IMPLIKASI FREIES
ERMESSEN DALAM
KEBIJAKAN
PEMERINTAHAN
Kelompok 1
PERKENALAN ANGGOTA
Anggota Kelompok 1
6. Peraturan Kebijakan.
Secara etimologi dalam Bahasa Jerman, Freies Ermessen berasal dari dua kata yaitu freies dan ermessen.
Dimana Freies memiliki arti bebas, merdeka, tidak terikat, lepas dan bebas orang. Sedangkan, Ermessen
memiliki arti menilai, menduga, mempertimbangkan, dll.
Freies Ermessen merupakan kebebasan untuk bertindak atas inisiatif sendiri dari badan administrasi negara, dan
sebagai salah satu sarana yang memberi ruang gerak bagi badan administrasi negara untuk melakukan tindakan
tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang
Unsur-Unsur Freies Ermessen
Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, tujuan
penggunaan Freies Ermessen ialah sebagai berikut:
4. Mengatasi stagnasi (hambatan) pemerintahan dalam keadaan tertentu, guna kemanfaatan dan
kepentingan umum.
Syarat Penerapan Freies Ermessen
1. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penyelesaian suatu masalah tertentu.
Prosedur penggunaan Freies Ermessen ini diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, yaitu:
1. Pejabat administrasi negara yang menggunakan freies ermessen seperti yang telah dimaksud dalam pasal
25 ayat (1) dan (2) wajib menguraikan mengenai maksud, tujuan, substansi, serta dampak administrasi
dan keuangan.
2. Pejabat administrasi negara yang menggunakan freies ermessen seperti yang telah dimaksud pada ayat
(1) wajib menyampaikan permohonan persetujuan secara tertulis kepada atasan pejabat.
3. Dalam waktu 5 hari kerja sesudah berkas permohonan diterima, atasan pejabat menetapkan persetujuan,
petunjuk perbaikan, ataupun penolakan.
4. Apabila atasan pejabat administrasi negara seperti yang dimaksud pada ayat (3) melakukan penolakan,
atasan pejabat tersebut harus memberikan alasan penolakan secara tertulis.
Peraturan Kebijakan
Peraturan kebijakan (beleidsregel), pada hakikatnya merupakan produk dari organ, badan, atau pejabat
administrasi, atas dasar penggunaan kewenangan bebas (freies Ermessen) yang dimilikinya, dalam rangka
penyelenggaraan kepentingan umum (bestuurszorg).
Bentuk dari peraturan kebijakan ini ialah seperti instruksi, surat edaran, pengumuman dan lain-lain.
Presiden sebagai kepala negara tidak dapat membuat peraturan kebijakan. Di lain sisi, Presiden sebagai kepala
pemerintahan memiliki kewenangan membuat suatu peraturan kebijakan yang didasarkan asas diskresi atau
freies ermessen untuk kepentingan umum.
Kebijakan pemerintah berfungsi sebagai sarana melengkapi, menyempurnakan, dan mengisi kekurangan-
kekurangan yang ada pada peraturan perundang-undangan.
Hubungan Freise Ermessen Dengan Kebijakan Pemerintah
Dalam hubungannya dengan peraturan kebijakan yang ada di Indonesia, jenis peraturan kebijakan yang
dihasilkan dari freies ermessen itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu terikat dan bebas.
Terikat yaitu membentuk peraturan perundang-undangan dan ketetapan (beshiking) dalam arti materil, seperti
Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (PERPRES), dan Peraturan Menteri (PERMEN).
Bebas yaitu peraturan kebijakan yang dalam arti formil, seperti Surat Edaran (SE), Pengumuman, dan Petunjuk
Pelaksanaan.
Implementasi Freies Ermessen dalam Kebijakan Pemerintahan
Dalam penerapan Freies Ermessen untuk mewujudkan kesejahteraan umum, salah satunya Indonesia
menggunakan kebijakan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan rakyat
Indonesia yang sehat dan sejahtera.
Kartu Indonesia Sehat merupakan kartu yang berfungsi untuk memberikan jaminan kesehatan kepada
masyarakat yang kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis.
KIS diluncurkan karena masih terlalu banyak masyarakat kurang mampu yang belum mempunyai BPJS, sehingga
dengan diberlakukannya KIS, seluruh masyarakat dapat menikmati fasilitas kesehatan dengan mudah.
Dengan adanya KIS, diharapkan tidak ada lagi diskriminasi dalam pelayanan kesehatan bagi semua pihak.
Implikasi Freies Ermessen dalam Kebijakan Pemerintahan
Freies ermessen dapat menimbulkan efek negatif apabila timbul budaya pragmatisme, yaitu pengambilan
keputusan yang hanya didasarkan pada pertimbangan praktis dan instant, dalam kondisi atau kepentingan
tertentu, dan berjangka waktu pendek.
Pragmatisme pada hakikatnya, hanya mengedepankan sisi manfaat, untuk membuktikan sesuatu itu benar atau
tidak. Dalam hal ini, ialah sesuatu itu dinilai dari kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya.
Sejatinya freies ermessen bisa saja menjadi momok bagi badan administrasi negara dan bahkan masyarakat.
Adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat atau badan administrasi negara, akibat dari
kebebasan bertindak yang didasarkan pada freies ermessen, ialah bagian dari implikasi freies ermessen dalam
kebijakan pemerintahan yang ada.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Sejatinya Freies Ermessen hadir untuk melancarkan
penyelenggaraan pemerintah, mengisi kekosongan
hukum, memberikan kepastian hukum, serta mengatasi
stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu, guna
kemanfaatan serta untuk kepentingan umum.
Namun, sesuai dengan definisinya, yaitu sebagai
kebebasan bertindak, dimana dalam kebebasan bertindak
ini dapat menimbulkan adanya dampak baik maupun
buruk. Dimana dampak baiknya yaitu dengan adanya
kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat membantu
mewujudkan kesejahteraan umum. Sedangkan dampak
buruk akibat kebebasan bertindak tersebut, ialah
penyalahgunaan wewenang yang telah diberikan kepada
pemerintah guna nenjalankan tugasnya untuk
kepentingan umum.
TERIMA KASIH
&
SEMOGA BERMANFAAT