Fajar Permana
6052101199
Hukum Acara Administrasi – Kelas E
Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan
Bandung
1
Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 dan Pasal 53 UU No. 30 Tahun 2014
2
A. Persamaan antara Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 dengan Pasal 53 UU
No. 30 Tahun 2014
Persamaan antara kedua pasal diatas adalah kedua pasal membahas sesuatu
yang sama, yaitu tentang kapan suatu permohonan yang diajukan oleh
pemohon kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara atau Pengadilan
Tata Usaha Negara dikabulkan atau ditolak permohonannya dengan suatu
keputusan yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN/ PTUN.
Persamaan lainnya kedua pasal diatas sama sama mengatur sifat suatu
perbuatan yang dilakukan oleh suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon meski pada
kedua peraturan yang dibandingkan memiliki pengaturan akhir yang
berbeda.
Persamaan lainnya kedua pasal diatas sama sama mengatur sifat suatu
perbuatan apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak
mengeluarkan keputusan dan jangka waktu mengeluarkan putusan tidak
diatur dalam peraturan perundang-undangan meski pada kedua peraturan
yang dibandingkan memiliki pengaturan yang berbeda mengenai jangka
waktu pengeluaran putusan paling lambat setelah permohonan diterima
secara lengkap oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
3
Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap menolak mengeluarkan
keputusan yang tersebut.
Sedangkan pada Pasal 53 ayat (3) UU No. 30 Tahun 2014 dinyatakan
bahwa apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana
ditentukan data peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat,
maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap
mengabulkan permohonan secara hukum.
C. Contoh Perhitungan
Perhitungan Pasal 3 ayat (3) UU No. 5 Tahun 1986:
Warga Bukit Duri, Jakarta Selatan mengajukan gugatan ke PTUN terhadap
surat peringatan satu (SP1) penggusuran yang dikeluarkan Kepala Satpol
PP Jakarta Selatan. Apabila gugatan tersebut diajukan kepada Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang berwenang pada tanggal 1 Oktober 2017
dan sampai tanggal 3 Februari 2018 Pengadilan Tata Usaha Negara belum
juga mengeluarkan keputusan tentang gugatan tersebut maka gugatan
tersebut dianggap telah ditolak secara hukum.
Perhitungan pada Pasal 53 ayat (2) & (3) UU No. 30 Tahun 2014:
Warga Bukit Duri, Jakarta Selatan mengajukan gugatan ke PTUN terhadap
surat peringatan satu (SP1) penggusuran yang dikeluarkan Kepala Satpol
PP Jakarta Selatan. Apabila gugatan tersebut diajukan kepada Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang berwenang pada tanggal 1 Oktober 2017
dan sampai tanggal 12 Oktober 2017 Pengadilan Tata Usaha Negara belum
juga mengeluarkan keputusan tentang gugatan tersebut maka gugatan
tersebut dianggap telah dikabulkan secara hukum.
4
umum 1juga menjadi salah satu dasar asas hukum yang mendasarkan
pernyataan penulis bahwa Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan yang diberlakukan ketimbang Undang-Undang
No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pasal 2 Undang-
Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
menyatakan bahwa tujuan Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan adalah sebagai dasar hukum bagi Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan, Warga Masyarakat dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan Administrasi Pemerintahan dan hal ini tidak
dinyatakan secara khusus dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori juga menjadi dasar pemberlakuan
Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
ketimbang Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara apabila dalam kedua peraturan tersebut mengatur hal yang
sama. Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori memiliki pengertian hukum
yang terbaru mengesampingkan hukum yang lama2 dan ini sesuai dengan
Undang-Undang Administrasi Pemerintahan yang lebih baru, yaitu pada
2014 ketimbang Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara yang lebih
lama yang lebih tepatnya pada tahun 1986.
1
Shidarta, Lakonawa Petrus. Lex Specialis Derogat Legi Generali: Makna dan Penggunaannya.
Binus University. 2018.
2
Nurfaqih Irfani. Asas Lex Superior, Lex Specialis dan Lex Pesterior: Pemaknaan, Problematika dan
Penggunaannya Dalam Penalaran dan Argumentasi Hukum. Jurnal Legislasi Indonesia. Vol 17.
2020.