HUKUM PEMERINTAHAN
OLEH:
NIM.1680511043
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk mencapai atau menciptakan tata
tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat baik itu merupakan usaha pencegahan
perkataan lain baik secara preventif maupun represif. 1 Sejauh ini peraturan yang mengatur
tentang penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap keluhuran harkat martabat
manusia di dalam proses pidana pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-undang
Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-undang Nomor 8 Tahun
Lembaga peradilan sebagai lembaga penegakan hukum dalam system mperadilan pidana
merupakan suatu tumpuan harapan dari para pencari keadilan yang selalu menghendaki
peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan sebagaimana yang diatur dalam pasal 2 ayat
(4) Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Dalam hal ini,
hakim sebagai pejabat Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili
dalam suatu proses peradilan pidana, mempunyai suatu peranan penting dalam penegakan
hukum pidana untuk tercapainya suatu keadilan yang diharapkan dan dicita-citakan.
Pemerintah atau administrasi negara adalah salah satu subyek hukum. Sebagai subyek
hukum pemerintah dapat melakukan tindakan hukum, baik dalam kapasitasnya sebagai wakil
dari badan ataupun sebagai pejabat.2 Tindakan hukum pemerintah dapat menjadi peluang
munculnya perbuatan yang bertentangan dengan hukum, yang melanggar hak-hak warga
Negara. Ketika tindakan hukum itu melanggar hak-hak warga negara, 3 hukum harus
tindakan hukum, pemerintah atau adminstrasi negara perlu diawasi atau diberikan sanksi jika
tindakan mereka menyalahgunakan kewenangan.4 Hal itu adalah bagian dari proses
penegakan hukum oleh pemerintah. Penegakan hukum bertujuan untuk mewujudkan nilai-
nilai atau kaidah-kaidah yang memuat keadilan dan kebenaran. Dalam hukum administrasi
negara pemerintahlah yang paling bertanggung jawab melakukan penegakan hukum, yang
Dalam melakukan tindakan hukum, pemerintah harus bersandar pada asas legalitas. 5 Asas ini
bertujuan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat
sikap pemerintah yang mau menunjukan bahwa mereka tidak mau melepasakan diri
Berdasarkan penjelasan dari latar belakang tersebut, yang menjadi pokok permasalahan
BAB II
PEMBAHASAN
4
Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 79.
5
Philipus Hadjon, 2012, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, h. 99.
6
Ibid.
2.1 Perlindungan dalam Hukum Pemerintahan
sepihak, dapat menjadi penyebab terjadinya pelanggaran hukum terhadap warga negara,
apalagi dalam negara hukum modern, oleh karena itu diperlukan perlindungan hukum bagi
Dalam rangka perlindungan hukum, keberadaan asas-asas umum pemerintahan yang baik
memiliki peranan penting sehubungan dengan adanya langkah mundur pembuat undang-
peundang-undangan, dan adanya freies rrmessen pada pemerintah.8 Namun di sisi lain,
Ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu perlindungan hukum preventif
bentuk yang defintif. Artinya perlindungan hukum preventif ini bertujuan untuk mencegah
Ada beberapa hal yang menjadi alasan warga negara harus mendapat perlindungan
1. Karena dalam berbagai hal warga negara dan badan hukum perdata tergantung pada
untuk usaha perdagangan, perusahaan atau pertambangan. Karena itu warga negara
7
Prins dan Kosim Adisaputra, 2011, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 314
8
Ridwan HR, Op.cit, h. 245.
2. Hubungan antara pemerintah dan warga negara tidak berjalan dalam posisi sejajar,
Di Indonesia perlindungan hukum bagi rakyat akibat tindakan hukum pemerintah ada
ditempuh melalui Mahkamah Agung, dengan cara hak uji materiil, sesuai dengan Pasal 5 ayat
(2) Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
No. 14 Tahun 1970 yang telah diubah dengan UU No. 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-
untuk menyatakan tidak sah semua peraturan perundang-undangan dari tingkat yang lebih
yang lebih tinggi.” Ketentuan yang sama juga terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) UU No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, “Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji
Dalam rangka perlindungan hukum, terdapat tolok ukur untuk menguji secara materiil
suatu peraturan perundang-undangan yaitu bertentangan atau tidak dengan peraturan yang
lebih tinggi dan bertentangan atau tidak dengan kepentingan umum. Khusus mengenai
9
Prins dan Kosim Adisaputra, Op.cit, h. 320.
secara spontan, yakni pembatalan atas dasar inisiatif dari organ yang berwenang menyatakan
Dalam Pasal 145 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terdapat
daerah mempunyai mekanisme hak uji materil yang berbeda dengan peraturan perundang-
undangan tingkat pusat, yaitu di tempuh melalui jalur pemerintahan dalam bentuk penundaan
kemungkinan, yaitu peradilan administrasi dan upaya administrasif. 10 Ada perbedaan antara
peradilan administrasi dan upaya administratif adalah kata peradilan menunjukkan bahwa hal
ini menyangkut proses peradilan pada pemerintahan melalui instansi yang merdeka.
Kemerdekaan ini tampak pada hakim administrasi yang professional, disamping juga
adalah bahwa instansi ini hanya menilai tindakan pemerintahan berdasarkan hukum.
pemerintahan tidak hanya dinilai berdasarkan hukum, namun juga dinilai aspek kebijakannya.
Upaya administratif ini ada dua macam, yaitu banding administratif dan prosedur
keberatan. Banding administratif yaitu penyelesaian sengketa tata usaha Negara dilakukan
oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan yang disengketakan.
Sedangkan prosedur keberatan adalah penyelesaian sengketa tata usaha Negara dilakukan
Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik
sebagaimana seharusnya patut ditaati. Menurut Satjipto Raharjo, penegakan hukum adalah
usaha untuk mewujudkan ide-ide atau konsep-konsep (keadilan, kebenaran dan kemanfaatan)
yang abstrak menjadi kenyataan.14 Oleh karena hakikat penegakan hukum itu adalah
mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang memuat keadilan dan kebenaran, maka
penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari pada penegak hukum yang sudah dikenal
secara konvensional. Akan tetapi menjadi tugas setiap orang. Dalam kaitannya dengan
hukum publik, J.B. ten Merge mengatakan bahwa pihak pemerintah yang paling bertanggung
jawab melakukan penegakan hukum.15 Dalam rangka penegakan hukum, J.B. ten Merge
beberapa macam, yaitu jika ditinjau dari segi kedudukan badan/organ yang mengadakan
kontrol itu terhadap badan/organ yang dikontrol, ada kontrol intern dan kontrol ekstern. 17
Kontrol intern berarti bahwa pengawasan itu dilakukan oleh badan yang secara struktural
masih termasuk dalam lingkungan pemerintah sendiri. Sedangkan kontrol ekstern adalah
pengawasan yang dilakukan oleh organ atau lembaga-lembaga yang secara struktural berada
di luar pemerintah. Ditinjau dari segi waktu dilaksanakannya, pengawasan atau kontrol
dibedakan menjadi menjadi kontol a-priori dan kontrol a-posteriori. Kontrol a-priori adalah
sedangkan kontrol a-posteriori adalah bilamana pengawasan itu baru dilaksanakan sesudah
upaya preventif, dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum
terjadinya pelanggaran norma-norma hukum, sebagai upaya represif. Di samping itu, yang
terpenting adalah bahwa pengawasan ini diupayakan dalam rangka memberikan perlindungan
bagi rakyat.
16
Ibid, h. 312.
17
Ibid.
18
Ibid, h. 320.
Sarana penegakan hukum selain pengawasan adalah sanksi. Sanksi merupakan bagian
para warga di dalam peraturan perundang-undangan tata usaha negara, manakala aturan-
atauran tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan oleh tata usaha negara. 19 Salah satu instrumen
untuk memaksakan tingkah laku masyarakat ini adalah dengan sanksi. Oleh karena itu, sanksi
sering merupakan bagian yang melekat pada norma hukum tertentu. Dalam Hukum
pemerintahan, dimana kewenangan ini berasal dari aturan Hukum Administrasi Negara
Ada empat unsur sanksi dalam Hukum Administrasi Negara, yaitu alat kekuasaan,
bersifat hukum publik, digunakan oleh pemerintah, dan sebagai reaksi atas ketidakpatuhan.
Ditinjau dari segi sasarannya, dalam Hukum Administrasi Negara dikenal ada dua jenis
sanksi, yaitu sanksi reparatoir dan sanksi punitif. Sanksi reparatoir adalah sanksi yang
diberikan sebagai reaksi atas pelanggaran norma, yang ditujukan untuk mengembalikan pada
kondisi semula sebelum terjadi pelanggaran. Sedangkan sanksi punitif adalah sanksi yang
semata-mata ditujukan untuk memberikan hukuman pada seseorang. Selain itu ada juga yang
disebut sebagai sanksi regresif, yaitu sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
Philipus Hadjon, Op.cit, h. 245.
Perlindungan hukum, penegakan hukum dan pertanggungjawaban hukum adalah tiga
aspek penting di dalam hukum administrasi negara. Perlindungan hukum bertujuan untuk
melindungi warga negara. Dalam hukum adminstrasi negara, perlindungan hukum terdiri dari
dua bidang yaitu perlindungan hukum dalam bidang perdata dan perlindungan hukum dalam
bidang publik.
Penegakan hukum adalah usaha untuk mewujudkan ide-ide atau konsep-konsep yang
abstrak menjadi kenyataan. Dalam mendukung tegaknya hukum, maka pemerintah atau para
penegak hukum melakukan pengawasan dan memberikan sanksi sanski. dalam hukum
administrasi negara, ada beberapa jenis sanksi yang diberikan, yaitu paksaan pemerintah,
penarikan kembali keputusan KTUN yang menguntungkan, pengenaan uang paksa dan denda
administratif.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Philipus Hadjon, 2012, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Prins dan Kosim Adisaputra, 2011, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Satjipto Raharjo, 2012, Masalah Penegakan Hukum suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru,
Bandung.
Sudarta Gautama, 2011, Hukum Administrasi Negara Dalam Karya Ridwan HR, Sinar
Grafika, Jakarta.