kongkret dan individual, peristiwa
kongkret artinya peristiwa yaterjadi pada waktu tertentu, orang tertentu, tempat
tertentu dan fakta hukum tertentu61.

5. Prosedur dan Persyaratan


Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang
ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin, selain itu pemohon juga harus
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh
pemerintah atau pemberi izin Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-
beda tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin. Menurut
Soehino,syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan
kondisional,konstitutif, karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku
tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi, kondisional karena penilaian
tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau
tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi

c. Fungsi dan Tujuan Perizinan


Selaku instrumen pemerintah izin berfungsi selaku ujung tombak instrument
hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan
makmur itu dijelmakan64. Mengenai tujuan perizinan secara umum adalah
sebagai berikut :
a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan sturen) aktivitas-aktivitas terentu
(misalnya izin bangunan)

b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan);


c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar pada
monumen-monumen);

d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat
penduduk);

e. Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-


aktivitas (izin berdasarkan “drank en horecawet” dimana pengurus harus
memenuhi syarat-syarat tertentu

d. Bentuk dan Isi Izin


Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari keputusan, izin selalu dibuat
dalam bentuk tertulis, sebagai keputusan tertulis, secara umum izin memuat hal-
hal sebagai berikut :
1) Organ yang berwenangDalam izin dinyatakan siapa yang
memberikannya,biasanya dari kepala surat dan penandatanganan izin akan nyata
organ mana yang memberikan izin
2) Yang dialamatkan

Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan, biasanya izin lahir setelah yang
berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu, oleh karena itu keputusan
yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada pihak yang memohon izin

3) Dictum Keputusan yang memuat izin demi alasan kepastian hukum, harus
memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan. Bagian keputusan ini,
dimana akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh keputusan dinamakan dictum,
yang merupakan inti dari keputusan, memuat hak-hak dan kewajiban yang dituju
oleh keputusan itu
4) Ketentuan-ketentuan, pembatasan - pembatsan dan syarat-syarat Ketentuan
ialah kewajiban-kewajiban yang dapat dikaitkan pada keputusan yang
menguntungkan. Pembatasan-pembatasan dalam izin memberi, memungkinkan
untuk secara praktis melingkari lebih lanjut tindakan yang dibolehkan,
pembatasan ini merujuk batas-batas dalam waktu, tempat dan cara lain. Juga
terdapat syarat, dengan menetapkan syarat akibat-akibat hukum tertentu
digantungkan pada timbulnya suatu peristiwa dikemudian hari yang belum pasti,
dapat dimuat syarat penghapusan dan syarat penangguhan

5) Pemberi alasan Pemberian alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan


ketentuan UU, pertimbangan-pertimbangan hukum, dan penetapan fakta

6) Pemberitahuan - pemberitahuan tambahanPemberitahuan tambahan dapat


berisi bahwa kepada yang dialamatkan ditunjukkan akibat-akibat dari pelanggaran
ketentuan dalam izin, seperti sanksi-sanksi yang mungkin diberikan pada
ketidakpatuhan. Mungkin saja juga merupakan petunjuk-petunjuk bagaimana
sebaiknya bertidak dalam mengajukan permohonan-permohonan berikutnya atau
informasi umum dari organ pemerintahan yang berhubungan dengan
kebijaksanaannya sekarang atau dikemudian hari.

 Instrumen hukum keperdataan


Penggunaan instrumen hukum perdata merupakan konsekuensi
dari paham negara kesejahteraan, yang menuntut pemerintah untuk
mengupayakan kesejahteraan masyarakat. dalam memenuhi
tuntutan tersebut, organ pemerintah tidak cukup jika hanya
menggunakan instrumen hukum publik, tetapi juga menggunakan
instrumen keperdataan terutama guna mencapai efektivitas dan
efisiensi pelayanan terhadap masyarakat.
Pemerintah dalam melakukan kegiatannya sehari-hari tampil dengan
dua kedudukan, yaitu sebagai wakil dari badan hukum (Pelaku
hukum keperdataan) dan wakil dari jabatan pemerintahan (pelaku
hukum publik). Sebagai pelaku hukum kemerdekaan yang melakukan
berbagai perbuatan hukum keperdataan seperti mengikatkan
perjanjian jual beli, sewa menyewa pemborongan dan sebagainya
yang dijelmakan dalam kualitas badan hukum. Dalam posisi ini
kedudukan pemerintah tidak ada bedanya dengan seseorang atau
badan hukum perdata pada umumnya, yaitu diatur dan tunduk pada
ketentuan-ketentuan hukum keperdataan. Penggunaan instrumen
hukum keperdataan ini adalah untuk mengusahakan
kesejahteraan(berstuurszorg) di mana pemerintah terlibat dengan
kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai dimensi sejalan dengan
tuntutan perkembangan kemasyarakatan. Namun demikian,
penggunaan instrumen hukum keperdataan oleh pemerintah ini
perlu dibatasi, yaitu:
a) Pemerintah tidak dapat melakukan hubungan keperdataan yang
berhubungan dengan hukum kekeluargaan:
b) Pemerintah tidak boleh membeli tanah untuk dijadikan hak milik:
c) Pemerintah tidak diperkenankan melakukan perbuatan hukum
keperdataan yang bertentangan dengan kepentingan umum Atau
Dilarang oleh peraturan perundang-undangan
Hubungan hukum dalam bidang keperdataan bersifat dua pihak atau
lebih (meerzijdige), bersandar pada prinsip otonom dan kebebasan berkontrak
(contractsvrijheid) dalam arti kemerdekaan atau kemandirian penuh bagi subjek
hukum untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan hukum, serta iktikad
baik dalam berbagai persetujuan yang menunjukkan kesetaraan antar pihak tanpa
salah satunya memiliki kedudukan khusus dan kekuatan memaksa terhadap pihak
lain. Atas dasar ini pemerintah hanya dapat mensejajarkan diri dengan seseorang
atau badan hukum perdata dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum
publik, bukan dalam kapasitasnya selaku wakil jabatan pemerintahan yang
memiliki kedudukan istimewa.

Bentuk-bentuk perjanjian yang bisa dijalankan pemerintah dengan pihak


lain adalah:
1. Perjanjian perdata biasa: jual beli, sewa-menyewa, dan lain-lain.
Perbuatan keperdataan ini dilakukan karena pemerintah memerlukan
berbagai sarana dan prasarana untuk menjalankan administrasi
pemerintah, seperti: kebutuhan alat tulis menulis yang harus dibeli,
membeli tanah untuk perkantoran, perumahan dinas dan lain
sebagainya.
2. Perjanjian perdata dengan syarat-syarat standar, contoh: adhesie.
Pemerintah dapat pula menggunakan instrumen hukum keperdataan
untuk membuat perjanjian dengan pihak swasta dalam rangka
melakukan tugas-tugas tertentu, misalnya tugas-tugas atau pekerjaan
yang tidak sepenuhnya dapat diselenggarakan sendiri oleh pemerintah.
Bentuk dari perjanjian ini dapat berupa kontrak adhesie, yaitu suatu
perjanjian yang seluruhnya telah disiapkan secara sepihak hingga pihak
lawan berkontraknya tidak ada pilihan lain kecuali menerima atau
menolaknya.
3. Perjanjian mengenai kewenangan publik.
Perjanjian mengenai kewenangan publik adalah perjanjian antara
badan atau pejabat tata usaha negara dengan warga masyarakat dan
yang diperjanjikan adalah mengenai cara badan atau pejabat tata
usaha negara tersebut menggunakan wewenang pemerintahannya.
4. Perjanjian mengenai kebijaksanaan pemerintahan.
a. Kewenangan luas yang dimiliki pemerintah atas dasar freies ermessen,
kemudian melahirkan kebijaksanaan dimungkinkan pula dijalankan
dengan menggunakan perjanjian.
b. Dengan kata lain, pemerintah dapat menjadikan kewenangan luas atau
kebijaksanaan yang dimilikinya sebagai objek dalam perjanjian..
c. Perjanjian seperti ini dikenal dengan perjanjian kebijaksanaan
(Beleidsovereenkomst). Yaitu perbuatan hukum yang menjadikan
kebijakan publik sebagai objek perjanjian..

Kesimpulan

Negara Indonesia adalah Negara Hukum sebagaimana diamanatkan


dalam Pasal 1 Ayat (3) UUD RI Tahun 1945 yang menyatakan
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Konsekuensi dari Negara
Hukum adalah setiap penyelenggaraan negara dan aktivitas yang
dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus
berdasarkan pada hukum. Hukum menjadi panglima dan dijadikan
pedoman dalam kehidupan bernegara. Dalam konteks keilmuan,
hukum memiliki ciri khas tersendiri, yang tidak bisa disamakan
dengan keilmuan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai