DALAM KONTEKS
PERKEMBANGAN KOMPETENSI
PERADILAN TATA USAHA NEGARA RI
PENDAHULUAN
PERLUASAN KOMPETENSI
1
1. Menteri Kehakiman RI, ISMAIL SALEH, SH dalam sambutannya,
mewakili Pemerintah, di hadapan Sidang DPR RI, tanggal 30 Desember
1986, atas persetujuan DPR RI terhadap RUU tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, mengemukakan 3 macam perbuatan tata usaha negara
(bestuurshandeling):
2
- Perbuatan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan
Keputusan Administrasi Pemerintahan/K.TUN (beschikkingsdaad)
3
Pasal 21. ayat (2), (3) UU Nomor 30/2014 membuka peluang bagi
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Tata Usaha Negara guna menilai ada atau tidak ada unsur
penyalahgunaan wewenang dalam Keputusan dan/atau Tindakan.
Pengadilan Tata Usaha Negara wajib memutuskan permohonan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dimaksud paling lama 21 hari kerja sejak
permohonan diajukan. Pasal 21. ayat (4), (5) dan (6) UU Nomor 30/2014
menetapkan bahwa terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
dapat diajukan banding kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
yang bakal diputus hakim banding paling lama 21 hari kerja sejak
permohonan banding diajukan. Putusan banding bersifat mengikat.
3. Pasal 62. ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) UU Nomor 30/2014
memungkinkan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan menyampaikan
Keputusan (K.TUN) melalui sarana elektronis. Penjelasan Pasal 62. ayat (1)
UU Nomor 30/2014 memaksudkan sarana elektronis, antara lain faksimile,
surat elektronik, dan sebagainya. Dalam proses beracara, suatu
Keputusan (K.TUN) yang disampaikan kepada Warga Masyarakat melalui
sarana elektronik, berkekuatan sebagai bukti surat. Keputusan (K.TUN)
yang diumumkan melalui media elektronik mulai berlaku paling lama 10
hari sejak ditetapkan. Dalam hal terjadi permasalahan dalam kaitannya
4
pengirimannya, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan
harus memberikan bukti tanggal pengiriman dan penerimaan.
4. Pasal 53. ayat (1), (2), (3) UU Nomor 30/2014 menentukan batas
waktu kewajiban bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan guna
menetapkan Keputusan (K.TUN) serta batas waktu kewajiban bagi Pejabat
Pemerintahan untuk melakukan suatu Tindakan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan. Jika ketentuan peraturan perundang-
undangan tidak menentukan batas waktu kewajiban daripadanya maka
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dalam waktu paling lama 10
(sepuluh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan. Apabila dalam batas waktu
dimaksud, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menetapkan
Keputusan (K.TUN) dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak melakukan
suatu Tindakan Konkret/Faktual, maka permohonan tersebut dianggap
dikabulkan secara hukum. Tidak salah kiranya manakala hal dimaksud
dinamakan Keputusan Fiktif Positif.
Pasal 53. ayat (4), (5), (6) UU Nomor 30/2014 meluangkan Warga
Masyarakat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Tata Usaha
Negara untuk memperoleh Keputusan Fiktif Positif. Pengadilan wajib
memutuskan permohonan sebagaimana dimaksud paling lama 21 (dua
puluh satu) hari kerja sejak permohonan diajukan. Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan untuk melaksanakan putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara. Secara prosesuil, putusan pengadilan
dapat dimohonkan Peninjauan Kembali (PK) namun tidak menunda
pelaksanaan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dimaksud.
5
Dalam kaitan ini, Mahkamah Agung RI telah menerbitkan Peraturan
Mahkamah Agung RI Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Pedoman Beracara
Untuk Memperoleh Putusan Atas Penerimaan Permohonan Guna
Mendapatkan Keputusan Dan/Atau Tindakan Badan Dan/Atau Pejabat
Pemerintahan.
6
Pasal 1. angka 5 UU Nomor 30/2014 merumuskan wewenang adalah
hak yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk mengambil keputusan dan/atau
tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kewenangan dimaksud
merupakan Kewenangan Pemerintahan. Pasal 1. angka 6 UU Nomor
30/2014 merumuskan Kewenangan Pemerintahan (selanjutnya disebut
Kewenangan) adalah kekuasaan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
atau penyelenggara negara lainnya untuk bertindak dalam ranah hukum
publik.
7
UU Nomor 30/2014 mengatur Larangan Penyalahgunaan Wewenang.
8
Pasal 11 UU Nomor 30/2014 menetapkan Kewenangan diperoleh
melalui Atribusi, Delegasi, dan/atau Mandat.
9
CATATAN KRITIS
10
4. Pasal 76. ayat (1), (2) dan (3) UU Nomor 30/2014,
menetapkan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan berwenang
menyelesaikan keberatan atas Keputusan dan/atau Tindakan
yang ditetapkan dan/atau dilakukan yang diajukan oleh Warga
Masyarakat. Dalam hal Warga Masyarakat tidak menerima atas
penyelesaian keberatan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan, Warga Masyarakat dapat mengajukan banding
kepada Atasan Pejabat. Dalam hal Warga Masyarakat tidak
menerima atas penyelesaian banding oleh Atasan Pejabat,
Warga Masyarakat dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan
Tata Usaha Negara.
11
Warga Masyarakat dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan
Tata Usaha Negara.
PENUTUP
12
BIODATA
Lahir di Tekolampe, Sinjai, Sulawesi Selatan, pada tanggal 5 Mei 1941, adalah
Makassar.
Mantan Hakim Agung, dan sejak bulan Agustus 2003, menjadi Hakim Konstitusi,
masa purna bakhti pada tanggal 1 Juni 2008. Pernah menjadi Ketua Program
Studi Ilmu Hukum ( Magister ) Pascasarjana UNHAS, dan Ketua Biro Konsultasi
Lulus Fakultas Hukum UNHAS, Makassar pada bulan Agustus 1979, lalu
1995.
13