Anda di halaman 1dari 2

Rayner Tanmadibrata – 6052101093 – Kelas D

Tugas Hukum Acara Administrasi

Undang-undang No.5 Tahun 1986 Pasal 3 berbunyi “


1. Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan,
sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan
Keputusan Tata Usaha Negara.
2. Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang
dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan data peraturan perundang-
undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut
dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.
3. Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka waktu empat
bulan sejak diterimnya permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan.”

Undang-undang No.30 Tahun 2014 Pasal 53 berbunyi “

1. Batas waktu kewajiban untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau


Tindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Jika ketentuan peraturan perundang-undangan tidak menentukan batas waktu kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib
menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dalam waktu paling lama
10 (sepuluh) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap oleh Pemerintahan.
Badan dan/atau Pejabat
3. Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat Pemerintahan (2), Badan
tidak dan/atau menetapkan Pejabat dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan,
maka permohonan tersebut dianggap dikabulkan secara hukum.
4. Pemohon mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk memperoleh putusan
penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
5. Pengadilan wajib memutuskan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling
lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan diajukan.
6. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan untuk melaksanakan
putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling lama 5 (lima) hari kerja
sejak putusan Pengadilan ditetapkan.”
Persamaan dari kedua pasal diatas adalah keduanya merupakan ketentuan mengenai hasil
keputusan tata usaha negara yang berkaitan dengan waktu, Perbedaan Pasal 3 Undang-undang
No.5 Tahun 1986 dengan Pasal 53 Undang-undang No.30 Tahun 2014 terletak pada hasilnya.
Pasal 3 Undang-undang No.5 Tahun 1986 mengatakan bahwa permohonan KTUN yang sampai
akhir jangka waktu yang diatur Undang-undang terkait atau sampai 4 bulan setelah diterimanya
permohonan jika tidak diatur UU, namun pejabat tata usaha negara tidak mengeluarkan
Sumber :
Undang-undang No.5 Tahun 1986
Undang-undang No.30 Tahun 2014
Rayner Tanmadibrata – 6052101093 – Kelas D

keputusan , maka hasil dari permohonan tersebut ditolak. Sedangkan Pasal 53 Undang-undang
No.30 Tahun 2014 mengatakan bahwa jika sampai akhir jangka waktu yang ditentukan UU
terkait atau 10 (sepuluh) hari kerja setelah permohonan diterima secara bila tidak ditentukan UU,
namun pejabat maish juga belum mengeluarkan keputusan, maka permohonan keputusan
tersebut diterima. Pemohon dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk memperoleh
putusan penerimaan permohonan.
Contoh saya mengajukan permohonan perizinan berusaha, pada tanggal 2 Oktober saya
mengajukan permohonan berserta dokumen lengkap di website OSS secara online. Dengan
demikian Tata Usaha negara yakni Kementrian Investasi memiliki kewajiban untuk menerbitkan
Nomor Induk Berusaha (NIB) yang merupakan perizinan berusaha sebagaimana jangka waktu
yang diberikan Undang-undang. Ternyata sistem website OSS diretas oleh sekelompok kriminal
cyber yang menyebabkan permohonan dan pembuatan NIB tidak bisa diproses secara otomatis.
Karena banyaknya permohonan perizinan berusaha ini, kementrian kewalahan. Sampai jangka
waktu yang diberikan UU, perizinan barusaha yang saya mohon masih belum dikeluarkan juga.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang No.5 Tahun 1986 permohonan perizinan usaha yang saya
ajukan dinyatakan ditolak sebab sudah mencapai jangka waktu yang diatur UU, namun
berdasarkan Pasal 53 Undang-undang No.30 Tahun 2014 menyatakan bahwa permohonan saya
diterima sebab belum dikeluarkannya pernyataan ditolak atau keluarnya keputusan dari
kementrian investasi sampai jangka waktu terakhir yang diberikan UU. Sehingga berdasarkan
Pasal 53 Undang-undang No.30 Tahun 2014 saya dapat mengajukan permohonan ke pengadilan
untuk memperoleh putusan penerimaan permohonan. Dan setelah memperoleh itu kementrian
investasi wajib menetapkan keputusan (perizinan berusaha saya) untuk melaksanakan putusan
Pengadilan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak putusan Pengadilan ditetapkan.
Demikian juga bilamana ketentuan jangka waktu KTUN mengenai perizinan berusaha tidak
ditentukan UU, maka jika merujuk Pasal 3 Undang-undang No.5 Tahun 1986 apabila perizinan
berusaha saya masih belum juga keluar hingga 4 bulan sejak tanggal permohonan maka
permohonan saya dinyatakan ditolak, sebaliknya jika merujuk Pasal 53 Undang-undang No.30
Tahun 2014 apabila permohonan yang saya ajukan, perizinan berusaha tersebut belum juga
keluar sampai 10 hari kerja setelah tanggal permohonan maka permohonan saya dinyatakan
dikabulkan secara hukum.
Yang digunakan untuk sekarang adalah Pasal 53 Undang-undang No.30 Tahun 2014 sebab
diantara ketentuan kedua pasal yang bertentangan ini UU no 30 tahun 2014 inilah yang lebih
baru. Hal ini sesuai dengan asas hukum yakni lex posterior derogat legi priori, yakni hukum yang
baru mengenyampingkan hukum yang lebih lama. Menurut yang saya ketahui dari perkuliahan
Hukum Administrasi Negara, hal demikian diatur sebab pada praktek sering sekali kejadian
permohonan terlambat diproses dan dianggurkan terlalu lama yang disebabkan kelalaian petugas,
terlalu sedikitnya tenaga pekerja/ASN, dan sebagainya. Hal ini merugikan pemohon sebab
permohonan yang diajukan akan secara otomatis ditolak apabila sampai jangka waktu terakhir
berdasarkan ketentuan Pasal 3 Undang-undang No.5 Tahun 1986. Pembuat UU berkenan agar
Tata Usaha Negara tidak merugikan pemohon seperti apa yang terjadi sebelumnya.

Sumber :
Undang-undang No.5 Tahun 1986
Undang-undang No.30 Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai